Share

Bab 8

Author: Janice Sinclair
Yovan terkejut dan refleks melirik Rachel melalui kaca spion.

Rachel menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah dan tidak berani berkomentar.

"Asistenku menggunakan mobil ini beberapa hari yang lalu. Kurasa dia membiarkan orang lain duduk di kursi ini. Aku pasti akan memarahinya nanti," ujar Yovan berpura-pura tenang.

"Sungguh?"

"Bagaimana kalau aku minta asistenku menemuimu besok untuk menjelaskannya?"

"Nggak usah."

"Sayang, kamu boleh mencurigai pria lain berselingkuh, tapi kamu nggak boleh mencurigaiku, karena aku paling mencintaimu."

"Paling mencintaiku? Jadi, selain aku, kamu juga mencintai orang lain?"

"Kata yang aku gunakan salah. Seharusnya, aku hanya mencintaimu."

Kiana berpura-pura berhasil dibujuk, lalu dengan senang hati mengamati lipstik itu.

"Eh, merek ini sering dipakai Rachel."

Rachel terperanjat. "Be… benarkah?"

"Hm, sepertinya pacar Pak Steven Andrea punya selera yang bagus."

Begitu sampai di kompleks perumahan mewah, di mana Rachel tinggal, Kiana bilang dia khawatir dan meminta Yovan untuk mengantar sahabatnya sampai ke atas.

Setelah keduanya naik ke atas, Kiana memiringkan kepalanya dan melihat ke jendela rumah Rachel, yang segera menjadi terang benderang.

Dia menyipitkan matanya. Apa yang akan mereka berdua lakukan di sana?

Mungkin keduanya akan berpelukan dan saling menenangkan. Lagian, dia sudah membuat keduanya ketakutan di sepanjang perjalanan. Mungkin keduanya sudah basah oleh keringat.

Namun, demi mencegah Kiana curiga, Yovan tidak tinggal lama dan langsung turun.

Mobil meluncur dan membawa keduanya pulang ke rumah. Saat mobil berhenti di garasi bawah tanah, Kiana membalikkan badan dan duduk di atas kaki Yovan.

"Sayang, sudah berapa lama kita nggak melakukan itu?"

Rambut panjangnya tergerai dan mengenai wajah Yovan.

Yovan memegang pinggang Kiana dengan kedua tangannya. Pria itu langsung tersentuh.

"Kiana, aku mencintaimu."

"Aku tahu."

Yovan mengulurkan tangannya ke bawah rok Kiana. Namun, baru saja Yovan menyentuh kakinya, dia langsung dicengkeram oleh Kiana.

"Ada apa?" Napas pria itu agak memburu.

Kiana berusaha menahan rasa jijik. Dia tersenyum pada Yovan, lalu bergerak mendekati leher pria itu, dan hendak menciumnya...

Yovan mengeratkan cengkeraman di pinggang Kiana, seakan menunggu untuk diberi hadiah oleh wanita itu. Seluruh tubuhnya melonjak kegirangan. Detik berikutnya…

"Sayang, kenapa ada bekas di lehermu? Apa karena terbentur? Eh, kalau terbentur, seharusnya bukan seperti ini. Tunggu sebentar, aku foto pakai ponselku."

Kiana buru-buru mencari ponselnya di tasnya. Yovan tiba-tiba teringat sesuatu. Dia merasa marah, cemas, dan juga bersalah.

"Mu... mungkin itu gigitan nyamuk. Ayo kita ke atas dulu."

Tanpa menunggu Kiana mengatakan apa pun, Yovan bergegas membuka pintu mobil dan keluar lebih dulu.

Kiana mencibir dalam hati. Rachel sudah diprovokasi olehnya malam ini. Tak disangka, Rachel berani berinisiatif membongkar kebenaran, tetapi Kiana tidak akan termakan tipuannya.

Setelah kembali ke rumah, ayahnya Yovan sudah beristirahat, jadi mereka berdua langsung naik ke atas.

Yovan mandi di kamar tamu. Selesai mandi, dia bilang dia masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan, jadi dia meminta Kiana untuk tidur lebih dulu. Pria itu pun pergi ke ruang kerja.

Kiana berbaring di tempat tidur. Dia menggunakan ponselnya untuk melihat rekaman CCTV di ruang kerja.

Yovan memasuki ruang kerja. Pria itu menendang kursi dengan marah, tetapi dengan cepat meluruskannya karena takut mengejutkan Kiana. Pria itu kemudian mengeluarkan ponselnya dan menelepon Rachel. Begitu Rachel mengangkat telepon, pria itu langsung menggeram. "Rachel, kamu sengaja melakukannya, 'kan? Kamu sengaja meninggalkan bekas di leherku agar Kiana sadar dan membongkar hubungan kita berdua?"

Entah apa yang dikatakan Rachel di ujung sana, Yovan langsung memukul meja dengan marah. "Sudah kubilang, aku akan jujur pada Kiana. Jadi, kamu nggak usah ikut campur!"

"Aku sudah menikah denganmu dan membiarkanmu memiliki anak, apa kamu masih belum puas? Yang kuberikan pada Kiana hanyalah cinta. Kamu masih ingin merebutnya?"

"Jangan gunakan trik seperti ini lagi. Kalau nggak, aku nggak akan segan-segan lagi!"

Selesai berbicara, Yovan menutup telepon. Pria itu duduk di kursi dan mengepalkan tangannya dengan marah.

Kiana merasa geli sekaligus tidak tahu harus berkata apa. Benarkah Yovan mencintainya? Ya, tentu saja. Namun seperti yang Yovan katakan, itu tidak menghalanginya untuk menikah dengan wanita lain dan punya anak dengannya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 130

    Kediaman Sumargo kacau balau. Mereka langsung menyuruh pelayan untuk segera memanggil dokter.Ibunya Rachel diusir, jadi dia terpaksa kembali ke rumah Kiana lagi.Rachel ditarik keluar secara kasar oleh Yovan. Pria itu mengarahkan jarinya ke hidungnya. Dia menyuruh Rachel mengembalikan semua barang yang dibeli ibunya, membayar selisih harganya, dan mengusir ibunya. Jika tidak, pria itu akan menceraikannya."Bagaimanapun juga, ibuku itu ibu mertuamu. Bagaimana kamu bisa…"Sebelum Rachel selesai berbicara, Yovan sudah menampar wajahnya."Kamu sengaja memanfaatkan ibumu untuk membuatku dan seluruh keluargaku jijik, 'kan?"Rachel menutupi wajahnya. Air mata membasahi wajahnya."Kalau itu Kiana, apa kamu juga akan memperlakukannya seperti ini?""Apa kamu dan dia sama?"Rachel terdiam."Kamu bahkan nggak pantas dibandingkan dengannya!"Kata-kata Yovan bagaikan pisau yang menusuk hati Rachel. Hanya saja, tidak peduli seberapa sedihnya Rachel, dia tidak bisa melihat sedikit pun rasa sakit hati

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 129

    Setelah memikirkannya, dia akhirnya memutuskan untuk mengesampingkan harga dirinya. "Benar, aku simpanan ayahnya. Dia suka kepribadianku yang penuh semangat dan supel. Dia bilang istrinya di rumah seperti batu bata, membosankan. Dia juga bilang aku membuatnya merasa muda kembali!"Perkataan Kiana barusan telah mengejutkan semua orang. Sebaliknya, perkataan ibunya Rachel sekarang membuat semua orang tercengang."Ibu!" teriak Rachel.Yovan mengumpat. "Sialan!"Ibunya Yovan baru bereaksi. Dia menerjang maju dan bersiap untuk mencabik-cabik mulut ibunya Rachel. "Dasar jalang tua, kalau kamu asal bicara lagi, akan kuhajar kamu sampai mati!"Polisi terkejut dengan kejadian ini dan segera turun tangan untuk memisahkan kedua orang itu."Sudahlah. Kalian berdua, tenanglah dulu!""Bi... Bisa-bisanya aku punya... Rachel, kamu... kamu sungguh..." Setiap kata yang diucapkan ibunya Yovan menyentuh urat sarafnya. Jadi, dia tidak mampu menyelesaikan kalimatnya dan tidak bisa melampiaskan emosinya. Ter

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 128

    "Tentu saja kami sekeluarga. Keluarga yang sesungguhnya!"Saat mengucapkan kata-kata ini, ibunya Rachel tampak agak bangga.Yovan buru-buru maju untuk menghalangi ibunya Rachel berbicara. "Aku peringatkan kamu, jangan asal bicara lagi!""Sejak aku datang, kamu terus-terusan memperlakukanku seperti ini. Aku lebih tua darimu. Kamu juga harusnya panggil aku 'Ibu'!" Ibunya Rachel menepis tangan Yovan yang menunjuk ke arahnya dan membentaknya dengan keras."Dia panggil kamu 'Ibu'?" Mata Kiana melebar."Kiana, dia asal bicara saja. Aku, aku…" Yovan tidak bisa menjelaskan."Memangnya kamu pantas dipanggil sama putraku? Kamu kira kamu siapa!" Ibunya Yovan memaki ibunya Rachel. Hanya saja, karena takut Kiana akan menebak kebenaran melalui sebutan 'ibu' ini, dia pun buru-buru menjelaskan, "Keluarga kami nggak kenal dia. Dia hanya wanita gila!""Kamu yang gila!" teriak ibunya Rachel pada ibunya Yovan."Yang gila itu kamu!""Apa kamu lupa sama pukulanku tadi malam?""Coba saja kalau kamu berani me

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 127

    "Kiana, kelak kamu nggak boleh begini lagi…"Sebelum menyelesaikan kata-katanya, ponsel ibunya Yovan kembali berbunyi. Dia memeriksanya dan matanya langsung terbelalak."600 juta? Apa yang kamu lakukan? Kamu habiskan 600 juta begitu saja?"Mendengar angka itu, Yovan juga terkejut. "Kiana, kamu… kamu keterlaluan!"Keduanya terus menceramahinya, tetapi kemudian segera menyadari ada yang aneh.Kiana berdiri di depan mereka. Bagaimana dia menghabiskan 600 juta?"Kamu…"Kiana berseru, lalu buru-buru mengeluarkan dompetnya dan mengacak-acak isi tasnya. Dia membelalakkan matanya sambil berkata, "Kartu itu hilang!""Hilang?" Ibunya Yovan terkejut lagi. "Jadi, bukan kamu yang habiskan semua uang itu?"Kiana mengangguk. "Aku memang pergi ke mal hari ini, tapi aku belanja pakai uangku sendiri."Buat apa dia habiskan uang Keluarga Sumargo untuk membeli barang penikahannya dengan Tristan?Bukankah itu lucu sekali?"Pasti ada yang mengambilnya dan menggesek kartuku. Tapi juga nggak masuk akal, bagai

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 126

    Kiana kembali ke vila dan bertemu dengan Yovan yang juga baru saja kembali.Saat Yovan melihatnya, alis pria itu langsung berkerut."Eh, kenapa kamu pulang kerja secepat ini?" tanya Kiana berpura-pura terkejut.Yovan berusaha menahan diri, tetapi tidak bisa."Kiana, sejak kapan kamu jadi sematerialistis ini? Dulu kamu nggak seperti ini. Kamu benar-benar mengecewakanku!" Selesai mengatakan itu, Yovan pun masuk ke kediaman Sumargo dengan kesal.Kiana mengerutkan bibirnya. Pria itu menyebutnya materialistis sekarang. Dulu, mereka berdua tinggal di apartemen sewa. Penghasilan Yovan sangat minim karena dia tidak mendapatkan komisi. Pria itu numpang makan dan tinggal gratis di rumah Kiana. Mengapa pria itu tidak menyebutnya materialistis waktu itu?Akan tetapi, dilihat dari betapa marahnya Yovan sekarang, ibunya Rachel pasti tidak mengecewakannya.Kiana pun pergi ke kediaman Sumargo. Ibunya Yovan juga sedang menunggunya."200 juta! 200 juta habis dalam sekejap!""Kamu kira kamu punya banyak

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 125

    Saat ini, Tristan juga kelihatan tidak sabar, seolah-olah Kiana sedang mencari masalah dengannya.Kiana langsung mengambil mangkuk berisi sup hitam itu, menegaknya sekaligus, lalu membalikkan mangkuk itu. Dia tampak sangat arogan.Tristan melengkungkan bibirnya membentuk senyum. "Hari ini nggak lupa lagi?""Kamu boleh mempertanyakan aspek lain dari diriku, tapi kamu nggak boleh mempertanyakan integritasku. Inilah fondasi yang kupegang," ujar Kiana."Aspek lain, misalnya kepribadian? Bakat? Atau penampilan? Fisik?""Itu nggak penting!"Tristan terkekeh pelan. Dia menghisap rokoknya dalam-dalam lagi, lalu hendak menutup telepon."Eh, lenganmu kenapa?"Kiana melihat lengan Tristan yang terangkat punya luka besar. Darah telah menodai kemeja putihnya hingga menjadi merah.Tristan meliriknya dengan santai dan berkata, "Nggak sengaja tergores tadi."Ini jelas merupakan jawaban yang asal-asalan, tetapi Kiana juga tidak mendesak masalah itu lebih jauh."Lebih baik pergi ke rumah sakit biar diba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status