Share

Bab 10

last update Last Updated: 2025-01-06 20:49:02

Rainer mengamati peta yang ada di tangannya dengan tatapan penuh fokus. Informasi yang baru saja ia dapatkan dari Alaric telah membuka mata tentang kemungkinan-kemungkinan besar yang tersembunyi di dunia ini. Namun, peta itu bukan hanya soal penunjuk arah—peta itu adalah petunjuk ke arah yang lebih besar, ke kekuatan yang selama ini tidak mereka ketahui. Dunia ini, dengan segala sihir dan politiknya, memiliki banyak lapisan yang bisa dieksplorasi. Dan kini, mereka harus bergerak hati-hati.

Alaric telah mengungkapkan bahwa di luar tembok akademi, ada tempat-tempat yang lebih penting—kekuatan kuno yang tidak terhubung langsung dengan sistem kasta yang ada. Tempat-tempat itu adalah wilayah yang sangat dijaga ketat oleh mereka yang berkuasa, dan untuk mencapainya, mereka membutuhkan lebih dari sekedar kemampuan fisik atau sihir.

Namun, dengan bantuan peta yang telah Alaric berikan, setidaknya mereka tahu di mana harus mencari. Bahkan jika itu berarti harus menghadapi bahaya yang jauh lebi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 11

    Rainer berdiri di atas perahu yang mengapung perlahan di atas air, angin malam menyapu wajahnya. Di kejauhan, kabut masih meliputi pulau yang hendak mereka tuju. Langit gelap dengan hanya beberapa bintang yang tampak di langit malam. Mereka sudah menempuh perjalanan jauh, meninggalkan jejak mereka di tempat yang hampir tak diketahui siapa pun. Hanya kedalaman laut yang mampu menjamin kesunyian ini.Elyse berdiri di sisi Rainer, matanya tak lepas dari pulau itu. “Kita sudah hampir sampai. Tapi aku merasa... ada sesuatu yang ganjil dengan tempat ini. Sepertinya, pulau ini tidak hanya tersembunyi oleh kabut,” kata Elyse, suaranya pelan, hampir seperti bisikan angin yang bersahutan dengan riak ombak.Rainer menatapnya dengan ekspresi serius. “Kamu benar. Sesuatu tentang pulau ini berbeda. Tidak ada yang menganggapnya penting, tapi kita tahu ini lebih dari sekadar tempat yang terabaikan. Ada yang sangat besar di sini, Elyse, dan kita harus menemukannya.”“Dan jika kita tidak bisa? Jika kit

    Last Updated : 2025-01-06
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 12

    Setelah tembok batu itu mulai membuka dengan perlahan, udara sekitar mereka terasa semakin berat. Seperti ada sesuatu yang mengintai, sesuatu yang tak tampak namun bisa dirasakan dengan jelas. Rainer berdiri di depan celah yang terbuka, matanya menyipit menilai apa yang ada di balik tembok tersebut. Kabut yang lebih tipis menyelimuti bagian dalam, membuat semuanya tampak lebih suram dan penuh rahasia.Elyse berdiri di sampingnya, merasakan ketegangan yang sama. "Apa yang ada di dalam sana?" tanyanya, suaranya bergetar sedikit meskipun ia berusaha keras untuk menyembunyikan kekhawatirannya.“Tidak tahu,” jawab Rainer, dengan suara yang datar. “Tapi kita tidak punya pilihan lain selain melangkah maju. Kita sudah sejauh ini. Menyerah bukanlah opsi.”Dengan langkah hati-hati, mereka memasuki celah yang semakin terbuka. Begitu mereka melangkah masuk, rasa berat itu semakin menyelimuti mereka. Udara di dalam terowongan ini terasa lebih dingin dan lebih pekat. Rainer merasakan sesuatu yang b

    Last Updated : 2025-01-06
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 13

    Dengan langkah yang semakin cepat, Rainer dan Elyse melangkah mundur dari tempat yang baru saja mereka hancurkan. Batu yang ada di tangan Elyse, yang semula memancarkan cahaya biru suram, kini mulai berkilau dengan intensitas yang lebih terang. Itu adalah tanda bahwa energi dari tempat yang mereka temukan mulai beresonansi dengan dunia luar, dan kekuatan yang mereka aktifkan tak bisa diabaikan begitu saja."Rainer, apa yang akan terjadi dengan kekuatan ini?" tanya Elyse dengan napas terengah. Matanya berkilat, namun masih penuh ketidakpastian. Batu di tangannya terasa semakin berat, seperti memanggil sesuatu dari dalam tanah.Rainer menatap batu itu dengan tajam. “Kekuatan ini... bukan hanya milik kita. Ini adalah kekuatan yang telah terkubur terlalu lama di bawah permukaan dunia ini. Dulu, banyak yang mencobanya, tetapi mereka gagal. Kami harus hati-hati, Elyse. Dunia ini bisa terbalik jika kita tidak mengendalikannya dengan benar.”Mereka terus berlari di lorong terowongan yang sema

    Last Updated : 2025-01-10
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 14

    Rainer dan Elyse berlari tanpa henti, kaki mereka beradu dengan lantai batu yang dingin di lorong sempit itu. Setiap langkah terasa semakin berat, seolah-olah ruang yang semula tampak kosong kini memeluk mereka, menekan mereka lebih dekat ke dinding. Batu yang ada di tangan Elyse berkilauan lebih terang dengan setiap detakan jantung mereka, dan Rainer bisa merasakan tekanan yang semakin kuat di sekeliling mereka, seakan dunia ini sendiri berusaha menghentikan mereka."Apa yang akan terjadi jika kita tidak bisa keluar dari sini?" tanya Elyse, matanya masih penuh rasa takut meskipun tekadnya tak pernah goyah."Jika kita tidak keluar, kekuatan itu akan terkunci lebih dalam. Tapi... kita tidak bisa mundur," jawab Rainer, suaranya lebih tegas dari yang ia rasakan. Ia sendiri tidak tahu pasti apa yang akan terjadi jika mereka gagal. Namun, satu hal yang jelas—mereka tidak punya pilihan selain maju.Di depan mereka, lorong berbelok tajam, menyembunyikan misteri yang lebih dalam. Saat mereka

    Last Updated : 2025-01-10
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 15

    Rainer duduk di atas batu besar yang terletak di bagian belakang gua, mencoba mencerna semua yang baru saja terjadi. Seluruh tubuhnya terasa kaku setelah pertempuran yang intens melawan penjaga bertopeng. Debu dan puing-puing masih mengambang di udara, dan sesekali angin dingin meniupkan suara yang menakutkan dari dalam gua yang gelap ini. Di depannya, Elyse tengah duduk, wajahnya penuh kecemasan, namun ada keberanian yang menyala di matanya.“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Elyse dengan lembut, suaranya sedikit bergetar, meskipun dia berusaha keras untuk tetap terlihat tenang.Rainer menghela napas panjang, matanya terfokus pada batu di bawahnya. “Aku baik-baik saja,” jawabnya, meski suaranya terdengar lelah. “Tapi... kita tidak bisa terus seperti ini. Kita terlalu terpojok. Kita harus berpikir lebih cerdas.”Elyse mengangguk, menyadari betul bahwa meskipun mereka telah berhasil melawan penjaga itu, ancaman yang lebih besar masih menunggu. Mereka tidak bisa berlari selamanya, dan

    Last Updated : 2025-01-10
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 16

    Langit di atas kota tampak suram, dipenuhi awan gelap yang tampaknya menandakan sesuatu yang besar akan terjadi. Rainer berjalan dengan langkah hati-hati, matanya menyapu sekeliling untuk memastikan mereka tidak berada dalam pengawasan orang-orang yang tidak diinginkan. Elyse berjalan di sampingnya, wajahnya tegang namun penuh tekad. Setelah pertemuan dengan wanita yang mereka temui di pasar, mereka tahu bahwa langkah berikutnya akan jauh lebih berbahaya dari sebelumnya."Jadi, kita akan bertemu dengan pemimpin mereka?" Elyse bertanya, suaranya rendah namun penuh rasa ingin tahu. Dia menatap Rainer, yang tampaknya lebih tenang daripada biasanya.Rainer mengangguk pelan. "Ya. Mereka adalah kelompok pemberontak yang telah beroperasi di bawah tanah selama bertahun-tahun. Pemimpin mereka, Valen, dikenal sebagai orang yang cerdas dan berani. Tapi dia juga sangat berhati-hati, jadi kita harus siap menghadapi banyak ujian."Mereka berhenti di depan sebuah bangunan besar yang terletak di bagi

    Last Updated : 2025-01-10
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 17

    Malam itu terasa lebih dingin daripada biasanya. Rainer memandang langit, yang seolah ikut berduka dengan apa yang akan mereka hadapi. Udara di sekitar kota terasa berat, seperti menahan napas, menunggu sesuatu yang besar akan terjadi. Tidak hanya para penjaga yang mengawasi gerak-gerik mereka, tetapi Rainer merasa, dunia itu sendiri memandangi mereka dengan cara yang berbeda. Mereka—ia dan Elyse—tengah berada di jalur yang sempit, di mana setiap langkah bisa menjadi langkah terakhir.Rainer berdiri di luar gerbang benteng penjaga, mata tajamnya menelusuri benteng yang kokoh dan tidak mudah ditembus. Saat ia berbalik, ia melihat Elyse berdiri di sampingnya, menggenggam pedang kecilnya dengan tangan yang terlihat tegang, meski ada tekad di balik matanya.“Rainer…” Elyse memulai, suaranya rendah, namun jelas, “Kita tahu risiko ini. Tetapi kita harus yakin dengan langkah kita. Kita telah datang sejauh ini.”Rainer menatapnya. Di wajah Elyse, ada keyakinan yang hampir bisa menyamai milikn

    Last Updated : 2025-01-10
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 18

    Rainer dan Elyse berdiri dalam keheningan yang menekan, memandang Valen yang kini tampak lebih seperti musuh daripada sekutu. Setiap kata yang terucap dari mulutnya seperti batu tajam yang menggores dalam hati mereka, mengingatkan betapa dalamnya pengkhianatan ini. Rainer merasakan darahnya berdesir, ada perasaan hampa yang mengalir ke dalam tubuhnya. Ini bukanlah hanya soal kalah dalam perang atau konflik fisik, ini tentang kehilangan segala yang pernah ia percayai.Elyse, yang selalu berdiri di sisinya, kini memandang Valen dengan tatapan tajam. Mata gadis itu menyala dengan api kemarahan yang tak terbendung. “Jadi, kita hanya permainanmu, Valen?” suara Elyse penuh rasa tidak percaya. “Semua yang kita lakukan, semua pengorbanan ini... untuk siapa?”Valen tetap tersenyum dingin, seolah ia menikmati setiap momen kegelisahan yang tercipta. “Tidak ada yang salah dengan menjadi alat, Elyse. Semua orang di dunia ini pada akhirnya hanya alat. Kami hanya lebih bijak dalam menggunakan posisi

    Last Updated : 2025-01-11

Latest chapter

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 177

    Langit malam menyelimuti dunia dengan kelam yang lebih pekat dari biasanya. Di luar ibu kota, jauh dari mata para penguasa dan rakyat biasa, Menara Bayangan berdiri di atas bukit batu yang tandus, dikelilingi reruntuhan peradaban lama yang telah lama dilupakan. Di dalam menara itu, sihir lama—sihir yang bahkan tidak dikenali oleh Akademi Sihir Pusat—masih hidup.Di tengah lingkaran sihir yang berpendar redup, pria berjubah ungu tua itu membuka matanya. Mereka bersinar hijau pucat, bukan karena sihir, tapi karena kekosongan yang menghuni raganya. Ia bukan lagi manusia biasa. Namanya telah lama dihapus dari sejarah, digantikan dengan satu julukan: Nihros, sang Pemelihara Kekosongan.“Fragmen ketiga telah terbangun,” gumam Nihros. Suaranya nyaris seperti bisikan di antara celah kenyataan. “Dan si bocah itu... mulai mengganggu alur.”Di sekelilingnya, entitas-entitas tak bernama—makhluk yang dulunya manusia, tapi telah dirusak oleh sihir gelap dari

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 176

    Ruangan Majelis Tertinggi tidak seperti aula biasa di kerajaan—ia tidak hanya dibangun dari marmer dan batu mulia, tapi dari keheningan yang dalam dan rasa takut yang menggantung. Di tempat inilah hukum kerajaan diciptakan, strategi perang dirancang, dan takdir rakyat ditentukan.Pagi itu, ratusan kursi di tribun atas dipenuhi para bangsawan, penyihir agung, akademisi, dan bahkan utusan luar negeri. Mereka semua datang karena undangan langka: seseorang dari kalangan bawah, tanpa darah bangsawan, tanpa gelar, akan berbicara di hadapan Majelis.Rainer berdiri di tengah podium, mengenakan jubah hitam dengan garis emas yang dirancang Elyse dan para pendukungnya—sebuah simbol antara perlawanan dan martabat. Di belakangnya, Elyse berdiri tegak, mata tajamnya menyapu ruangan.Suara bel logam berdentang tiga kali, menandakan awal sesi. Di kursi utama, High Consul Avarel—pemimpin tertinggi Majelis—mengangguk ke arah Rainer.“Rainer dari distrik bawah, pemegang fra

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 175

    Langit di atas ibu kota kerajaan Arkwen tampak kelabu. Awan gelap menggantung rendah, seolah menandakan badai besar akan segera datang. Namun badai yang mendekat bukan sekadar cuaca—melainkan konflik yang akan mengguncang seluruh struktur kekuasaan kerajaan.Rainer dan timnya baru saja kembali dari ekspedisi ke Utara, membawa satu kebenaran baru dan satu fragmen simfoni tambahan. Tapi bukan hanya kekuatan yang mereka bawa pulang, melainkan juga informasi yang bisa mengguncang fondasi dunia: bahwa sistem yang saat ini berdiri adalah hasil dari siklus berulang yang dipaksakan oleh kekuatan kuno, dan bahwa pemilik simfoni sejati berpotensi menjadi kunci pembebas atau penghancur dari siklus itu.“Berita tentang pergerakan kita telah bocor,” kata Kysha sambil menyerahkan gulungan surat kepada Rainer. “Tiga dari lima keluarga bangsawan besar mengirim utusan ke menara dewan sihir. Mereka menyebutnya sebagai ‘Tanda Pertama dari Kerusakan.’”“Karena kita mengambil fragme

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 174

    Hutan Frostveil, wilayah utara kerajaan yang dinginnya mampu membekukan tulang bahkan sebelum musim salju datang. Kabut tebal menggantung di antara pohon-pohon cemara tinggi, dan hanya suara ranting patah atau langkah lembut di salju yang memberi tanda bahwa kehidupan masih ada di tempat itu.Di sinilah Rainer, Elyse, Marcus, dan Kysha menelusuri jejak pengkhianat dari tim mereka—Seth, anggota pencatat sihir yang ternyata telah menyusup atas perintah pihak luar. Peta menuju fragmen ketiga kini berada di tangannya, dan jika dia berhasil menyerahkannya ke tangan sekte atau faksi bangsawan tertentu, pertarungan untuk perubahan bisa berakhir sebelum dimulai.“Kita hanya berjarak satu hari perjalanan dari kuil tua yang disebutkan di fragmen kedua,” bisik Kysha sambil menunjuk peta yang telah mereka salin ulang. “Tapi jalur yang diambil Seth... bukan jalur langsung. Dia menuju celah pegunungan—ada sesuatu di sana yang dia sembunyikan.”Rainer menatap langit yang mulai

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 173

    Hujan deras mengguyur pelabuhan selatan Kerajaan Galvane. Kapal ekspedisi akademi telah bersandar di dermaga, dan suara ombak yang menghantam kayu menambah ketegangan suasana. Rainer berdiri di dek kapal, mengenakan jubah tebal berlapis pelindung sihir. Di belakangnya, Elyse, Marcus, dan beberapa anggota tim elite akademi bersiap turun.Wilayah yang mereka tuju adalah reruntuhan Virellis, kota kuno yang terkubur oleh tanah longsor dua abad lalu. Berdasarkan kode dalam simfoni pertama, fragmen kedua tersembunyi di bawah tanah, dilindungi oleh mekanisme sihir yang hanya bisa dipecahkan oleh harmoni energi tertentu—sesuatu yang hanya bisa dideteksi jika seseorang memiliki resonansi dengan fragmen pertama.“Aku merasakannya,” bisik Rainer sambil menekan telapak tangannya ke dada, tempat ia mengenakan liontin kristal kecil dari fragmen pertama. “Ada sesuatu yang memanggil… seperti gema di ujung lorong panjang.”Elyse menatapnya, mata peraknya penuh waspada. “Pastikan

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 172

    Tiga hari setelah penemuan kristal dari reruntuhan, ketenangan semu menyelimuti Akademi Akar Dunia. Rainer, Elyse, dan beberapa peneliti pilihan menyimpan temuan itu dalam ruang penyimpanan berkode ganda, dijaga oleh pelindung sihir dan teknologi mekanis paling mutakhir yang dimiliki akademi. Meski secara fisik tampak tidak berbahaya, aura yang memancar dari kristal itu tak pernah benar-benar padam. Seolah ia terus bernapas—mengamati, menunggu.Rainer duduk di ruang studi pribadinya, menatap papan tulis besar yang dipenuhi coretan, rumus, dan simbol asing. Ia telah menghabiskan waktu menganalisis isi kristal, dan menemukan bahwa di dalamnya tersimpan bukan hanya data, melainkan pengalaman, suara, dan ingatan. Ini bukan sekadar alat penyimpan informasi, tapi sebuah arsip kesadaran."Aku menemukan pola musik," gumamnya lirih. "Nada-nada yang membentuk kode. Mereka menyampaikan pesan... bukan dalam kata, tapi dal

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 171

    Langit mulai memerah saat senja turun, melukis warna lembayung di atas puncak menara Akademi Akar Dunia. Di dalam ruangan batu yang diterangi cahaya kristal sihir, Rainer duduk di depan tumpukan laporan yang baru saja dikirim dari berbagai wilayah kekuasaan baru. Matanya menelusuri setiap kata, setiap kalimat, dengan tatapan penuh kehati-hatian.Laporan terakhir datang dari sebuah wilayah terpencil di tenggara, sebuah reruntuhan kuno yang baru-baru ini ditemukan oleh sekelompok peneliti dari akademi cabang. Isinya membuat dahi Rainer mengernyit. Tertulis bahwa mereka menemukan manuskrip sihir kuno yang tidak terdaftar dalam arsip kerajaan maupun Perpustakaan Agung Archem. Bahasa yang digunakan bahkan bukan bagian dari sistem sihir modern, dan tulisan itu membawa lambang aneh: dua mata yang saling bertaut dengan garis berkelok di tengahnya.Lebih mencurigakan lagi, para peneliti melaporkan bahwa setelah membuka salah satu segel di bawah reruntuhan, beberapa dari mereka

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 170

    Mentari pagi menyinari halaman luas yang baru saja dibersihkan. Bangunan besar berbentuk setengah lingkaran, dengan menara-menara kecil menjulang di sekelilingnya, berdiri megah di tengah dataran tinggi. Di gerbangnya, ukiran kuno dan lambang baru berdampingan: simbol akar pohon yang menjalar ke segala arah, dengan cahaya bintang di puncaknya—lambang baru Akademi Akar Dunia.Hari itu adalah hari pembukaan akademi yang telah lama direncanakan Rainer. Sebuah pusat pendidikan yang akan menjadi fondasi dari sistem baru. Tidak hanya untuk mengajarkan sihir, tetapi juga logika, etika, strategi, ilmu alam, seni, dan bahkan sejarah dari dunia lama dan dunia asal Rainer.Di hadapan ratusan calon murid dan undangan dari seluruh wilayah, Rainer berdiri di podium terbuka, bersama Elyse dan para dewan guru pertama yang dipilih berdasarkan kemampuan, bukan garis keturunan."Akar pengetahuan," ujar Rainer membuka pidato perdananya, "bukan untuk mereka yang dilahirkan dengan ha

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 169

    Senja baru saja jatuh ketika suara derap kaki kuda memecah keheningan perbukitan selatan. Marcus, kini menjabat sebagai Kepala Divisi Pengamanan Transisi, tiba di sebuah pos pengamatan rahasia. Ia turun dari kudanya, mendekati seorang mata-mata yang menunduk dalam hormat.“Mereka mulai bergerak,” lapor si mata-mata, seorang wanita berambut pendek yang dikenal dengan nama kode "Burung Hantu." “Bayangan Kekaisaran tidak lagi hanya menyebarkan selebaran propaganda. Mereka telah merekrut tiga kelompok tentara bayaran. Total kekuatan mereka mendekati dua ribu.”Marcus menghela napas. “Rainer harus tahu ini malam ini juga.”Tak lama setelah laporan dikirim ke ibu kota, Rainer memanggil pertemuan darurat. Aula pertemuan utama penuh dengan wajah-wajah yang sama—pemikir, prajurit, penyihir, dan perwakilan rakyat. Elyse duduk di sisi kirinya, tenang namun matanya tajam mengamati setiap reaksi.“Bayangan Kekaisaran telah menanggalkan jubah kerahasiaannya,” ujar Rain

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status