Share

Bab 4

Penulis: Scarlett Flame
Tak lama setelah Ethan pergi, Sylvia memperbarui status di Twitter.

[ Cuma iseng bilang ingin makan panekuk, keesokan paginya langsung muncul di depan mata. Terima kasih atas kasih sayangmu yang begitu terang-terangan, makanya aku nggak segan-segan memamerkannya. ]

Foto yang diunggahnya adalah panekuk sirup maple yang persis sama dengan yang ada di meja makanku.

Awalnya, koki di rumah Ethan tidak bisa membuat panekuk. Namun karena aku sangat menyukainya, Ethan sengaja menyuruh koki itu belajar. Dulu Ethan pernah berjanji padaku, panekuk sirup maple itu hanya akan dibuat untukku.

Aku diam-diam mematikan ponsel dan menyeka air mata. Kemudian, aku menatap pembantu yang sedang susah payah membersihkan remah panekuk yang tadi dibanting Ethan ke lantai.

Sirup yang menetes di atas panekuk itu sudah menempel di karpet. Mau dibersihkan dengan cara apa pun, bekas sirup itu tetap saja tidak bisa hilang sepenuhnya.

"Sudahlah, nggak usah dibersihkan. Buang saja," kataku.

Aku meminta pembantu membuang karpet itu langsung, meskipun karpet itu dulu adalah hadiah dari Ethan. Bukan cuma karpet itu, aku mengumpulkan semua barang yang pernah diberikan Ethan, lalu mengemasnya dan membuang semuanya.

Lagi pula, setiap hadiah itu tidak ada bedanya dengan panekuk hari ini. Ini hanya sekadar formalitas untuk membungkamku.

Setelah Ethan pergi hari itu, tidak ada lagi kabar darinya sama sekali dalam beberapa hari ke depan.

Dulu setiap kali kami bertengkar, akulah yang selalu lebih dulu mengalah. Namun kali ini, aku tidak menghubunginya lagi.

Aku memblokir akun media sosial dan nomornya. Aku mengganti kode akses rumah dan memberi tahu pembantu untuk tidak membukakan pintu kalau Ethan datang. Kebetulan, Ava mengajakku pergi untuk menyegarkan pikiran.

Aku menelepon kedua orang tuaku yang sedang dinas di luar kota dan memberi tahu mereka bahwa aku ingin pergi ke kutub utara untuk melihat aurora.

Aku berniat tinggal bersama Ava sampai liburan musim panas berakhir, lalu langsung masuk kuliah. Dengan begitu, aku bisa benar-benar menghindari semua kemungkinan bertemu Ethan lagi.

Saat aku selesai berkemas dan keluar rumah, kebetulan aku bertemu dengan ibunya Ethan di depan vila. Dia selalu bersikap baik padaku dan dia belum tahu bahwa kami sudah benar-benar putus, jadi aku hanya bisa menyapanya seperti biasa.

Saat melihatku menarik koper, dia sama sekali tidak terlihat terkejut. "Kenapa cuma kamu sendiri? Ethan nggak jemput kamu?" tanyanya.

"Kalian berdua itu harusnya banyak jalan-jalan selagi masih muda. Jadi, waktu Ethan bilang mau ngajak kamu ke Swiss, Tante sangat mendukung."

Dari luar, penampilanku tampak tenang dan berpura-pura setuju. Namun, sebenarnya aku sangat kebingungan dalam hati.

Memang, aku dan Ethan pernah berencana untuk pergi liburan ke Swiss bersama. Namun, dia selalu mengeluh tempatnya terlalu jauh dan terlalu merepotkan, jadi tidak pernah menyetujui usulanku.

Apalagi dengan keadaan hubungan kami sekarang, mana mungkin masih bisa pergi liburan bersama?

Di luar dugaanku, aku bertemu Ethan di bandara. Dia sedang bersama Sylvia dan membawakan tas milik Sylvia dengan perhatian penuh.

Padahal, dulu saat aku kelelahan dan memintanya membantu membawakan tasku, Ethan hanya berkata, "Urus sendiri urusanmu."

Katanya, tasku terlalu feminin dan tidak cocok untuk dibawanya. Ternyata, untuk orang yang benar-benar dia pedulikan, hal-hal seperti itu sama sekali bukan masalah.

Aku menarik napas panjang dan menggelengkan kepala pelan. Aku berusaha keras menghapus bayang-bayang Ethan dari pikiranku.

Ava datang lebih awal dan sudah menungguku di pintu keberangkatan.

Namun, jalur menuju pemeriksaan keamanan tetap sama. Karena aku tidak ingin Ethan melihatku, aku memilih menjaga jarak dan mengikuti mereka dari belakang.

Ethan tampak agak gelisah. Dia terus menunduk sambil menekan-nekan ponselnya, seolah sedang berusaha menelepon seseorang, tapi sepertinya tidak pernah tersambung. Bahkan, beberapa kali saat Sylvia mengajaknya bicara, dia tidak menggubris Sylvia.

Akhirnya, saat aku sampai di pintu boarding, mereka berdua masih berjalan ke arah lain. Begitu aku bertemu Ava, tiba-tiba ponselku berdering menunjukkan panggilan dari nomor asing.

Saat aku menjawab panggilan, suara di seberang terdengar penuh amarah yang ditahan. "Cynthia, nggak masalah kalau kamu nggak hubungi aku beberapa hari. Tapi kenapa malah blokir aku juga?"

"Sebesar itu emosimu? Kalau memang berani, terus blokir saja! Setelah kuliah nanti, aku mau lihat siapa yang bisa lindungi kamu!"

Nada bicara Ethan sangat tidak bersahabat. Jelas sekali, ini adalah tanda-tanda dia akan marah besar.

Akan tetapi, aku tidak menjawab. Aku tidak mungkin bilang padanya bahwa aku telah diam-diam mengganti universitas.

"Sudahlah, aku lagi boarding. Cepat keluarkan aku dari daftar blokirmu. Aku mau ke luar negeri beberapa hari, nggak ada waktu untuk hubungi kamu."

Aku menahan diri untuk tidak memaki dan langsung menutup telepon. Dari kejauhan, aku melihat Ethan hampir melempar ponsel seorang pejalan kaki karena marah.

Aku menggenggam tangan Ava dan melangkah dengan mantap ke arah pintu boarding.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dunia Tak Berputar Pada Satu Orang Saja   Bab 10

    Sepertinya Ethan tidak benar-benar mendengarkan kata-kataku. Beberapa hari setelahnya, aku terus melihatnya di mana-mana. Sampai-sampai aku curiga dia membuntutiku.Namun, aku sama sekali tidak ingin bertemu dengannya. Setiap undangan darinya kutolak, bahkan hadiah-hadiah yang dikirim pun kukembalikan tanpa dibuka.Saat itu, aku dan Miles baru saja resmi berpacaran. Miles menjadi sangat waspada dan menunjukkan rasa tidak suka yang besar terhadap Ethan. Setiap kali melihat Ethan, dia akan langsung menarikku menjauh, tidak berusaha menyembunyikan kecemburuannya maupun rasa kepemilikannya.Sampai akhirnya suatu hari, Ethan mengadang Miles di luar kampus dan memukulnya. Aku benar-benar tak tahan lagi dan memutuskan menemui Ethan untuk menyelesaikan semuanya.Aku sungguh tidak mengerti apa yang ada di kepalanya. Dulu jelas-jelas dia sendiri yang mencoba berhubungan dengan orang lain, sekarang malah muncul lagi dengan sok tulus dan mengacaukan hidupku.Begitu tahu alasan kedatanganku, Ethan

  • Dunia Tak Berputar Pada Satu Orang Saja   Bab 9

    Sampai hari natal tiba, Ethan tiba-tiba muncul dan mengetuk pintu rumah kami."Tante, orang tuaku sedang pergi. Tahun ini aku terpaksa merayakan Natal sendirian, boleh aku ikut merayakannya bersama kalian?"Ethan bertanya dengan sopan. Orang tuaku merasa tidak enak menolaknya, jadi mempersilakannya masuk ke rumah.Tanpa ragu, Ethan duduk di sebelahku. Aku ingin menjauh, tetapi kalau terlalu kentara, malah jadi canggung. Oleh karena itu, aku tetap diam di tempat.Tanteku yang juga datang merayakan natal bersama kami tidak tahu bahwa hubungan antara aku dan Ethan sudah renggang, jadi masih menggoda kami seperti dulu.Awalnya Ethan masih terlihat senang mengobrol bersama semua orang. Namun, setelah aku menjelaskan semuanya dengan senyuman yang tenang, wajah Ethan semakin masam.Saat malam tiba dan semua orang kembali ke kamar masing-masing, aku pun hendak kembali ke kamar, tetapi Ethan menahanku."Kamu begitu terburu-buru untuk mengklarifikasi hubungan kita ya?"Aku memiringkan kepala, be

  • Dunia Tak Berputar Pada Satu Orang Saja   Bab 8

    Sejak Ethan berkata tidak akan pernah memaafkanku, aku tidak pernah melihatnya lagi.Ava mengirimkan tweet pengumuman resmi hubungan Ethan dan Sylvia‌ kepadaku. Aku hanya melihat sekilas, lalu langsung menghapusnya. Untuk apa memperhatikan orang yang sudah tak ada hubungannya denganku?Aku bilang ke sahabatku, Ava, agar jangan pernah lagi mengirimkan kabar apa pun tentang Ethan.Kupikir aku dan Ethan tidak akan pernah bertemu lagi. Tak kusangka, pada hari aku berangkat ke kampus, aku malah bertemu lagi dengan Ethan dan Sylvia‌. Benar-benar sial.Ethan juga melihatku, tetapi mungkin karena masih kesal, dia tidak menyapaku dan berpura-pura tidak melihat, bahkan memalingkan wajah. Aku juga berpaling, lalu berjalan menuju gerbang keberangkatan.Aku sempat melihat Ethan melirik tajam ke arahku saat tahu aku tidak menyapanya duluan. Setelah itu, dia ditarik pergi oleh Sylvia‌. Ava pun membalas tatapan itu, lalu menarikku pergi.Setelah itu, waktu berlalu cukup lama tanpa ada interaksi apa pu

  • Dunia Tak Berputar Pada Satu Orang Saja   Bab 7

    Sepanjang pesta ini, aku menahan rasa kesal di hati. Aku ingin semuanya cepat selesai agar bisa segera pergi. Namun, menjelang akhir acara, aku malah ditahan oleh ibunya Ethan."Cynthia‌, Tante senang sekali kamu bisa datang hari ini. Tante kangen sekali sama kamu." Ibunya Ethan terus menggandeng tanganku dan mengajakku mengobrol.Sylvia‌ bahkan tidak bisa menyela, hanya berdiri di samping dengan wajah tak senang. Tadi saat dia mencoba berbicara, ibunya Ethan justru bersikap dingin padanya.Tante tak peduli perasaan Sylvia‌, malah menggandeng tanganku dan menaruhnya di tangan Ethan sambil menasihati, "Nanti kalau sudah kuliah, kalian berdua adalah keluarga yang paling dekat. Ethan, sebagai laki-laki, kamu harus jaga Cynthia‌ baik-baik. Jangan buat dia marah lagi."Ethan langsung menarik tangannya, mendengus dingin. "Dia sekarang nggak butuh aku jaga, sampai sekarang pun belum kasih aku kontaknya lagi."Nada suaranya terdengar seperti orang yang sedang merajuk.Sylvia‌ tiba-tiba menyela

  • Dunia Tak Berputar Pada Satu Orang Saja   Bab 6

    Hari aku pulang ke negara asal, kebetulan bertepatan dengan pesta perayaan masuk kuliah Ethan.Ayahnya adalah Don si mafia. Setelah Ethan mulai kuliah, dia mungkin akan perlahan-lahan belajar mengambil alih jabatan Don.Jadi, pesta ini kelihatannya memang untuk merayakan kelulusan Ethan, tetapi sebenarnya hanyalah semacam pertemuan bisnis yang dibungkus secara berbeda.Sebagian bisnis keluarga kami masih bergantung pada ayah Ethan. Aku tidak ingin membuat orang tuaku berada di posisi sulit, jadi aku setuju untuk menghadiri pesta itu.Begitu memasuki ruang pesta, aku langsung melihat seseorang yang sudah lama tidak kutemui. Ethan mengenakan setelan jas yang pas, tampak lebih dewasa dan tenang dibanding saat pesta kelulusan dulu.Dua bulan tak bertemu, perasaanku terhadap Ethan terasa sangat rumit. Aku bahkan tidak tahu perasaanku sendiri saat ini. Yang kutahu hanyalah ingin menghindar darinya.Ethan seperti merasakan sesuatu. Dia menoleh dan pandangan kami bertemu. Aku segera mengalihka

  • Dunia Tak Berputar Pada Satu Orang Saja   Bab 5

    Di kutub utara, aku sengaja membuat diriku sibuk. Bersama Ava, kami menikmati aurora, naik kapal riset mengejar paus dan anjing laut.Aku mengisi hariku dengan berbagai kegiatan agar tidak punya waktu luang untuk memikirkan masa lalu. Tentu saja, aku tidak pernah melakukan hal yang diminta Ethan untuk menambahkan kembali kontaknya.Namun, Ava yang selalu ada di sisiku, sesekali tetap menunjukkan padaku unggahan Twitter Ethan dan Sylvia. Aku tahu mereka sedang bersenang-senang di Swiss.Anehnya, Ethan dulu sangat jarang bermain Twitter, apalagi membagikan kesehariannya. Namun belakangan ini, hampir setiap hari dia selalu mengunggah sesuatu.Kadang dia memotret pemandangan dari atas Gletser Aletsch. Kadang dia berfoto di menara Katedral St. Peter.Meski aku sudah tidak lagi memantau media sosialnya seperti dulu, tetap saja banyak teman yang menanyakan kenapa aku tidak ikut Ethan ke Swiss?Karena dalam banyak foto yang beredar, orang yang berdiri di sebelah Ethan adalah Sylvia. Dulu, posi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status