Share

Bab 1: Part 1

Cemburu sama siapa, sih, gue bukan siapa-siapanya kepedean banget, sih, gue....

Asia baru saja sampai kantornya pagi tadi, tepat 1 menit sebelum jam masuk kantor tiba. Hari ini dia tidak melihat Dylan, entah kemana dia pergi. Tetapi saat Asia mulai mengerjakan pekerjaannya, dia malah diberitahu Alex teman kantornya kalau Dylan sedang rapat. Ahh syukurlah gue kira dia kenapa tumben nggak kelihatan, batin Asia.

Tapi saat dia sedang melihat ponselnya, tak sengaja dia melihat postingan Dylan bersama istrinya. Rasanya cemburu itu mulai membuncah di hati Asia, dia tak suka jika melihat calon gebetannya sendiri bersama perempuan lain. Tapi apa boleh buat, dirinya bukan siapa-siapa Dylan melainkan hanya sebatas teman kerja saja.

“Kenapa lo tumben cemberut gitu, nggak enak tahu dilihatnya?” Alya menepuk bahu Asia yang membuat sahabatnya itu tersentak kaget.

“Alya, lo nyebelin banget, sih, pagi-pagi. Untung gue nggak jantungan coba kalau gue jantungan bisa mati mendadak gue!” protes Asia yang melotot ke arah Alya dengan penuh marah.

“Lagian lo sih, nggak biasanya cemberut gitu. Pasti abis lihat Dylan, ya?”

Asia menatap sinis ke sahabatnya dan anehnya tebakan Alya memang ada benarnya. “Kalau iya kenapa?”

“Ya terus kenapa Asia sayang, cerita dong, sini sama Aya” Alya menarik tangan Asia dan membawanya ke kantin.

Nggak cocok banget, sih, Al. Biasanya juga dipanggilnya Alya bukan Aya kayak anak kecil aja sih, batin Asia.

“Ribet, deh, kalau ngomong sama lo mah, Al.” Asia melepas tangan Alya dari tangannya dan meninggalkan Alya disana.

“Eh, Asia kok gue malah ditinggalin, sih. Nggak asik banget, nih!” Alya mulai mengejar sahabatnya yang sudah jauh berlari.

Ternyata omongan Alya memang ada benarnya, buat apa gue mikirin Dylan belum tentu dia memikirkan hal yang sama kan. Ahh, gue tuh siapanya Dylan, sih? Cuma sebatas teman kerja aja, dan kebetulan aja kita memang dekat. Dekat juga hanya gara-gara dia pernah jadi mentor magang gue waktu itu.

Ini nih susahnya kalau disuruh meeting online, mana sinyal nggak bersahabat pula. Kan, nggak enak dilihat rekan kerja nanti masa gue ngomongnya terbata-bata gara-gara sinyal doang. Masa sih gue harus mencari sinyal demi mendapatkan meeting yang baik di depan atasan gue. Oh, god! Kenapa, sih, hal ini selalu terjadi nggak tepat waktu, menyebalkan!.

Menyebalkan!

Asia hanya merutuki nasibnya yang selalu apes.

“Udah..udah, deh, nggak usah ngambek gitu kali. Minum dulu biar lebih tenang, kalau sudah minum, kan, bisa mikir lagi.” Alya memberikan Asia teh hangan miliknya.

Asia saja sampai tidak tahu sejak kapan Alya pergi membeli minuman itu. Tapi ada benarnya juga ucapan Alya, Asia langsung menghabiskan teh hangat milik sahabatnya hingga habis.

”Nyebelin banget nggak, sih.”

“Pasti ulah Dylan, kan?”

“Bukanlah.”

“Jangan bohong sama gue, As,” Alya kesal karena dia selalu membantah ucapannya sendiri. Padahal dia sudah kenal seperti apa Asia, kapan Asia suka sama seorang pria dan kapan dia mulai cemburu. Semua sudah terlihat jelas ketika Alya melihat Asia.

“Nggak usah sok tau, deh, lo”

“Pasti cemburu, kan?”

Asia hanya menatapnya sinis, nggak mungkin kali kalau dirinya sendiri sampai cemburu dengan Dylan. Ya buat apa nggak ada gunanya kali. “Gue nggak merasa cemburu, gue biasa aja, Al.”

“Pasti cemburu sama Nafisah.” Balas Alya sambil memakan cemilannya.

“Iya, gue cemburu sama Nafisah. Yang jelas dia tuh sempurna banget buat Dylan, lah gue mah apa atuh. Badan gue juga nggak proporsional, hitam manis pula. Beda kalau Nafisah, kan, cantik, eskotis gitu lah enak dipandang.”

“Nah, itu lho tau. Udah tau lho, tuh, minus jadi nggak ada apa-apanya dibandingkan istrinya Dylan. Dia tuh perfect banget menurut gue dan lo apa hidup, jomblo pula” tambah Alya memperburuk suasana hati Asia.

Asia jadi semakin heran, apa sebegitu jeleknya tubuhnya. Sampai segitunya Alya bilang seperti itu tentang postur badannya. Padahal kalau dilihat-lihat dia tidak terlalu jelek dan cocok kok kalau disandingkan dengan Dylan.

“Bedanya, nih, ya, sama lo tuh nggak bisa miliki Dylan, sedangkan Nafisah tuh bisa. Bener, kan, apa kata gue?” Alya menunjuk-nunjuk ke wajah Asia.

Asia hanya mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya, memang benar dia tidak bisa memiliki Dylan. Tapi bisa jadi, kan, di lain waktu Dylan bisa menjadi miliknya. Dan Asia juga tak ingin kalau sahabatnya bisa membaca pikirannya sekarang.

Ah, Dylan kenapa sih selalu lo yang ada di pikiran gue? Kapan gue yang ada di pikiran lo?

“Heh? Bener, kan, gue?” Alya mencolek tangan Asia, hingga membuat Asia tersadar dari lamunannya.

“Apa, sih? Nggak jelas tahu.” Asia memalingkan pandangannya ke arah lain.

“Tuh, kan, gue dicuekin berarti bener tadi, kan!”

“Alya, lo semakin nggak jelas, deh. Minum obat deh, lo, biar nggak nular ke gue,” ledek Asia.

“Bilang aja, sih, As. Cemburu susah banget, sih, heran gue sama lo!”

“Ya ampun Alya Nathalie, lo tuh ya bisa diem nggak, sih. Nggak usah deh, kepo kepo!” balas Jay yang mulai berdiri dari tempat duduknya. Berdebat dengan Alya memang tak ada habisnya, bisa-bisa sampai nunggu es mencair.

Lebih baik meninggalkan Alya di kantin adalah salah satu pilihan yang tepat. Daripada dia harus diteror dengan ribuan pertanyaan tentang calon gebetannya itu.

Cemburu? Masa sih sama Dylan aja cemburu? Kecuali kalau sekelas David Beckham sih gapapa lah ini si Dylan bukan apa-apa juga. Ya, sekelas Dylan makan juga berantakan kemana-mana kok bisa, sih, Asia naksir sama pria yang sekelas Dylan. Nggak habis pikir ternyata tipenya Asia seperti itu.

Oh, God, kenapa harus memikirkan pria itu sih, harusnya, kan dia mikirin kerjaan?!

Nggak banget, deh, kalau sampai Asia memiliki pria itu padahal sudah jelas-jelas punya istri. Kebangetan banget kayak nggak ada pria lain di dunia ini aja, harus mengambil pria milik cewek lain. Nggak mungkin deh, kayaknya, mustahil aja gitu cewek sekelas Asia naksir sama pria seperti Dylan.

“Asia, nanti pergi meeting bareng gue ya, gue mau keluar dulu mau ada urusan” Alya berteriak dari tempat sana.

“Iya, jangan lama.”

Perasaan Asia setiap hari semakin baik saja, entah apa ini karena pengaruh dari Dylan atau tidak dia juga tidak tahu pasti. Ahh.. padahal hari ini memang menyenangkan? Semoga meeting hari ini menyenangkan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status