Share

Bab 7

Penulis: Janice Sinclair
Pesta berakhir dan semua rekan pulang dengan gembira.

Hanya Yola yang tersisa. Rambutnya pendek sebahu. Dia memakai jaket kulit dan suka mengendarai sepeda motor. Ditambah lagi dengan ekspresi dinginnya, yang membuat orang-orang berpikir dia adalah tipe cewek yang keren. Nyatanya, Yola suka memeluk Kiana dan bertingkah manja di depannya.

Kini Yola menggenggam lengannya dan tidak mau melepaskannya. "Ketua, bawa aku bersamamu. Apa gunanya aku hidup kalau nggak bisa bertemu denganmu setiap hari?"

Kiana menepuk dahi Yola dengan tidak berdaya. "Sudah berapa usiamu?"

"Yang penting lebih kecil darimu."

"Iya, kamu lebih kecil dariku. Kelak kalau kamu mengalami kesulitan, ingatlah untuk meneleponku."

Mata Yola memerah, tetapi dia tetap mengangkat kepalanya dan menahan air matanya.

Yola mendekatinya, lalu berbisik, "Ketua, sahabatmu itu bukan orang baik. Kamu harus hati-hati dengannya."

Kiana mengangguk. "Aku tahu."

"Jangan anggap remeh kata-kataku."

"Aku nggak bodoh."

"Ketua, kamu tentu saja nggak bodoh. Sebaliknya, kamu sangat pintar, tapi kamu nggak bisa menghalangi orang-orang di sekitarmu mengkhianatimu."

Tak disangka, Yola bisa mengamati segalanya dengan jelas. Ini mungkin karena orang yang berada di sekitar bisa melihat lebih jelas daripada orang yang terlibat.

Setelah mengantar Yola pergi, Rachel pun keluar. Dia yang melunasi tagihan mereka malam ini. Apalagi, itu direbutnya dari tangan Yola. Namun, Kiana sudah memberikan bonus dua miliar, jadi berapa banyak yang bisa dimenangkan Rachel hanya dengan membayar sedikit tagihan ini?

"Kiana, kamu naik taksi pulang?" tanya Rachel sambil menghampirinya.

Kiana tidak menjawabnya, tetapi mengangkat alisnya dan berkata, "Kamu nggak minum anggur malam ini. Saat bersulang dengan mereka, kamu hanya minum air putih."

Rachel terdiam sejenak. "Aku… aku nggak begitu ingin minum."

"Nggak, kamu pasti menyembunyikan sesuatu dariku."

"Aku bisa punya hal apa yang…"

"Jangan-jangan kamu hamil?"

Rachel terkejut. Dia tidak menyangka Kiana bisa menebaknya dengan tepat.

Melihat ekspresinya, Kiana langsung berkata dengan nada yang bertambah yakin, "Kamu hamil sungguhan!"

"Aku…"

"Kamu berencana menyembunyikannya dariku?"

Rachel buru-buru menjelaskan, "A… aku ingin memberitahumu, tapi aku belum punya kesempatan."

Kiana berpura-pura mendengus. "Sekarang sudah nggak ada orang lain lagi. Kamu harus jujur padaku. Anak siapa itu?"

"Nggak penting siapa ayah anak ini."

"Tentu saja penting!"

Rachel jelas belum memikirkan kata-kata yang tepat untuk membohongi Kiana, jadi dia hanya bisa memutar otak.

"Um, sebenarnya itu anak Ken."

Kiana menyipitkan matanya. Ken Lowis adalah mantan pacar Rachel. Demi menipunya, Rachel bahkan berani berbohong.

"Bukannya kamu sudah putus dengannya tiga tahun yang lalu?"

"Aku bertemu dengannya lagi beberapa waktu lalu. Aku pergi ke hotel dalam keadaan linglung dan bermalam di sana."

"Kamu malah…"

Tatapan mata Kiana menjadi tajam. Dia mengangkat tangannya dan menampar Rachel. Kini yang terdengar hanya suara nyaring.

Rachel menutupi wajahnya dan menatap Kiana dengan kaget.

"Kenapa… kenapa kamu memukulku?"

"Karena aku bertemu Ken dalam perjalanan bisnis kali ini. Dia sudah menikah!" Kiana berpura-pura sangat marah dan menunjuk Rachel. "Nggak kusangka, kamu malah jadi simpanan orang!"

"Aku…" Rachel tercengang.

"Apa kamu begitu nggak tahu malu? Bagaimana kamu bisa menghancurkan rumah tangga orang lain?"

"Aku nggak tahu…"

"Aku kecewa sama kamu."

Pukul sudah, marah sudah. Kiana berbalik dan pergi dengan suasana hati gembira.

Kiana masuk ke dalam taksi. Melalui kaca spion, dia bisa melihat Rachel yang menutupi wajahnya dengan tangan dan kelihatan sangat sedih. Kiana kemudian mengeluarkan ponselnya dan menelepon.

Kiana melengkungkan bibirnya dan menyuruh sopir untuk memutar ke pintu belakang hotel.

Setelah keluar dari taksi, Kiana datang ke lobi dan melihat Rachel masih berdiri di luar. Sepertinya, dia sedang menunggu seseorang.

Tak lama kemudian, sebuah Bentley hitam melaju dan berhenti pintu masuk hotel. Yovan keluar dari kursi pengemudi. Tepat di saat pria itu berjalan ke depan mobil, Rachel sudah berlari menghampirinya sambil menangis, lalu menghambur ke pelukan pria itu.

Rachel mengatakan sesuatu. Yovan memeluk bahunya dengan simpati.

Hati Kiana masih terasa sakit. Bagaimanapun, Yovan adalah pria yang pernah dicintainya. Rachel sendiri juga orang yang pernah dia anggap sebagai sahabat. Siapa yang mendadak bisa menerima pengkhianatan seperti itu?

Namun, Kiana tidak mau kalah. Dia tidak merasa langit telah runtuh dan dia tidak sanggup hidup lagi. Dia hanya punya satu keyakinan, yaitu usahanya harus dihargai. Jika tidak dihargai, atau dikhianati seperti ini, dia akan mencari keadilan untuk dirinya sendiri.

Setelah mengambil napas dalam-dalam, Kiana berdiri dan melangkah keluar.

"Sayang?"

Mendengar suara itu, keduanya langsung membeku. Yovan bereaksi lebih dulu dan langsung mendorong Rachel.

Rachel terkejut. Karena didorong oleh Yovan, tubuhnya sempat terhuyung.

"Ka... kalian?" Kiana berpura-pura tidak tahu apa-apa.

"Aku… aku datang menjemputmu. Aku bertemu Rachel di depan pintu. Dia sedang menangis, jadi aku…"

"Kamu memeluknya dan menghiburnya?"

Yovan bergegas ke sisi Kiana sambil berbisik, "Dia menghambur ke pelukanku. Aku baru saja mau mendorongnya, tapi kamu sudah datang."

"Benarkah?"

"Apa kamu nggak percaya padaku?"

Kiana terdiam sejenak. "Tentu saja aku percaya padamu dan juga percaya pada Rachel."

Sembari berbicara, dia berjalan mendekati Rachel dan meraih tangannya serta menggenggamnya.

"Hatiku juga nggak enak pas menamparmu tadi, tapi aku ingin kamu sadar. Jangan sampai menghancurkan rumah tangga orang lain dan menjadi seorang simpanan. Apa kamu mengerti niat baikku?"

Wajah Rachel masih terasa sakit, tetapi dia hanya bisa berkata dengan gugup, "A… aku sungguh nggak tahu dia sudah menikah. Kalau aku tahu, aku pasti nggak melakukan hal itu dengannya."

"Hais. Aku barusan cuma emosi sesaat. Mana mungkin aku nggak tahu kamu itu orang seperti apa? Kamu orangnya menjaga diri, jujur, dan baik. Mana mungkin kamu melakukan hal yang nggak tahu malu seperti itu? Salahkan saja Ken, si berengsek itu. Dia sudah punya istri, tapi masih saja berhubungan dengan perempuan lain. Sungguh menjijikkan."

Kiana secara tidak langsung telah memaki mereka berdua hanya dengan beberapa patah kata. Raut wajah Rachel tampak jelek. Raut wajah Yovan sendiri lebih jelek lagi.

"Kamu berencana melahirkan anak itu?"

"Uh?"

"Aku tanya kamu mau melahirkan anak itu ya?"

Rachel melirik Yovan, lalu menjawab, "Tentu saja, aku akan melahirkan anak ini."

Kiana memeluk Rachel. Wajahnya tampak sedih. "Sebagai sahabatmu, tentu saja aku mendukung semua keputusanmu. Karena kamu ingin melahirkan anak itu, lahirkan saja. Mau itu pemeriksaan kehamilan, masa nifas, ataupun menjaga anak, aku pasti akan membantumu."

"Te… terima kasih."

"Begini saja. Biarlah aku jadi ibu angkat anakmu."

"Hah?"

"Kalau begitu, suamiku akan jadi ayah angkat anakmu. Menarik sekali."

Kiana kegirangan sendiri. Sebaliknya, Yovan dan Rachel tidak bisa tersenyum sama sekali.

Kiana dengan antusias mendorong Rachel ke dalam mobil. Dia bilang mau mengantar Rachel pulang dulu. Setelah itu, Kiana pun duduk di kursi depan.

Yovan menyetir. Awalnya, dia merasa sedikit tidak nyaman. Namun tak lama kemudian, dia sudah terbiasa. Lagi pula, mereka bertiga pernah bepergian bersama sebelumnya. Dia sudah lama melupakan rasa bersalah ataupun penyesalan.

Rachel sendiri lebih cepat beradaptasi. Dia bahkan cemburu pada Kiana yang duduk di kursi depan.

Dia baru Nyonya Sumargo yang sesungguhnya. Tempat duduk itu seharusnya miliknya.

Kiana hanya berpura-pura tidak tahu dan bersenda gurau bersama mereka di sepanjang jalan.

Tepat di saat mobil berhenti dan menunggu lampu hijau, Kiana menunduk untuk mengambil sesuatu dari bawah. Wajahnya seketika menjadi gelap.

"Yovan, kamu membiarkan wanita lain duduk di kursi ini? Apa kamu punya simpanan di luar?"

Kiana mengangkat lipstik di tangannya dan berteriak pada Yovan dengan marah.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 50

    Keesokan paginya, Kiana kembali ke rumah Rachel. Dia mendapati Yovan dan ibunya ada di sana. Keduanya kelihatan sangat marah. Rachel sendiri mengerutkan kening dan tampak kecewa."Kiana, bagaimana kamu bisa melakukan hal nggak tahu malu seperti itu? Mau taruh di mana wajah Yovan dan Keluarga Sumargo kami?"Kiana mengangkat alisnya. "Apa yang sudah aku lakukan?"Yovan menggertakkan giginya dan melemparkan beberapa foto ke atas meja. "Aku lihat kamu mau bagaimana menjelaskannya!"Kiana menunduk dan melihat tumpukan foto itu. Benar saja, itu fotonya dirinya dengan James saat pergi ke hotel tadi malam. Ada foto mereka mengobrol dan tertawa, foto dirinya menggandeng tangan James saat mereka masuk lift, dan foto mereka memasuki kamar hotel.Fotonya sangat jelas. Rachel benar-benar telah berusaha keras."Mau jelaskan apa lagi? Aku sudah perhatikan dia nggak bisa duduk diam sejak lama. Bergaul dengan laki-laki sepanjang hari dan sering nggak pulang malam. Kurasa ini bukan pertama kalinya. Laki

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 49

    "Dari awal, kita sudah bilang jelas. Kamu mau posisi Nyonya Sumargo. Aku mau anak. Tapi aku nggak akan putus dengan Kiana. Kamu juga sudah janji padaku.""Tapi… tapi aku mencintaimu. Begitu mencintaimu sampai-sampai aku memilih mengkhianati sahabatku sendiri. Demi lahirkan anak untukmu, aku rela hidup dalam kegelapan. Kamu... kamu malah memperlakukanku seperti ini. Menyakitkan sekali."Melihat Rachel menangis, Yovan merasa tidak tega. Dia berdiri dan berjalan ke arahnya."Sudah, jangan nangis. Ingat, kamu lagi hamil.""Jadi, kamu masih marah sama aku?""Kamu menaruh benda itu ke sakuku sebelumnya, apalagi ketahuan sama Kiana. Mana mungkin aku nggak marah.""Sayang, maafkan aku. Nggak akan kulakukan lagi."Yovan memeluk Rachel dan berencana membawanya kembali ke kamar tidur. Namun, Rachel melingkarkan lengannya di leher Yovan dan berjinjit untuk menciumnya."Jangan. Kalau nanti dilihat sama Kiana...""Dia sudah tidur. Mana mungkin bisa lihat.""Sudah larut.""Sayang, aku tahu kamu menci

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 48

    Kembali ke kediaman Sumargo? Itu hal yang mustahil.Lantaran menyetujui pernikahan Keluarga Januar, dia tentu harus pindah dari kediaman Sumargo. Dia tidak akan memberi kesempatan lagi pada Yovan untuk menyentuhnya.Kiana kembali ke rumah Rachel lagi. Kali ini, Yovan yang mengantar mereka kembali.Karena Kiana bilang ingin makan udang karang dari Gang Muri, Yovan segera berkendara ke sana selama satu jam untuk membelinya.Kiana sengaja bertanya pada Rachel, "Rachel, kamu mau makan?" Rachel langsung memasang ekspresi tidak setuju. "Yovan sudah capek seharian. Kamu masih ingin dia pergi jauh-jauh hanya untuk membelikanmu udang karang. Kamu sungguh nggak peduli dengan kesehatannya.""Betul juga." Kiana berbalik dan bertanya pada Yovan, "Jadi, kamu kecapekan?"Yovan menatapnya dengan penuh kasih dan berkata, "Asalkan kamu mau, aku bisa petikkan semua bintang di langit untukmu.""Aku mau.""Kamu nggak takut kalau aku naik ke sana, aku nggak bisa turun lagi?""Kalau begitu, aku bisa melihat

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 47

    Rachel ingin membongkar kebenaran, tetapi Kiana tidak mengizinkannya!Lantaran permainan telah dimulai, jangan harap ada yang bisa menghentikannya sebelum dia puas bersenang-senang!Apa lagi yang bisa dikatakan Rachel? Dia hanya bisa menundukkan kepalanya dalam-dalam, seperti orang yang berdosa."Hais. Anggap saja ini salah Rachel. Lagian, dialah yang menyebabkan masalah ini." Kiana menatap ayahnya Yovan. "Apa yang bisa aku bantu?"Ayahnya Yovan menghela napas lega, tetapi saat memikirkan apa yang dia inginkan dari Kiana, dia ragu apa Kiana sungguh mampu melakukannya.Namun, yang bisa mereka lakukan sekarang hanyalah berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan situasi."Grup Januar menolak untuk berkomunikasi dengan kita sekarang. Baik kami menelepon ataupun Yovan yang langsung berkunjung sendiri, semuanya nggak berguna.""Jadi, kamu ingin aku menghubungi Pak James?""Karena kamu pernah berhubungan dengan Grup Januar sebelumnya, aku rasa kamu pasti punya beberapa koneksi dengan Pak Jame

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 46

    "Dalam perjalanan pulang, Yovan seharusnya sudah memberitahumu tentang proyek Grup Januar…""Maksudmu, celana dalam merah itu?"Ayahnya Yovan melotot. "Celana dalam merah apa? Maksudku...""Dia sudah tahu mau bagaimana menjelaskannya?"Karena pembicaraannya terpotong dua kali, ayahnya Yovan mendengus berat. Melihat Kiana tidak mau menyerah, ayahnya Yovan juga paham. Jika dia ingin minta bantuan Kiana hari ini, mereka harus memberi penjelasan tentang celana dalam merah itu.Namun, memikirkan celana dalam merah itu dan membayangkannya dilempar ke dalam sup ayam, pria itu merasa mual. Lalu, memikirkan bahwa itu milik Rachel, dia bertambah jijik.Menyadari ayahnya Yovan merasa jijik, Rachel mengepalkan tangannya erat-erat."Kiana, sekarang bukan waktunya membicarakan hal ini. Ada masalah besar terjadi di perusahaan...""Jadi, kapan baru dibicarakan?""Kiana, kalau kamu terus begini, kamu sudah keterlaluan!"Kamu yang selingkuh. Sekarang kamu bilang aku keterlaluan?""Aku… aku nggak selingk

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 45

    Kiana paling tahu dengan kemampuan yang dimiliki Rachel."Sebarkan beritanya dan tunggu perusahaan lain saja."Sebelum Kiana meninggalkan perusahaan, orang-orang dari Thevas mulai menghubungi James satu per satu, tetapi James tidak menjawab satu pun. Saat Kiana sampai di garasi bawah tanah dan masuk ke mobilnya, mobil Yovan kebetulan parkir di seberang mobilnya.Yovan keluar dari kursi pengemudi dan Rachel keluar dari kursi penumpang. Yang satunya memasang ekspresi mendesak di wajahnya dan yang satunya lagi kelihatan panik."Ayah memberikan proyek sepenting ini padamu karena dia percaya padamu, tapi kamu malah mengacaukannya!" Yovan tidak kuasa menahan emosinya dan langsung membentak Rachel.Mata Rachel langsung memerah. "Aku sangat yakin dengan desainku. Aku nggak tahu kenapa mereka nggak puas. Mungkin mereka hanya ingin mempersulit kita?""Mereka sudah mau mengganti perusahaan desain. Apa kamu merasa mereka hanya mau mempersulit kita?"Saat mendengar itu, Rachel mundur dan tidak bera

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status