Share

Perjuangan Berat

Penulis: Joane
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-16 01:47:54

Aisha bangun terlambat pagi ini karena harus melayani pria itu semalam beberapa kali. Akan tetapi dia ingat ucapan soal ibunya bertahan hanya demi anak-anak. Itu menyakitkan bagi Aisha. 

Tapi mengenai pekerjaan dia masih lebih tertarik bekerja di luar. Masih ada di dalam kamar. Devan yang sudah beranjak terlebih dahulu. 

Waktu Aisha memasang kembali pakaiannya. Devan keluar dari kamar mandi dengan keadaan rambut yang masih basah. 

“Mengenai ucapanku semalam soal pekerjaan. Pikirkan baik-baik. Aku punya perusahaan. Kalau kamu ingin mencoba, juga ingin memakai gelar kamu. Masuklah!” 

Aisha mengangkat kepalanya mendengar perkataan itu. “Tapi aku nggak mau cari asisten, kalau kamu mau di sana. Masuk saja. Kamu bisa ambil posisi sesuai jurusan kamu. Sesuai apa yang kamu bisa. Tapi urusan rumah tetap jadi urusan kamu juga. Jangan seperti orang yang saling kenal.” 

“Apakah Mas Devan perbolehkan aku bekerja?” 

“Kamu benar, kamu butuh karier dan juga pengalaman kerja untuk bisa cari pekerjaan di luar sana. Tapi aku mau kamu tetap di rumah ini juga. Kamu boleh bawa motor yang di bawah. kamu punya pendidikan, Aisha. Masuklah! Aku bisa bicarakan ini nanti kalau kamu harus bekerja. Siapkan saja surat lamaran juga CV kamu harus lengkap. Aku bisa masukkan kamu dengan jalur berbeda.” 

Segera dia beranjak dari tempat duduknya usai memasang baju. “Mas Devan nggak marah?” 

“Bangun pagi, siapkan sarapan. Setrika pakaianku, siapkan bekal makan siang. Lalu ke kantor, aku mulai jam 9 pagi untuk bekerja. Kamu masih ada waktu sampai jam 8 untuk siap-siap lalu berangkat. Pulang jam 5 sore, kamu pulang juga siapkan makan malam.” 

Itu pasti sangat berat sekali bagi Aisha kalau dia bekerja dan banyak sekali pekerjaan di rumah ini. “Apakah Mas Devan keberatan?” 

“Tidak.” 

“Mas Devan ikhlas?” 

“Lakukan saja, jangan cari pekerjaan di luar sana yang tidak kamu mengerti. Aku bisa mengawasimu kalau kamu di perusahaanku. Jangan banyak tingkah saja, Aisha. Aku memahami dengan baik soal keadaan kamu. Jangan pernah berpikir kalau kamu bisa keluar dari sini. Aku tidak pernah percaya pada orang lain, Aisha.” 

“Lalu kenapa denganku?” 

“Coba kamu pikirkan lagi. Dari kecil kamu sudah di sini. Segala kelakuan biadab ayahmu aku tahu. Bahkan ketika Ibumu hamil Hendra. Berapa kali Ibumu dipukuli? Apa kamu tahu bagaimana orangtuamu terus bertahan demi kalian berdua.” 

Devan tidak bisa toleransi ucapannya terhadap Juan. Yang artinya dia sangat kecewa sekali terhadap Juan sejauh ini. “Maaf jika kata-kataku tidak baik kamu dengar. Akan tetapi aku benci terhadap Ayahmu dari dulu. Ibumu pernah masuk rumah sakit dan hampir keguguran saat Ayahmu menikah lagi. Catat itu baik-baik ketika aku masih kecil tapi Ibumu sudah berjuang keras. Aku sedang disuapi, menyaksikan kejadian itu. Masih lekat di kepalaku. Kamu pikir apa alasan aku kuliahkan kamu? Karena jelas aku berpikir kalau Juan tidak akan lanjutkan pendidikanmu.” 

Aisha termenung mendengar setiap kata yang keluar dari mulutnya Devan kalau memang benar pria itu tidak akan pernah mau lanjutkan pendidikan Aisha. “Kalau kamu sanggup dengan dua pekerjaan. Gajimu dua kali lebih banyak. Tapi berjanjilah satu hal padaku, Aisha.” 

“Apa?” ucapnya dengan sangat cepat kalau dia ingin tahu apa yang dimaksud oleh pria itu. 

Devan lalu menghela napas dan memakai bajunya di depan Aisha tanpa peduli bahwa Aisha bisa lihat tubuhnya. “Pastikan masa depannya Hendra.” 

“Kenapa Mas Devan peduli?” 

“Masa kecil kalian terlalu menderita. Bekerja dan biayai adikmu dengan baik. Jangan pernah berhubungan untuk mencari cinta. Karena itu tidak akan buat kamu bahagia. Nggak semua cinta itu berakhir dengan bahagia. Di luar sana masih banyak orang jahat yang memanfaatkan orang baik. Kalau kamu berjuang untuk masa depanmu. Lalu kemudian kamu sendiri bisa bangkit, buat usaha. Lakukan apa yang kamu bisa. Jangan libatkan seorang pria di dalam hidup kamu dalam mencari kesuksesan.” 

“Apa itu berpengaruh?” 

“Seorang pria akan melakukan apa pun yang dia mau tanpa berpikir juga tanpa hati. Salah kalau kamu terlalu berharap cinta kamu dibalas.” 

“Yakin Mas Devan seperti itu soal cinta?” 

Pria itu mengancingkan kemejanya. Tapi kemudian Aisha dengan spontan berdiri dan memasangkan kancing kemejanya. Tangannya dipegang oleh Devan. “Hari ini pergilah ke rumah sakit!” 

“Mas Devan belum jawab pertanyaanku.” 

“Semua pria tidak akan pernah perlakukan kamu dengan istimewa kalau kamu udah jatuh cinta, Aisha.” 

“Kenapa begitu?” 

“Aku bilang kalau cowok nggak akan pakai hati kalau kamu sudah jatuh hati. Beda sama cewek, dia akan berusaha untuk berikan segalanya. Bahkan hidupnya diberikan kepada orang yang begitu sayang padanya.” 

Aisha mengangguk dan kemudian saat itu dia hendak keluar dari kamar tersebut. “Pikirkan tawaranku untuk bawa kamu bekerja.” 

Dia juga harus pikirkan dengan baik tawaran yang telah diberikan oleh pria itu untuknya. Sementara Aisha sendiri bingung harus berbuat apa pada orang yang sudah membantunya melakukan banyak hal. Jujur saja kalau sebenarnya Aisha tersentuh dengan ajakan dari Devan untuk bekerja di perusahaannya. 

Suatu hal yang tidak pernah dibayangkan sendiri oleh Aisha kalau pemikiran pria itu jauh terhadapnya. 

Hari ini dia akan ke rumah sakit lagi dan untuk kali ini adalah menemani ibunya yang operasi. 

Selesai siapkan sarapan. Devan mengeluarkan uang untuknya. “Pakai untuk ke rumah sakit. Kamu nggak apa-apa nginap di rumah sakit kalau memang Ibumu perlu ditemani. Aku bisa beli makanan di luar. Tapi jangan lupa kabari aku kalau kamu memang menginap di sana.” 

Aisha mengiyakan. 

Dia membereskan rumah dan juga mengepel. Selesai melakukan itu dia mandi dan bersiap ke rumah sakit. 

Pukul dua belas siang dia baru sampai di sana. 

Tiba di sana tapi Ibunya sudah kembali lagi ke rawat inap. “Suster, apakah operasinya berjalan dengan lancar?” 

Suster mengiyakan pertanyaan dari Aisha. “Sudah selesai dari tadi. Sekarang sedang istirahat. Sebentar lagi pasti sadar efek bius.” 

Dia tidak mau masuk terlebih dahulu karena dokter ada di sana  sedang bersama dengan ibunya. 

Aisha memilih ke kantin rumah sakit untuk makan siang. 

Dia dihubungi oleh adiknya kalau Hendra sudah kembali ke rumah sakit. 

Aisha ke ruangan ibunya. “Hendra.” 

Anak itu menoleh ke arahnya. “Ya kak?” 

“Kalau Ibu nanti keluar dari sini. Jangan pulang ke rumah, ya.” 

Adiknya menatap dengan intens. “Kenapa?” 

“Kakak akan cari uang lain buat kita bertiga.” 

“Kenapa kakak berpikir begitu. Kita ada rumah kok.” 

Tapi Aisha menggeleng. “Jangan ke sana. Kita cari kontrakan. Mungkin kamu sama Ibu akan tinggal di kontrakan. Aku tidak bisa tinggalkan rumah Mas Devan. Juga akan kakak belikan motor. Walaupun bekas, tapi masih bisa dipakai untuk kamu sekolah.” 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dulu Pembantu Sekarang Menantu   Tak Dilirik Lagi

    Devan seperti kehilangan arah ketika mendapati Aisha pergi meninggalkannya karena tidak bisa bertahan di sisinya. Sudah empat bulan ini Aisha pergi setelah pengakuannya Devan kalau dia lebih jatuh cinta kepada wanita itu dibandingkan dengan istrinya. Kalau sekarang, Aisha memang belum ada di hatinya. Tapi Devan memasukkan Bianca ke dalam rumah tangganya. Menganggap kalau ini akan baik-baik saja. Tapi semua itu justru menjebak dia untuk masuk ke dalam kubangan bencana besar di dalam rumah tangganya.Terdapat beberapa hal yang juga membuat Devan merasa kesepian sekali pada kehidupannya. Tidak ada tangisan Thania di rumah ini. Tidak ada yang merangkak ketika Devan sedang menonton televisi. Tidak ada yang tidur di lengannya setiap malam.Baru dia menyadari semua itu saat Thania menjadi alasannya untuk bertahan.Di kantor tempatnya bekerja. Tidak ada gairah sama sekali untuk mengerjakan semuanya. Rasa kosong itu terasa sekali. menurut informasi yang Devan dapatkan juga kalau istrinya sekar

  • Dulu Pembantu Sekarang Menantu   Tertangkap Basah Perselingkuhan

    “Aisha, Mama mertua kamu mau jemput ke sini. Katanya mau ajak kamu jalan-jalan sama Thania.” Aisha juga sudah siap-siap. Mendapatkan telepon dari mama mertuanya cukup menyenangkan. Hari ini mertuanya menyempatkan waktu untuk jalan-jalan. Kebetulan juga besok Devan akan menjemputnya bersama dengan Thania di rumah ini. Besok juga dia akan pulang bersama anaknya. Aisha sudah memasang gendongan untuk anaknya. “Aku mau berangkat sebentar lagi, Bu.” Ujarnya ketika disapa oleh Nita. “Kalau begitu Ibu pergi bentar ke supermarket, ya. Takut Ayah kamu pulang nanti marah-marah kalau nggak ada makanan.”Kemudian tidak lama mertuanya datang waktu Aisha menunggu di luar. Linda keluar dari mobil dan mengedarkan pandangannya. “Ya ampun, sekarang rumah kamu bagus banget.” “Iya, Ma. Ayah aku ada rezeki, jadi di renovasi.” “Ini bukan biaya sedikit, Aisha. Ayah kamu keren juga.” Aisha menganggukkan kepalanya dan kemudian dia tersenyum. “Kalau begitu, Mama mau masuk dulu atau gimana?” “Ibu kamu ada

  • Dulu Pembantu Sekarang Menantu   Takut Karma Berulang

    Selama berada di rumahnya Juan, kehidupan Aisha memang terpenuhi oleh orangtuanya. Tidak ada kekurangan apa pun selama ada di sana. Ayahnya yang sudah punya segalanya. Ibunya juga beberapa kali dia dengar diminta untuk berhenti bekerja di rumah orangtuanya Devan. Memang kalau untuk urusan itu Juan agak keras.Juan juga memberikan pengertian kepada Aisha untuk masalah rumah tangga. Memang benar kalau Aisha sendiri tidak bisa membayangkan dirinya kalau menjadi janda nanti. Karena Devan yang berubah-ubah sikap.Selama ini Aisha menganggap kalau rumah tangganya dengan pria itu tidak ada masalah sama sekali. Tapi justru membuat Aisha bisa sadar kalau konflik waktu itu masih membekas di kepalanya Aisha.Juan juga memberikan pandangan yang baik untuk Aisha. Bahwa tidak semua pernikahan itu berjalan dengan mulus. Aisha juga tidak pernah cerita kepada ayahnya jika masalahnya dengan suaminya sampai sekarang tidak ada titik terangnya. Tapi sikapnya Devan yang kadang membuat luluh, tapi juga memb

  • Dulu Pembantu Sekarang Menantu   Mulai Khawatir Dengan Rumah Tangga

    “Kamu kenapa?” Aisha hendak diantar ke rumah orangtuanya karena Devan hari ini akan pergi ke Bali. “Nggak apa-apa, Mas.” Pria itu sudah selesai packing barangnya sebelum berangkat ke bandara hari ini. Sedangkan Aisha akan menginap di rumah orangtuanya bersama dengan Thania. Anaknya sudah berusia tujuh bulan. Apa saja yang dibutuhkan Aisha untuk kebutuhan si kecil tidak pernah dibatasi oleh Devan. Pria itu juga menambah uang kebutuhannya Aisha selama di rumah. Aisha juga sudah selesai siapkan barangnya untuk pergi ke rumah orangtuanya. Tapi dia menatap Devan dengan intens. Tidak lama setelah itu Devan mengambil Thania dari gendongannya Aisha. “Baik-baik di rumah, ya. Papa mau kerja.” Kata pria itu sambil mencium anaknya. Hanya bisa tersenyum melihat kedekatan keduanya. Thania juga begitu bahagia dihampiri oleh Devan. Apalagi sampai digendong seperti itu. Dia bisa tersenyum melihat anaknya yang mencium Devan. “Aisha, kamu kenapa melihatku seperti itu?” dengan buru-buru Aisha menga

  • Dulu Pembantu Sekarang Menantu   Membangun Kepercayaan Kembali

    Suara gelak tawa Thania pagi-pagi ketika Aisha keluar dari kamar mandi. Anaknya asyik bersama dengan Devan. Memang kalau soal menemani Thania, dia sendiri akui kalau Devan itu sangat bisa menjadi ayah untuk anaknya. tapi masih gagal menjadi suami untuk Aisha.Suara anaknya yang tertawa seketika membuat Aisha tertawa dengan perlakuan Devan yang mencium anaknya tapi justru dibalas dengan tawa. Hari ini Devan menyempatkan lagi untuk pergi jalan-jalan. Suaminya sering di rumah beberapa waktu belakangan ini dan menjaga bayinya.Menurut Aisha, itu memang sangat disukai oleh Devan. Seharian penuh Devan bisa menjaga anaknya. istirahat hanya saat si kecil disusui saja. Devan mencium telapak tangan anaknya yang membuat si kecil tertawa terbahak lagi.Aisha pergi dari sana untuk memakai bajunya sebelum mereka berangkat. Devan hanya menolehkan kepalanya tadi.Aisha mengambil gendongan bayi setelah bersiap-siap. Anaknya digendong oleh Devan. Dia yang memasang gendongan itu kemudian Devan menaruh

  • Dulu Pembantu Sekarang Menantu   Membingungkan

    Aisha hanya berdua dengan Thania di rumah. Dia menyusui anaknya sambil menggendong anak perempuannya. Devan pulang atau tidak sudah bukan lagi urusannya Aisha. Yang penting anaknya bisa tumbuh dengan baik. Sejak pria itu mengatakan cintanya tidak ada di Aisha dua bulan lalu. Aisha juga hanya bisa fokus mengurus bayinya. Cinta pria itu tidak ada sama sekali untuknya. Hanya berlandaskan nafsu semata. Thania sedang dia pangku setelah anaknya menyusu. “Papa nggak pulang malam ini.” Kata Aisha mencoba menghibur dirinya sendiri dan bicara pada Thania. Anak itu pun terdiam dengan ucapan sederhana Aisha. Meskipun suaminya tidak pulang, Aisha tetap bertahan di rumah ini. Karena meskipun Devan selingkuh, anaknya tetap diurus dengan baik. Jadi, ini yang dirasakan oleh ibunya dulu ketika Juan selingkuh. Ini yang membuat Nita bertahan demi anak. Aisha bisa tersenyum meratapi masa mudanya hanya untuk mengurus anak.“Mama akan bertahan sampai kamu berusia satu tahun, Thania. Kalau Papa nggak be

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status