Share

Meminta Jatah Lagi

Penulis: Joane
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-16 01:43:01

Aisha pergi belanja ke supermarket setelah diperintahkan oleh Devan membeli banyak sekali keperluan untuk di rumah. Juga keperluan untuk dirinya sendiri diperbolehkan oleh Devan. 

Ketika dia ada di kasir. Satu keranjang penuh diletakkan di sebelahnya. “Bayarin Ayah!” 

Dia menoleh ke sebelahnya ketika dilihatnya sang ayah berdiri di sebelahnya. 

Pria itu santai sekali saat barangnya mulai di scan. “Ayah ngapain?” 

“Ya belanja. Kamu nggak pernah pulang. Kamu nggak pernah kasih Ayah uang. Nggak pernah pulang ke rumah nengokin Ayah sehat atau nggaknya.” 

Geram dengan jawaban sialan dari pria itu sampai membuat Aisha ingin mengumpat. Jujur saja dia benci sekali dengan ayahnya yang sekarang ini berada di dekatnya. Kalau saja bukan karena keramaian ini dan lihat begitu banyak orang yang memandangi mereka berdebat. Jujur ia tidak akan mau. 

Tapi begitu semua belanja dari pria itu sudah berhasil dijadikan satu setruk oleh kasir. Aisha hanya bisa diam. 

Keluar dari supermarket. Semua barang juga dibawa oleh sopir kendaraan umum itu. Karena dia batal meminta bantuan kepada sopir di rumah Devan. 

“Ayah butuh uang, Aisha.”

Dia ingin menghindar tapi di sana sangat ramai sekali. Untuk kedua kalinya dia harus mengalah kepada orangtuanya. Jadi, dia keluarkan dua ratus ribu dari dompetnya. Tapi direbut oleh Juan—ayahnya. 

Benar-benar menjengkelkan. Semua uang sisa di dompetnya. Satu juta setengah diembat oleh pria itu. “Kamu jangan pelit sama Ayah.” 

Hampir dia berteriak kepada orangtuanya karena dia harus mencari uang lagi karena semua uangnya dihabiskan oleh Juan. Pria itu mana mau mengerti soal keuangannya Aisha. “Ayah, aku butuh ongkos. Aku nggak ada uang lagi.” 

“Kamu belanja begitu banyak.” 

“Ini semua belanja bulanan majikanku.” 

“Oh berhentilah jadi pembantu anakku. Kamu sudah S1, cari pekerjaan. Jangan jadi babu, kamu berhak jadi anak sukses.” Juan memberikan uang 150 ribu untuk ongkosnya Aisha. Lalu kemudian berkata. “Ayah pulang dulu. Ayah jenguk Ibu kamu hari ini. 

Aisha pulang ke rumah Devan. Tapi sepanjang perjalanan Aisha memikirkan ucapan Juan soal dia berhak untuk sukses. Sedangkan dia harus tetap ada di rumah itu. Benar juga kata Juan kalau dia berhak untuk sukses. Tidak melulu jadi pembantu di rumah itu. Apalagi dengan pendidikannya. Tapi dia bisa meraih gelar juga atas bantuannya Devan. 

Semua sudah dibereskan oleh Aisha dan juga dia membersihkan semua penjuru rumah. Gajinya juga banyak di sini. Jadi dia bisa sekolahkan Hendra. Tapi beberapa waktu belakangan dia harus menunggak bayar SPP. 

Mungkin juga dengan adanya sisa uang dia bisa belikan Hendra motor atau sepeda untuk ke sekolah. Tidak mungkin adiknya jalan kaki dengan jarak yang terlalu jauh. Tapi tidak pernah mengeluh juga. 

Meskipun begitu dia pikirkan nasib adiknya. 

Sembari dia hitung semua belanjaannya Juan di kartu tadi yang dia gunakan semua itu adalah miliknya Devan. 

Enam ratus ribu. Dia mengernyit melihat nominal itu pada semua belanjaan yang dia sendiri tandai belanjaan untuk Devan. 

Ketika dia malam hari dia sudah selesai makan. Juga hendak mengembalikan mengembalikan kartunya Devan. 

Dia mengetuk pintu kamar pria itu dan seketika keluar. “Merindukanku?” 

Aisha melihat gelagat pria itu yang mengatakan kalau dia sama sekali tidak rindu. Bahwa dia menyodorkan belanjaan. “Ayah saya belanja 600 ribu. Potong gaji Mas. Dia datang ke supermarket.” 

Devan mengambil kartu itu. “Tidur denganku.” 

Tapi Aisha ingin pergi dari kamar itu. “Aisha, masuklah!” tangannya dicegat oleh pria itu. 

“Tidak. Jangan lakukan itu lagi.” 

“Kamu mau kalau aku sebarkan bahwa kamu tidur denganku pada Ibumu? Aku membutuhkan kamu malam ini saja.” 

“Hey, saya tidak akan mau lagi, Mas.” 

Tapi Devan menghela napasnya. “Aisha, ini perintah! Aku akan bicara dengan Ibumu. Ingat Ibumu sedang sakit.” 

Dia menggeleng ketika Devan memegang tangannya. “Mas Devan kenapa jadi begini?” 

“Kamu keterlaluan, Aisha.” 

“Kenapa?” 

“Karena kamu buat aku seperti orang bingung. Ditinggalkan saat pagi hari, kamu jahat.” 

Tangannya tidak dilepaskan oleh Devan. Justru diseret masuk ke dalam kamar. Pria itu mengunci pintu kamarnya. “Mas, jangan!” dia mencoba untuk menahan diri. Akan tetapi justru ditahan lagi oleh Devan untuk keluar. 

Pria itu mendorongnya ke ranjang hingga tubuhnya terlempar dan masih berusaha untuk melawan. Kedua tangannya ada di atas kepala. Dengan tatapan Devan yang teduh. Pria itu memajukan wajahnya. “Aisha.” Pria itu perlahan mengusap bibirnya Aisha dan mulai mencium bibir ranumnya. 

Ciuman itu berubah jadi lumatan juga tangan kanannya Devan meremas dadanya Aisha. 

Aisha melihat betapa lihainya pria itu dalam menyentuhnya. “Ini rahasia kita.” 

Tapi Aisha tidak bisa bergerak karena kuncian tubuhnya Devan yang keras. Kalau dia menendang pria itu juga sudah tidak bisa. Dia ditindih sepenuhnya sampai tidak bisa melakukan perlawanan. 

Aisha diam ketika Devan sudah selesai dengan pelepasannya. Pria itu mencium keningnya. “Mas Devan tahu ini salah, kan?” 

“Jangan protes, Aisha. Enam ratus ribu itu lunas, oke! Jangan anggap hutang.” 

Aisha memukul dadanya Devan. “Sialan.” 

Devan tertawa setelah menggauli Aisha lagi. “Ingat aku melakukannya di dalam. Aku hanya denganmu. Artinya ... kamu milikku.” 

Tidak ada klaim kepemilikan. Aisha tidak mau jika ini hanya menjadi objek pemuas nafsu semata. Tapi begitu dia ingin bangun dari tempat tidur. Justru Devan menariknya dan memeluknya. “Tidur di sini. Aku tidak tahu nanti aku ingin melakukannya lagi.” 

“Mas Devan jangan keterlaluan.” 

“Aku sudah bilang kamu milikku, Aisha.” 

“Tidak ada over klaim, ya.” 

“Terserah. Kalau aku sudah bilang kamu adalah milikku. Mana peduli sama yang kamu lakukan. Ingat kita sudah lakukan itu lima kali. Tiga kali gagal karena kamu sempit, keempat kamu udah nggak perawan. Lalu sekarang kamu adalah milikku.” 

Aisha tidak bisa berkutik ketika Devan memaksa untuk dia bertahan di kamar. 

Tapi dia ingat kalau ucapan Juan sekarang jadi beban pikirannya. “Saya mau resign, Pak.” 

“Kenapa?” 

“Butuh pekerjaan di luar sana.” 

“Kamu di sini saja. Jangan kerja di luar, apalagi kerja kantoran. Uang kamu akan habis beli untuk fashion, makan kamu, gaya hidup kamu juga di sana akan saingan dengan teman kerja. Belum lagi kamu dapat teman yang dua muka. Kamu di sini, gajimu aku naikkan. Ayahmu meminta uang lagi?” 

“Uangku sudah habis dikuras dia tadi ketika di supermarket.” 

“Karena Ayahmu adalah simbol pria brengsek, Aisha.” 

“Bukan hanya itu. Dia juga bajingan.” 

Aisha mengangguk dengan ucapan Devan. Jujur saja dia juga sangat sakit hati dengan apa yang sudah dilakukan oleh orangtuanya. Ibunya berapa kali dimadu oleh ayahnya juga punya anak.

“Aku tahu Ibumu dulu sering dipukuli. Kenapa tidak cerai?” 

“Ibuku mencintai Ayahku.” 

“Bukan, aku melihat kalau Ibumu bertahan hanya karena anak-anaknya.” 

Aisha yang bicara kaku tadi sekarang mendengar ucapan dari Devan soal definisi seorang Juan. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dulu Pembantu Sekarang Menantu   Tak Dilirik Lagi

    Devan seperti kehilangan arah ketika mendapati Aisha pergi meninggalkannya karena tidak bisa bertahan di sisinya. Sudah empat bulan ini Aisha pergi setelah pengakuannya Devan kalau dia lebih jatuh cinta kepada wanita itu dibandingkan dengan istrinya. Kalau sekarang, Aisha memang belum ada di hatinya. Tapi Devan memasukkan Bianca ke dalam rumah tangganya. Menganggap kalau ini akan baik-baik saja. Tapi semua itu justru menjebak dia untuk masuk ke dalam kubangan bencana besar di dalam rumah tangganya.Terdapat beberapa hal yang juga membuat Devan merasa kesepian sekali pada kehidupannya. Tidak ada tangisan Thania di rumah ini. Tidak ada yang merangkak ketika Devan sedang menonton televisi. Tidak ada yang tidur di lengannya setiap malam.Baru dia menyadari semua itu saat Thania menjadi alasannya untuk bertahan.Di kantor tempatnya bekerja. Tidak ada gairah sama sekali untuk mengerjakan semuanya. Rasa kosong itu terasa sekali. menurut informasi yang Devan dapatkan juga kalau istrinya sekar

  • Dulu Pembantu Sekarang Menantu   Tertangkap Basah Perselingkuhan

    “Aisha, Mama mertua kamu mau jemput ke sini. Katanya mau ajak kamu jalan-jalan sama Thania.” Aisha juga sudah siap-siap. Mendapatkan telepon dari mama mertuanya cukup menyenangkan. Hari ini mertuanya menyempatkan waktu untuk jalan-jalan. Kebetulan juga besok Devan akan menjemputnya bersama dengan Thania di rumah ini. Besok juga dia akan pulang bersama anaknya. Aisha sudah memasang gendongan untuk anaknya. “Aku mau berangkat sebentar lagi, Bu.” Ujarnya ketika disapa oleh Nita. “Kalau begitu Ibu pergi bentar ke supermarket, ya. Takut Ayah kamu pulang nanti marah-marah kalau nggak ada makanan.”Kemudian tidak lama mertuanya datang waktu Aisha menunggu di luar. Linda keluar dari mobil dan mengedarkan pandangannya. “Ya ampun, sekarang rumah kamu bagus banget.” “Iya, Ma. Ayah aku ada rezeki, jadi di renovasi.” “Ini bukan biaya sedikit, Aisha. Ayah kamu keren juga.” Aisha menganggukkan kepalanya dan kemudian dia tersenyum. “Kalau begitu, Mama mau masuk dulu atau gimana?” “Ibu kamu ada

  • Dulu Pembantu Sekarang Menantu   Takut Karma Berulang

    Selama berada di rumahnya Juan, kehidupan Aisha memang terpenuhi oleh orangtuanya. Tidak ada kekurangan apa pun selama ada di sana. Ayahnya yang sudah punya segalanya. Ibunya juga beberapa kali dia dengar diminta untuk berhenti bekerja di rumah orangtuanya Devan. Memang kalau untuk urusan itu Juan agak keras.Juan juga memberikan pengertian kepada Aisha untuk masalah rumah tangga. Memang benar kalau Aisha sendiri tidak bisa membayangkan dirinya kalau menjadi janda nanti. Karena Devan yang berubah-ubah sikap.Selama ini Aisha menganggap kalau rumah tangganya dengan pria itu tidak ada masalah sama sekali. Tapi justru membuat Aisha bisa sadar kalau konflik waktu itu masih membekas di kepalanya Aisha.Juan juga memberikan pandangan yang baik untuk Aisha. Bahwa tidak semua pernikahan itu berjalan dengan mulus. Aisha juga tidak pernah cerita kepada ayahnya jika masalahnya dengan suaminya sampai sekarang tidak ada titik terangnya. Tapi sikapnya Devan yang kadang membuat luluh, tapi juga memb

  • Dulu Pembantu Sekarang Menantu   Mulai Khawatir Dengan Rumah Tangga

    “Kamu kenapa?” Aisha hendak diantar ke rumah orangtuanya karena Devan hari ini akan pergi ke Bali. “Nggak apa-apa, Mas.” Pria itu sudah selesai packing barangnya sebelum berangkat ke bandara hari ini. Sedangkan Aisha akan menginap di rumah orangtuanya bersama dengan Thania. Anaknya sudah berusia tujuh bulan. Apa saja yang dibutuhkan Aisha untuk kebutuhan si kecil tidak pernah dibatasi oleh Devan. Pria itu juga menambah uang kebutuhannya Aisha selama di rumah. Aisha juga sudah selesai siapkan barangnya untuk pergi ke rumah orangtuanya. Tapi dia menatap Devan dengan intens. Tidak lama setelah itu Devan mengambil Thania dari gendongannya Aisha. “Baik-baik di rumah, ya. Papa mau kerja.” Kata pria itu sambil mencium anaknya. Hanya bisa tersenyum melihat kedekatan keduanya. Thania juga begitu bahagia dihampiri oleh Devan. Apalagi sampai digendong seperti itu. Dia bisa tersenyum melihat anaknya yang mencium Devan. “Aisha, kamu kenapa melihatku seperti itu?” dengan buru-buru Aisha menga

  • Dulu Pembantu Sekarang Menantu   Membangun Kepercayaan Kembali

    Suara gelak tawa Thania pagi-pagi ketika Aisha keluar dari kamar mandi. Anaknya asyik bersama dengan Devan. Memang kalau soal menemani Thania, dia sendiri akui kalau Devan itu sangat bisa menjadi ayah untuk anaknya. tapi masih gagal menjadi suami untuk Aisha.Suara anaknya yang tertawa seketika membuat Aisha tertawa dengan perlakuan Devan yang mencium anaknya tapi justru dibalas dengan tawa. Hari ini Devan menyempatkan lagi untuk pergi jalan-jalan. Suaminya sering di rumah beberapa waktu belakangan ini dan menjaga bayinya.Menurut Aisha, itu memang sangat disukai oleh Devan. Seharian penuh Devan bisa menjaga anaknya. istirahat hanya saat si kecil disusui saja. Devan mencium telapak tangan anaknya yang membuat si kecil tertawa terbahak lagi.Aisha pergi dari sana untuk memakai bajunya sebelum mereka berangkat. Devan hanya menolehkan kepalanya tadi.Aisha mengambil gendongan bayi setelah bersiap-siap. Anaknya digendong oleh Devan. Dia yang memasang gendongan itu kemudian Devan menaruh

  • Dulu Pembantu Sekarang Menantu   Membingungkan

    Aisha hanya berdua dengan Thania di rumah. Dia menyusui anaknya sambil menggendong anak perempuannya. Devan pulang atau tidak sudah bukan lagi urusannya Aisha. Yang penting anaknya bisa tumbuh dengan baik. Sejak pria itu mengatakan cintanya tidak ada di Aisha dua bulan lalu. Aisha juga hanya bisa fokus mengurus bayinya. Cinta pria itu tidak ada sama sekali untuknya. Hanya berlandaskan nafsu semata. Thania sedang dia pangku setelah anaknya menyusu. “Papa nggak pulang malam ini.” Kata Aisha mencoba menghibur dirinya sendiri dan bicara pada Thania. Anak itu pun terdiam dengan ucapan sederhana Aisha. Meskipun suaminya tidak pulang, Aisha tetap bertahan di rumah ini. Karena meskipun Devan selingkuh, anaknya tetap diurus dengan baik. Jadi, ini yang dirasakan oleh ibunya dulu ketika Juan selingkuh. Ini yang membuat Nita bertahan demi anak. Aisha bisa tersenyum meratapi masa mudanya hanya untuk mengurus anak.“Mama akan bertahan sampai kamu berusia satu tahun, Thania. Kalau Papa nggak be

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status