“Asia Armelina, lo dimana sekarang?”
Asia kaget saat mendengar ucapan dari Dylan, belum sempat dia berbicara tetapi dia malah dikejutkan dengan suara yang dirindukannya. Dylan, calon gebetannya yang sudah disukai sejak lama.Padahal Asia pikir dia masih bersama istrinya, ternyata tanpa dipikirkan oleh Asia. Dylan tiba-tiba datang sendiri ke rumahnya. Oh my god, sendirian pula nekat juga Dylan menemui Asia. Padahal hari ini ada drama Jepang favoritnya, Dylan selalu datang di waktu yang tidak tepat.Untungnya saja orangtuanya tidak ada, sedangkan kakak perempuannya sedang ada urusan diluar. Kalau ada orangtuanya bisa bahaya, dan Dylan malah kepedean tingkat dewa nanti.
“Ya ampun, biasa aja kali, Dyl. Gue lagi di rumah, kenapa?”“Lo tahu nggak, sih. Gue tuh di depan rumah lo. Cepet buruan nggak pakai lama, Asia Armelina.” bentak Dylan.Asia seketika tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Dylan. Seolah dirinya disamber petir hingga mendapati calon gebetannya sendiri ada di depan rumah. Aneh nggak, sih?"Mau ngapain sih, Dyl? Nggak ada angin nggak ada petir malah kesini." Asia mengatakan dari atas loteng rumahnya.Saat melihat Dylan, dia melihat pria itu dengan membawa banyak makanan. Satu tangan membawa matcha latte kesukaannya dan satu lagi membawa dimsum. Dylan tahu aja deh, kesukaan Asia.
"Bukain pintu dong, gue mau masuk mau ngambil dokumen yang waktu itu gue titipin ke lo, As."
Gue kirain Dylan kangen sama gue. Ahh gue aja yang halu, ya ampun Asia Armelina.
"Iya sebentar, gue turun, nih," Asia langsung mematikan ponselnya dan turun ke bawah.
Asia segera mungkin sedikit berdandan dia tidak mau dandanannya kalah dengan istrinya Dylan. Kalau dipikir-pikir belum tentu Dylan memperhatikan penampilannya, padahal,kan, dia cuma mau mengambil dokumen aja.
Ahh daripada menghapus lipstiknya, mubadzir dong! Ya sudahlah biarkan saja apa yang Dylan mau katakan nanti..
"Gue tuh cuma mau ketemu Dylan, bukan ketemu Shawn Mendes OMG.."
Perlahan, Asia mulai menuruni tangga satu persatu. Asia melihat rumah orangtuanya kosong tanpa ada suara apapun kecuali suara hentakan kakinya.
Asia berlari kecil hingga menghampiri pintu, dia melihat Dylan yang sudah ada di depan pagar rumahnya. Tak lama dia mengambil kunci dan membukakan pagarnya.
"Ya ampun, lama banget, sih, Lo. Habis kenapa, sih?" Dylan langsung saja masuk ke rumah Asia tanpa permisi.
Lalu tak lama Dylan memberikan makanan dan minuman itu kepada Asia.
"Ihh..dasar nyebelin banget, Lo, Dylan," cerca Asia.
"Nyebelin gini bikin Lo kangen nggak, nih," balas Dylan.
Dylan kenapa, sih, kadang-kadang nyebelin kadang-kadang ngangenin. Untung sayang kalau enggak udah gue selepet dari tadi.
"Ihh apa, sih, Lo,"
Asia mengikuti Dylan dari belakang yang sudah duduk rapi di ruang tamu. Dengan cepat dia meletakkan makanan dan minuman dari Dylan. Dan memberikan minuman pada Dylan. Langsung saja Asia menghabiskan makanan dengan gigitan yang lezat.
"Asia, gue kangen banget sama Lo," kata Dylan hingga membuat Asia menatapnya seolah tak percaya.
Melihat Asia seperti itu, Dylan sontak membantunya untuk mengatur agar Asia tidak tersumbat makanan. Tapi bukannya menelan makanan, Asia malah memperhatikan Dylan. Bodohnya Asia!
Nggak salah, kan, kalau Asia menaruh hati padanya walaupun Dylan sudah punya istri? Lagi pula Dylan duluan, sih, yang mulai!
"Makanya kalau makan, tuh, pelan-pelan. Jangan rakus, makanan itu, tuh, buat Lo semua. Gue nggak makan" jelas Dylan.
Asia hanya mengiyakan perkataan Dylan. Bisa nggak, sih, Dylan nggak memperlakukan dirinya sebagai seorang ratu. Padahal jelas-jelas dia sudah punya istri, kan?
Ini, tuh, hati woy bukan cuma hal yang bisa Lo mainin, Dylan. Segala alasan mau ngambil dokumen lagi, bilang aja mau baperin anak orang. Ya ampun degdegan, nih, Asia!
Dylan merangkul Asia dengan penuh hangat, Asia yang sedang makan dimsum tak percaya dipeluk oleh Dylan. Dia seperti merasakan sengatan listrik yang ada di dalam rongga.
Asia menengok, buat apa Dylan berterima kasih?
"Makasih, ya, udah mau cicipin makanan istri gue. Nah, gimana sekarang, enak nggak?"
Asia merasa disamber petir oleh orang yang disayanginya. Seolah minat Asia untuk makan kini telah hilang.
Asia hanya bisa terdiam!Ia hanya ingin tahu bukan hanya dia yang mencintai pemuda itu. Dia hanya menginginkan pemuda itu juga mencintainya tetapi sayangnya itu tidak terjadi. Lagian Dylan susah banget, sih, ngomong cinta aja gengsinya setinggi langit.“Bodoh!” batinnya. “Bodoh banget sih lo, Dyl!”Asia mulai berdiri dari tempat tidurnya, dia ingin menutup pintu yang sengaja dibuka lebar oleh Dylan. Tetapi saat ingin keluar, tak sengaja tubuh mereka saling bertabrakan hingga jatuh ke lantai.“Duhh..”Lalu Dylan datang menghampiri gadis itu untuk mencari tahu apakah ada yang terluka. “Kamu ada masalah?”“Ehemm..jangan bikin baper kenapa bang! Kasian tahu kalau cinta mah perjuangin kali,” katanya.Dylan ingin sekali memberikan pelajaran kepada adik tercintanya ini.“Bodoh banget sih bang. Kalau cinta itu ya diperjuangin bukan malah ditinggalin, parah banget lo udah
Hufft!Si Asia ada ada aja kalau lagi galau. Masa masalah jendela aja sampai teriak - teriak, untung nggak rusak kuping bang Rizky. Coba kalau bermasalah gimana, gue juga kan yang repot. Batin Rizky.“Ehh.. gelap banget sih kok ditutup segala. Kan gue minta tadi dibuka bang?” protes Asia yang berteriak kencang dari tadi.“Ehh abangg,” erang Asia dengan suara bangun tidur khasnya.”Ya ampun dimintain tolong kayak mau minta hutang aja,”Asia mulai kesal dengan tingkah laku abangnya, dia mulai membuka matanya perlahan - lahan. Lalu dia tidak menyangka kenapa ada Dylan, pria yang disukainya selama ini. Apakah ini nyata atau fiksi?Asia mulai menyadarkan diri, apa mungkin ini mimpi? Dia lalu mengerjapkan matanya kembali dan pandangannya tetap sama itu Dylan.“Kaa..kamu kenapa?”Kata Dylan yang seolah memberikan hipnotis kepada Asia, ia tahu pemuda itu memang masih ada di kamarnya. Mata Asia se
Dylan langsung jalan perlahan – lahan ke kamar Asia. Ya, seingetnya kamar Asia memang ada di atas. Dulu, dia sama Asia sering mengobrol di kamar Asia entah itu membicarakan pekerjaan atau membicarakan hal yang lainnya. Sudah lama sekali, ia tidak berkunjung ke kamar gadis itu.Dia mulai memutar kenop pintu kemudian membuka kamar Asia perlahan – lahan. Kamarnya terlihat seperti biasa, dengan jendela yang masih terbuka lepat.Dylan hanya bisa tersenyum saja lalu memandang gadis itu di tempat tidur. Sudah tahu lagi sakit, bandel banget sih!Ia lalu mulai berjalan dan ingin menutup jendela kamar Asia. Lalu dia tidak sengaja melihat gadis itu sedang tertidur lelap layaknya seorang puteri.Cantik sekali!Memang cantik sekali gadis itu, jadi wajar saja kenapa Dylan bisa terpesona dengan wajah cantiknya. Tetapi dia tidak sengaja melihat Asia sedang memeluk sebuah benda, benda yang sepertinya dikenalinya.Boneka doraemon.Iya, bone
Dylan yang masih khawatir dengan kondisi Asia, dia langsung masuk saja melewati Rania dan pacarnya yang masih memakan potongan mangga yang sempat diberikan oleh abangnya Asia. Disana ia masih melihat Asia sedang terbaring lemas di kasurnya, sedangkan Rania asik berpacaran dengan kekasihnya.Kok bisa sih dia asik bermesraan di depan orang yang lagi sakit!“Bang Rizky kemana sih?” katanya. Sejak mendengar ucapan Dylan, keduanya langsung terkejut dan mulai berjauhan antara satu sama lain.“Aa..an.u..di ruang tamu bang,” kata Denny yang mulai terbata – bata.“Heh.. jangan deket – deketan belum halal kalian tuh. Jangan sampai kalian nikah duluan sebelum gue sama Asia nikah dulu, inget ya gue nggak kasih lampu hijau nanti,” kata Dylan yang mulai meninggalkan mereka berdua.Setelah kepergian Dylan, mereka berdua mulai terlihat rona merah di pipinya. Tak hanya itu, mereka pun mulai memberikan ucapan kesalnya.
“Ma, suapin dong,” Dylan mulai membuka mulutnya dan sang mama mulai memberikan suapan salad buah yang baru saja dibuat.“Ihh curang banget, papa juga mau,” kata sang Papa yang cemburu melihat kedekatan antara Dylan dan sang mama.Subhanallah sudah pada besar, manjanya nggak hilang – hilang. Untung aja Mama Shita ada kalau enggak bisa berantem kali.“Tuh ada di meja jangan manja,” kata Mama Shita yang kembali memberikan sepotong salad kepada anaknya. Sedangkan Dylan merasa menjadi tuan rumahnya saat ini dan hanya memberikan senyuman kecil kepada papanya.“Nyebelin banget kamu dyl, lihat aja nanti awas aja,” kata Papa yang mulai kesal dengan tingkah laku anaknya itu.Saat ingin mengunyah salad itu, tiba – tiba telepon dari adiknya pun berdering. Setelah mendengar panggilan itu, Dylan jadu khawatir apa yang terjadi dengan adiknya, Rania.“Ehh, kamu kenapa?”“Se
“Eh kak Asia kenapa kok jadi kurus kering gini sih?” kata Rania yang terkejut melihat Asia sedang terbaring lemah.Asia masih terbaring lemah dengan mata panda hingga tubuh yang mirip seperti lidi. Ia hanya bisa mendengar pembicaraan gadis itu, tanpa mimik wajah yang jelas ia hanya tersenyum. Coba deh kalau Dylan menerima gue, nggak bakal kayak gini nih jadinya! Batin Asia dalam hati.“Tahu nggak kak? Aku sudah lama banget nggak ketemu kakak, kangen aja gitu,” Rania yang mulai mengelus – elus badan Asia. Sedangkan pacarnya hanya bertugas untuk mengantarinya saja hari ini.“Oh iya, kemarin aku habis jalan – jalan lho dan kebetulan habis ketemu makanan kesukaan kakak. Nanti harus dimakan ya nggak boleh kayak gini kurus banget”“Permisi gadis yang cantik, hari ini udah waktunya Asia untuk minum obat. Diminum ya adik aku tercinta, Asia Armelina,” kata Abangnya dari kejauhan yang mulai menghampiri mer