"Tapi btw sikap dia kayaknya semakin aneh tanpa sama Lo, As. Agak sedikit gesrek aja gitu otaknya,"
"Heh? Lo jangan asal ngomong deh, Ar. Masa sih cuma gara-gara dijauhin sama Asia, Dylan jadi agak gila?" kata Alya histeris mendengar Dylan mulai gila gara-gara Asia. Bukan hanya gila, bisa hilang akal kali ya kalau sampai Asia punya gebetan.
"Lo berisik tahu, nanya mulu. Kalau nggak percaya liat aja sendiri sana!. Gue juga nggak habis pikir udah dapet istri yang cantik masih aja negedeketin gadis yang suci ini?" ucap Ardi tanpa omong kosong.
"Heh? Serius dia masih punya istri?"
"Ya masih, lah, liat aja di ignya juga masih ada foto Dylan sama Nafisah,"
"Kebangetan banget ya, kok bisa sih dia tega mau menyakiti kedua wanita," ucap Alya yang masih kesal dengan perbuatannya Dylan. "Yaudah gue balik ke meja gue dulu, nggak enak udah lama gue disini,"
"Ye, nyebelin banget, sih, Lo"
"Eh sebentar deh.." Ardi mulai berbalik dan mula
Dylan mulai menyenderkan kepalanya di kursi ruang kerjanya. Pikirannya mulai kemana - mana memikirkan dirinya, hubungan bersama Asia sampai Nafisah. Tak habis pikir betapa sulitnya pikiran Dylan saat ini terutama sejak Asia mulai menjauhinya. Sudah lama rasanya Dylan tidak pernah datang kembali ke rumah Asia. Kalau berkunjung ke rumah Asia pun, Dylan bingung harus beralasan apa.Setiap kali Dylan datang kesana pasti ada saja alasan dari Asia. Entah itu ada urusan bersama Nanda ataupun Alya. Sayangnya kehadiran Dylan hanya berakhir berbicara dengan ayahnya Asia hingga kakaknya.Dylan menghembuskan napas. Ia masih merasa kesal hingga saat ini. Sampai suatu ketika ia merasa ada yang menepuk tubuhnya."Heh! Lu masih waras?"Mendengar suara itu, Dylan langsung menengok sekilas. Di sana sudah ada seorang pria dengan rambut hitam yang berdiri tepat di tempat Dylan duduk."Ihh kok cuma diliatin aja, sih. Lo tumben disini, nggak bias
Ardi mulai menyenderkan tubuhnya tepat di sebelah Dylan. Lalu dia mengeluarkan minuman dingin dan sepotong cokelat. "Dan gue mau tanya sama Lo sekarang, Lo cinta sama siapa?"Mendengar pertanyaan dari Ardi, Dylan hanya bisa terdiam saja dan merenung. Sebenarnya siapa, sih, yang dia cintai? Asia atau Nafisah?"Sekarang gue tanya lo masih cinta nggak sama Nafisah?""Gue masih cinta tapi dia sekarang super sibuk jadi males banget, deh, gue," Dylan mengalihkan pandangannya."Kalau sama Asia gimana?"Dylan hanya mengangguk saja."Dyl, Lo nggak bisa sayang sama 2 perempuan yang sama. Lo harus pilih salah satu, siapa yang bener-bener Lo cintai?"Dylan hanya terdiam."Lo jangan cuma diem terus menggeleng kayak gini, gue nggak ngerti, nih. Bersuara kek, dari tadi gue ajak ngomong juga,""Gue cinta sama Asia, Asia tuh beda kalau gue deket dia gue bisa nyaman. Nggak tahu aja tuh Asia gemesin, beda kalau sama Nafis
"Mau kemana kita hari ini?" Nanda masih berdiri tepat di hadapan Asia. Dia mulai membersihkan kacamatanya yang buram. Sedangkan Alya hanya menjadi nyamuk saja antara dua orang sepasang kekasih ini."Nggak tahu, terserah aja, deh," kata Asia. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.Nanda mulai menggunakan kembali kacamatanya, dan mengelus pipi Asia agar matanya mengarah ke dirinya. "Kalau orang lagi ngomong itu arahnya ke depan bukan malah memalingkan pandangan," ucap Nanda sambil tersenyum sedikit."Demi apapun ya ampun tolonglah kalau lagi jatuh cinta jangan buat baper orang jomblo, nih,"Mendengar ucapan sahabatnya, Asia langsung mencubit tangan Alya sekeras mungkin. Sampai - sampai Alya kesakitan gara - gara ulah dari Asia. Lagian ini, salah satu usaha Asia yang dilakukan untuk melupakan Dylan. Ini lagi si Alya cari masalah nggak mungkin secepat itu jatuh cinta. Dasar si Alya emang menyebalkan!"Oh iya, Al jalan -
Ardi mulai keluar dari gedung kantornya dan tanpa sengaja melihat dua orang yang pernah dikenalnya. Ternyata benar saja ada dua orang yang sempat dikenal dulu. Mereka adalah Alya dan Asia."Lah tumben banget ngelewatin kantor?" desis Ardi.Saat Ardi ingin menemui Alya dan Asia, ternyata mereka sedang bersama seorang lelaki. Netranya tidak mungkin salah melihat lelaki. Semua itu berlalu begitu cepat seperti sebuah adegan di film. Tidak lama Alya Pergi, sedangkan Asia bersama seorang pria. Ardi merasa kalau Dylan melihat bisa langsung patah hati.Saat digandeng dengan pria itu, Asia tidak terlihat menolak tindakan yang dilakukan oleh pria itu. Padahal jangankan dipeluk, dipegang saja Asia suka marah. Perasaan Ardi mengatakan kalau Asia sudah berubah.Nyebelin Lo Asia. Kenapa sama dia mau, kenapa sama Dylan nggak mau? Batin Ardi.Untuk memberitahu kepad
"Maafin aku ya yang, harusnya tadi jam 6 sudah selesai. Nggak tahu, deh, jadi ngaret kayak gini," Nafisah langsung menaiki motor, di sana terlihat Dylan sudah menunggu sejak lama.Seharusnya hari ini jadwal Nafisah photoshoot produk sekitar 2 jam saja. Tetapi karena ada keterlambatan, mau tidak mau Nafisah harus mengikuti jadwal yang ditunda itu. Kali ini Nafisah dipilih sebagai salah satu model photoshoot produk. Sebelumnya Nafisah pun memang seorang Influencer sejak lama. Tak heran kalau popularitas Nafisah semakin meningkat saja.Dylan yang sejak tadi sudah kelelahan menunggu Nafisah hanya bisa mengantuk saja. Lalu dia pun hanya tersenyum saja saat melihat Nafisah berbicara."Aduh maaf ya sayang tadi, tuh, ada photoshoot. Seharusnya sudah kelar tapi ada meeting tambahan. Maaf ya kamu kelamaan ya nunggu?" ujar Nafisah yang berusaha menjelaskan kepada Dylan. "Kamu laper nggak?"Sedangkan Dylan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja.
Sudah sekitar sebulan lamanya mereka berdua tidak berkomunikasi. Sedangkan Dylan masih memutar video itu. Rasanya seperti tidak mungkin jika Asia semudah itu berpaling ke pria lain. Aneh, bukan, dulu Asia tidak ingin mendekati Dylan? Apa jangan - jangan ini hanya pura - pura?Asia settingan!!Hal itu bisa saja terjadi tetapi jika dipikir-pikir buat apa Asia melakukan hal itu.Jika benar Asia melakukan hal itu. Sekarang Asia sudah berhasil membuat Dylan merasa cemburu. Selamat! Asia berhasil membuat hatinya berapi - api.Sialan!Saking kesalnya, Dylan tidak sadar kalau sudah membangunkan kepalanya ke setir mohil. Melihat itu, Nafisah sampai kaget dengan ulah dari suaminya itu."Ya ampun, sayang kamu kenapa, sih?" Nafisah melihat suaminya dengan raut wajah yang berbeda dari biasanya.Dylan baru sadar kalau ada Nafisah disampingnya. "Maaf Naf, lagi ada yang dipikirin tadi. Kaget ya?"Nafisah mulai her
Nanda sudah tiba di rumah Asia, dan langsung diajak makan oleh kedua orangtuanya. Nanda dan Asia langsung masuk saat dipersilakan untuk masuk ke rumah orang tua Asia.Di sana Mama Asia terlihat sudah selesai memasak makanan kesukaan Asia. Harumnya sampai tercium ke hidung Asia dan Nanda."Wah Tante, harum banget. Lagi masak apa?" Nanda berusaha berdiri dan mengarah ke meja makan."Ini, lho, Nan, Tante habis masak makanan kesukaan Asia. Nanda udah makan, kalau belum makan bareng aja ya sama Tante sama Asia juga?" Mama Asia berusaha mempersilakan Nanda untuk makan bareng bersama keluarganya."Oh iya Asia, coba panggilin papamu dong. Ini biar mama yang panggil kakakmu," Mama Asia berusaha bangun dari tempatnya dan menuju ke kamar kakaknya Asia."Nanda tunggu disini ya, Tante!" Nanda seketika tersenyum lalu mulai merubah raut wajahnya.Nanda baru ingat kalau sudah satu bulan lamanya menjalin hubungan dengan wanita itu. Te
Asia hanya tersenyum saja saat melihat mata mereka berdua saling bertatap satu sama lain. Lucu saja ketika dua sejoli yang dulunya berjauhan kini menjadi satu dan canggung. Sudah sekitar 1 bulan lamanya hubungan ini mulai berjalan. Tetapi Asia masih belum bisa menerima seutuhnya Asia. Terkadang ia bingung bagaimana harus merespon sikap dan tingkah laku dari Nanda. Sampai saat ini hanya ada satu nama Dylan, bodohnya lagi Asia belum bisa menerima pemuda 190 cm itu.Asia mulai menggandeng tangan Nanda dengan kuat, sentuhan itu membuat Nanda tersadar dan langsung melirik ke arah Asia. Tak biasanya Asia merespon lebih dulu, melainkan selalu Nanda lah yang memulai paling utama. Tetapi kini Asia mulai merespon dan Nanda merasa Asia mulai membuka hati untuknya."Kok ngelamun, sih, awas kesambet jin. Laper, kan? Yuk turun," Asia mengajak Nanda untuk turun ke ruang makan. Di sana sudah ada keluarga Asia yang sudah menunggu mereka di ruang makan.