Share

Bab 9

Author: Janice Sinclair
Cinta seperti ini terlalu tidak berharga dan tidak tahu malu. Kiana sama sekali tidak membutuhkannya.

Rachel juga sama tidak tahu malunya. Dia mengaku sebagai sahabatnya, tetapi Rachel justru mengkhianatinya dari belakang.

Kiana mau dua orang ini menanggung akibat dari perbuatan mereka!

Keesokan paginya, Kiana sarapan bersama Keluarga Sumargo.

Ibunya Yovan memelototinya beberapa kali. Melihat Kiana tidak merespons, dia pun berkata dengan nada sinis, "Ada orang yang begitu nggak tahu diri. Dia kira perusahaan nggak akan bisa bertahan tanpa dirinya."

"Huh. Jangan-jangan dia menunggu kita memintanya kembali bekerja?"

"Kita sudah terlalu memandang tinggi dirinya. Itu sebabnya, dia punya pemikiran konyol seperti itu."

"Bu!" Yovan menggelengkan kepalanya pada ibunya. "Jangan bicara lagi. Makan saja."

"Sebagai ibu mertuanya, apa salahnya aku menegurnya? Aku lagi mengajarinya cara bersikap!"

"Terima kasih untuk ajarannya." Kiana menatap ibunya Yovan sambil tersenyum. "Aku nggak berguna. Aku nggak pernah memberikan proyek besar apa pun untuk perusahaan. Aku juga belum pernah menghasilkan uang untuk perusahaan. Sudah sepantasnya Ayah memecatku."

"Huh. Anggap kamu masih punya kesadaran diri." Ibunya Yovan tampak bangga.

"Oh ya, aku masih punya setumpuk dokumen yang belum kuserahkan, seperti proyek jalan komersial Grup Sagara, proyek vila mewah Gravias, oh ya, dan juga pusat perbelanjaan Januar." Kiana menatap ayah mertuanya. "Ayah, apa aku masih perlu pergi serah terima? Lagian, ini semua bukan proyek besar."

Wajah ayahnya Yovan menjadi gelap. "Tentu saja harus serah terima. Itu adalah tugasmu!"

Kiana menatap ibunya Yovan lagi. "Ibu mungkin belum pernah mendengar tentang proyek-proyek ini. Benar juga. Ibu kebanyakan menghabiskan waktu dengan menonton serial TV atau berkebun di rumah. Jadi, wajar saja Ibu nggak tahu proyek-proyek ini."

"Kamu!"

"Aku dipecat Ayah, jadi aku punya banyak waktu luang sekarang. Aku akan tinggal di rumah, menemanimu nonton acara TV, menanam bunga dan rumput. Kita berdua jadi orang santai saja, oke?"

Tekanan darah ibunya Yovan melonjak karena emosi. Apa yang terjadi dengan Kiana? Meski Kiana dulunya tidak begitu menyanjungnya, dia juga tetap menghormatinya. Kenapa setiap kata yang diucapkannya sekarang penuh duri?

Yovan terdiam beberapa saat, lalu menatap ayahnya dan berkata, "Ayah, biarlah Kiana kembali ke perusahaan. Meski bukan departemen proyek, departemen lain juga bisa."

Ayahnya Yovan melirik putranya dan berkata dengan dingin, "Departemen logistik kekurangan staf bersih-bersih. Memangnya dia mau?"

Yovan menatap Kiana lagi dan berkata, "Kiana, kamu bisa pergi ke departemen logistik untuk sementara. Nanti kalau ada lowongan di departemen lain, Ayah pasti akan mengatur agar kamu pergi ke departemen lain."

Mata Kiana berkedip beberapa kali. "Kamu mau aku jadi staf bersih-bersih?"

"Hanya untuk sementara saja."

Kiana berkata dengan nakal, "Kalian nggak takut aku menuangkan air bekas menyiram toilet ke dalam teko, lalu membiarkan kalian membuat teh atau kopi?"

Ayahnya Yovan langsung memperlihatkan ekspresi jijik. "Coba saja kalau kamu berani!"

"Aku hanya bercanda. Kalian malah menganggapnya serius?"

Lelucon ini tidak lucu. Berdasarkan temperamen Kiana, mungkin-mungkin saja dia melakukannya.

Yovan berpikir sejenak dan berkata, "Sebaiknya kamu beristirahat di rumah saja."

Setelah ayahnya Yovan dan Yovan berangkat kerja, Kiana kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian. Dia belum menyelesaikan serah terima, jadi dia harus kembali ke perusahaan. Hanya saja, kapan dia berangkat kerja dan kapan dia pulang kerja, semua itu tergantung pada suasana hatinya.

Tepat di saat dia meninggalkan rumah, Pak Ishan meneleponnya.

"Kiana, cepat datang ke kantor. Aku sudah lama memohon pada putraku. Akhirnya, dia mau bertemu denganku. Ini kesempatan bagus agar kamu bisa bertemu dengannya juga."

"Putramu begitu sibuk?"

Bahkan, ayahnya sendiri harus memohon agar bisa bertemu dengannya?

"Tentu saja. Putraku sangat sibuk."

Kiana merasa lucu. Dia ingin bertemu putra Pak Ishan, yang sangat sibuk itu.

Pak Ishan bilang, putranya begitu tampan sampai-sampai membuat orang jengkel. Hanya perlu lihat sekali saja, Kiana pasti akan jatuh cinta padanya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Endang sri Hernayati
jangan di skip dong
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 130

    Kediaman Sumargo kacau balau. Mereka langsung menyuruh pelayan untuk segera memanggil dokter.Ibunya Rachel diusir, jadi dia terpaksa kembali ke rumah Kiana lagi.Rachel ditarik keluar secara kasar oleh Yovan. Pria itu mengarahkan jarinya ke hidungnya. Dia menyuruh Rachel mengembalikan semua barang yang dibeli ibunya, membayar selisih harganya, dan mengusir ibunya. Jika tidak, pria itu akan menceraikannya."Bagaimanapun juga, ibuku itu ibu mertuamu. Bagaimana kamu bisa…"Sebelum Rachel selesai berbicara, Yovan sudah menampar wajahnya."Kamu sengaja memanfaatkan ibumu untuk membuatku dan seluruh keluargaku jijik, 'kan?"Rachel menutupi wajahnya. Air mata membasahi wajahnya."Kalau itu Kiana, apa kamu juga akan memperlakukannya seperti ini?""Apa kamu dan dia sama?"Rachel terdiam."Kamu bahkan nggak pantas dibandingkan dengannya!"Kata-kata Yovan bagaikan pisau yang menusuk hati Rachel. Hanya saja, tidak peduli seberapa sedihnya Rachel, dia tidak bisa melihat sedikit pun rasa sakit hati

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 129

    Setelah memikirkannya, dia akhirnya memutuskan untuk mengesampingkan harga dirinya. "Benar, aku simpanan ayahnya. Dia suka kepribadianku yang penuh semangat dan supel. Dia bilang istrinya di rumah seperti batu bata, membosankan. Dia juga bilang aku membuatnya merasa muda kembali!"Perkataan Kiana barusan telah mengejutkan semua orang. Sebaliknya, perkataan ibunya Rachel sekarang membuat semua orang tercengang."Ibu!" teriak Rachel.Yovan mengumpat. "Sialan!"Ibunya Yovan baru bereaksi. Dia menerjang maju dan bersiap untuk mencabik-cabik mulut ibunya Rachel. "Dasar jalang tua, kalau kamu asal bicara lagi, akan kuhajar kamu sampai mati!"Polisi terkejut dengan kejadian ini dan segera turun tangan untuk memisahkan kedua orang itu."Sudahlah. Kalian berdua, tenanglah dulu!""Bi... Bisa-bisanya aku punya... Rachel, kamu... kamu sungguh..." Setiap kata yang diucapkan ibunya Yovan menyentuh urat sarafnya. Jadi, dia tidak mampu menyelesaikan kalimatnya dan tidak bisa melampiaskan emosinya. Ter

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 128

    "Tentu saja kami sekeluarga. Keluarga yang sesungguhnya!"Saat mengucapkan kata-kata ini, ibunya Rachel tampak agak bangga.Yovan buru-buru maju untuk menghalangi ibunya Rachel berbicara. "Aku peringatkan kamu, jangan asal bicara lagi!""Sejak aku datang, kamu terus-terusan memperlakukanku seperti ini. Aku lebih tua darimu. Kamu juga harusnya panggil aku 'Ibu'!" Ibunya Rachel menepis tangan Yovan yang menunjuk ke arahnya dan membentaknya dengan keras."Dia panggil kamu 'Ibu'?" Mata Kiana melebar."Kiana, dia asal bicara saja. Aku, aku…" Yovan tidak bisa menjelaskan."Memangnya kamu pantas dipanggil sama putraku? Kamu kira kamu siapa!" Ibunya Yovan memaki ibunya Rachel. Hanya saja, karena takut Kiana akan menebak kebenaran melalui sebutan 'ibu' ini, dia pun buru-buru menjelaskan, "Keluarga kami nggak kenal dia. Dia hanya wanita gila!""Kamu yang gila!" teriak ibunya Rachel pada ibunya Yovan."Yang gila itu kamu!""Apa kamu lupa sama pukulanku tadi malam?""Coba saja kalau kamu berani me

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 127

    "Kiana, kelak kamu nggak boleh begini lagi…"Sebelum menyelesaikan kata-katanya, ponsel ibunya Yovan kembali berbunyi. Dia memeriksanya dan matanya langsung terbelalak."600 juta? Apa yang kamu lakukan? Kamu habiskan 600 juta begitu saja?"Mendengar angka itu, Yovan juga terkejut. "Kiana, kamu… kamu keterlaluan!"Keduanya terus menceramahinya, tetapi kemudian segera menyadari ada yang aneh.Kiana berdiri di depan mereka. Bagaimana dia menghabiskan 600 juta?"Kamu…"Kiana berseru, lalu buru-buru mengeluarkan dompetnya dan mengacak-acak isi tasnya. Dia membelalakkan matanya sambil berkata, "Kartu itu hilang!""Hilang?" Ibunya Yovan terkejut lagi. "Jadi, bukan kamu yang habiskan semua uang itu?"Kiana mengangguk. "Aku memang pergi ke mal hari ini, tapi aku belanja pakai uangku sendiri."Buat apa dia habiskan uang Keluarga Sumargo untuk membeli barang penikahannya dengan Tristan?Bukankah itu lucu sekali?"Pasti ada yang mengambilnya dan menggesek kartuku. Tapi juga nggak masuk akal, bagai

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 126

    Kiana kembali ke vila dan bertemu dengan Yovan yang juga baru saja kembali.Saat Yovan melihatnya, alis pria itu langsung berkerut."Eh, kenapa kamu pulang kerja secepat ini?" tanya Kiana berpura-pura terkejut.Yovan berusaha menahan diri, tetapi tidak bisa."Kiana, sejak kapan kamu jadi sematerialistis ini? Dulu kamu nggak seperti ini. Kamu benar-benar mengecewakanku!" Selesai mengatakan itu, Yovan pun masuk ke kediaman Sumargo dengan kesal.Kiana mengerutkan bibirnya. Pria itu menyebutnya materialistis sekarang. Dulu, mereka berdua tinggal di apartemen sewa. Penghasilan Yovan sangat minim karena dia tidak mendapatkan komisi. Pria itu numpang makan dan tinggal gratis di rumah Kiana. Mengapa pria itu tidak menyebutnya materialistis waktu itu?Akan tetapi, dilihat dari betapa marahnya Yovan sekarang, ibunya Rachel pasti tidak mengecewakannya.Kiana pun pergi ke kediaman Sumargo. Ibunya Yovan juga sedang menunggunya."200 juta! 200 juta habis dalam sekejap!""Kamu kira kamu punya banyak

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 125

    Saat ini, Tristan juga kelihatan tidak sabar, seolah-olah Kiana sedang mencari masalah dengannya.Kiana langsung mengambil mangkuk berisi sup hitam itu, menegaknya sekaligus, lalu membalikkan mangkuk itu. Dia tampak sangat arogan.Tristan melengkungkan bibirnya membentuk senyum. "Hari ini nggak lupa lagi?""Kamu boleh mempertanyakan aspek lain dari diriku, tapi kamu nggak boleh mempertanyakan integritasku. Inilah fondasi yang kupegang," ujar Kiana."Aspek lain, misalnya kepribadian? Bakat? Atau penampilan? Fisik?""Itu nggak penting!"Tristan terkekeh pelan. Dia menghisap rokoknya dalam-dalam lagi, lalu hendak menutup telepon."Eh, lenganmu kenapa?"Kiana melihat lengan Tristan yang terangkat punya luka besar. Darah telah menodai kemeja putihnya hingga menjadi merah.Tristan meliriknya dengan santai dan berkata, "Nggak sengaja tergores tadi."Ini jelas merupakan jawaban yang asal-asalan, tetapi Kiana juga tidak mendesak masalah itu lebih jauh."Lebih baik pergi ke rumah sakit biar diba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status