Tika berhenti kerja sejak seminggu setelah dia mengetahui telah dibohongi oleh Burhan. Walau sempat tidak diizinkan sampai kantor menemukan penggantinya, untung bang Tara membantu menemukannya. Jadi Tika tidak perlu lama-lama disana.
Yang sekarang Tika lakukan adalah menganggur, jajannya ada dari bang Tara dan abang. Terus ada kakak perempuannya yang sedang berlibur disini dengan ponakan bulenya, bulepotan maksudnya.
Tika sekarang sudah rapih, dia mau diajak jalan sama abang. Sekarang akhir pekan dan abang sedang punya waktu luang. Soalnya tiap kali abang ada waktu pasti ngapelin Tika atau ajak jalan. Kadang jalannya ke tempat makan di pinggir jalan atau malah tidak jelas, kadang ada jalan yang arahnya belum diketahui abang pasti tetap saja dilibas.
Katanya biar tau aja ini bakalan mablas kemana, kalau nyasar bisa bertanya. Uh, terserah abang saja kata Tika. Tika kan cuma ikut saja karena di jajanin terus walau pengangguran.
"Mau kemana lu, rapih bener. Biasanya udah kaya pelan nggak di cuci, buluk!."
"Mau jalan donk sama bang Farhan, bwee."
"Dih, anjir banget. Terjebak adik-kakak zone ya, makannya cari pacar sanalah. Kasih kesempatan Farhan punya pacar, jangan kamu tempelin terus. Kasean gue ama tuh bujang."
"Kek abang bukan bujang aja, bujang lapuk!." Sinis Tika tidak terima.
"Yeuuu, gue mah udah ada tinggal gue bawa kesini aja mumpung kakak lagi disinikan. Jadi lu nggak akan bisa ngejek gue, Tik. Gue yang gantian ngatain lu nanti, Dasar perawan tua!! Ahahahah mampus!."
"Ihhh. Abang jangan asal ngomong lu."
Tika mendekat dan mencubiti abangnya yang mengaduh minta ampun tapi tidak Tika turuti. Abis mulut suka nggak pake filter hp Vovo, main jeplak saja. Kalau terkabul gimana, ucapankan doa. Huhuhu, Tika jadi takut kan.
Ya Allah jangan kabulin omongan abang yang salah server!.
Pinta Tika dalam hatinya yang ngblur.
"Tika! Itu si Farhan jemput, buru pergilah ketimbang ribut mulu ama abang."
Dengan itu Tika benahi pakaiannya dan membuat gerakan dua jari menunjuk kedua matanya dan mata sang abang.
"Awas gitu lagi, ku gigit nanti!"
Hengkang dari sana dengan wajah tersenyum senang mau diajak jalan abang yang aduh, kok gantengnya subhanallah banget ketimbang Tika yang innalillahi ini.
"Mau aja lo bawa beban kaya si Tika jalan-jalan, Han." Teriak bang Tara langsung ngiprit kedalam kamar ketika Tika berbalik.
.
.
.
"Abang kok keren banget pake kemeja, nggak bilang ih. Tika cuma pakai celana sama kaos. Uhhh.."
"Yaudah sih, bagus gitu kok. Nggak keliatan jeleknya. Emm.. wangi juga, jadi bisa ada plusnya" Ucap abang sambil mendekat untuk menghindu Tika yang minyak wanginya bikin hidung mendadak insecure sama harumnya.
Nyengat banget!!.
"Jadi, abang mau bawa Tika kemana nih?."
"Mau ngenalin kamu sama temen abang."
"Ih!! maksudnya gimana?."
"Temenin abang ketemu sama teman abang di restorannya yang baru dibuka."
"Dih!! Nggak bilang, pantes abang rapih bener. Ya ampun liat baju aku?."
Tika menarik kaosnya dan menatap sampai kebawah. Ugh, gembel banget.
"Tenang aja, nanti ganti bajunya. Abang sudah bawain baju kok, banyak."
Habis itu Tika angguk-angguk sajalah, dia turuti. Asalkan bajunya tidak terlihat gembel. Biar nggak malu-maluin dibawa abang ke acara pembukaan restoran milik temannya.
Tapi kesalahan Tika, abaikan kata terakhir abang.
.
.
.
Ternyata Tika di bohongi abang, sahabat. Mereka bukan datang ke tempat pesta pembukaan restoran tapi ke vila dan menginap selama tiga hari tiga malam. Bang Tara malah sudah tau duluan karena ijinnya ya ke abang kandung Tika itu yang bobrok banget mau saja ngijinin Tika menginap bareng abang.
Sekarang Tika sedang berdiri diantara teman-teman abang yang semprul dan mulutnya sangat-sangat menyebalkan minta di jejelin ulekan sisa sambel biar mingkem.
Tika aneh, orang kalau di jejelin ulekan sisa sambel yang ada mulut malah berisik dan nggak bisa mingkem. Sudahlah, biarkan saja Tika yang sekarang sedang misuh-misuh minta pulang tapi nggak dituruti. Mau pulang sendiri uang nggak cukup buat beli tiket pesawat, minta bang Tara mana mau keburu telat.
Rumit jadi Tika ya sahabat.
Tika berdiri dianatara teman-teman abang yang sedang ngobrol dan mengganggu salah satu teman yang Tika kenal namanya Gibran, Tika lihat-lihat ini orang melamun terus kaya orang oon yang bengong gitu tuh.
Kalau kata pak ustad, tinggal tunggu setan jatuh dari langit sehabis mencoba dengar rahasia langit tapi dilempar bintang duluan sama malaikat. Terus ada orang bengong akhirnya masuk dan kerasukan.
Ribet. Ini nggak seharusnya dibeberin, tapi dijelasin jadinya garing kek kerupuk jengkol.
"Bisa kagak, lu kalau negur nggak usah pake otot." Ujar Gibran yang satu tahun lebih muda dari Tika itu baru saja di senggol sama mas Bara yang badannya besar.
"Hahahaha... sorry bosquee, abis lu ngelamun mulu. Banyak pikiran sekali sepertinya kawan kita ini bro." Dia memukul punggungnya sampai Gibran terbatuk karena bukan main tepukannya sampai dada depan terasa.
Tika yang liat langsung ikutan rasain nyerinya sampai batuk.
"Uhuk."
"Kenapa Tik? Kok bisa batuk? Asma kamu kambuh?. Mau ke kamar vila aja?"
"Berisik! Tika penginnya pulang!."
Terus Tika fokus lagi ke arah mas Bara dan Gibran, dua teman abang yang Tika kenal nama doank. tapi tidak dekat sangat. Habis tiap Tika minta ikut nongki sama teman-teman abang nggak dibolehin.
Jadilah Tika nggak kenal. Baru sekarang nih Tika dibawa kumpul bareng teman-teman abang yang ternyata nano-nano orangnya.
"Sepertinya teman kita yang payah ini, butuh wanita untuk penyegar. Pilih satu disini Gibran, gue yang akan bayar dan sewa."
Dengar Dennis ngomong kaya gitu Tika langsung panas, suka begitu teman-teman abang yang ini nih. Lupa pakai filter oppen sama Vovo, jadinya begitu.
Tika jawab saja dengan kesal dan bersidekap terus mencebik menggemaskan dihadapan para laki-laki penyuka perempuan menggemaskan dan imut seperti Tika.
"Ka Dennis ih!! Aku juga cewek loh, berasa rendah banget harga diri kayanya."Itu suara Tika yang tidak terima.
"Kamu mah beda Tik, disinikan memang ada cewek BO khusus diundang buat para tamu undangan yang berminat. Yang ngundang dari keluarga konglomerat sendiri, mereka sangat baik kan, cowoknya juga ada, Tika kalau butuh teman kencan bisa pilih, nanti kakak yang bayarin-Ohoho selow mas bro, jangan ngamuk gitu dong, becanda saya."Ujar Dennis ketika menghindar dari kepalan tangan Farhan akibat ucapan terakhirnya.
"Ogah!!! Kaya aku nggak laku aja sampe mesen gigolo, huh. Tawarin aja tuh abang, pasti dia mau."
"Ahahaha, dia suka batangan emang ya?."
"Tik, kamu jahat banget. Aku nggak mungkin ya begitu,"
"Ya kali. Takut abang tertarik, nanti dosa tanggung sendiri." Tika kemudian melengos sambil bersedekap.
Bodo amat. Tika masih marah ya, pengin cepet pulang. Tika nggak betah sama pesta kaya begini, nggak suka liat orang pakai baju kurang bahan dan saling tertawa hilang akal karena minuman alkohol.
Tika nggak mau menghujat, itu pilihan mereka minum dan segala kegilaan di pesta ini. Tapi enggak dengan TIka. Tika nggak suka dan ingin segera pergi. Kesel sama abang jadinya.
Lihat Tika terus-terusan misuh-misuh dan terus hindarin abang yang ngajak ngobrol dan lebih milih ngobrol sama Dennis walau dijawab ketus karena mulut non akhlaknya. Tika tetap ladenin, beda kalau ke abang. Tika buang muka.
Farhan akhirnya merasa bersalah, tau dia salah karena ajak Tika kesini. Tapi dia mau kasih tau semua orang yang sering jodohin dia dan semua perempuan yang coba dekatin dirinya. Kalau sekarang dia udah punya pawang, Tika.
Walau tittlenya belum juga ganti dari abang angkat. Tapi tetap saja, abang sedang usaha buat Tika peka.
Udahlah bang. Ribet. Padahal udah depan mata tinggal tembak, jederr. Mati.
Eh. Maksudnya jadian deh.
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul tengah malam tapi pesta malah semakin ramai dan liar. Abang segera bawa Tika ke vila, dimana vilanya berdekatan dengan kamar vilanya. Sengaja biar kalau ada apa-apa abang bisa langsung sigap. Abang harus keluar cuan buat tukar kamar vila agar dekat dengan Tika. Walau tidak menutup kemungkinan banyak dari mereka malah satu kamar, untuk bekerja satu sama lain dan menguntungkan kehangatan ranjang atau lainnya.
Taulah, abang pusing. Tika saja belum bisa dijinakin, gimana mau jinakin perkutut yang sekarang dalam keadaan tidak seharusnya bangun. Cuma gara-gara liat Tika yang ng-gemesinnya minta ampun, taukan gimana bentuk orang pendek yang imut-imut gemasin.
Terus Tika selalu gigitin bibir secara nggak sadar karena resah, nggak betah di pesta. Abang yang belum bisa sentuh sana-sini tanpa label halal malah perhatiin dan mikirin yang iya-iya buat abang. Tapi bikin merinding anak perawan kalau tau isi otaknya.
"Besok kita pulang deh, abang udah beli tiket. Tapi bawa jalan-jalan dulu bentaran ya, sama temenin abang makan sama teman abang yang tadi didalam itu. Oke?."
Yang ditanya walau gondok, angguk-angguk patuh aja. Ketimbang nggak pulang dan lihat yang enggak Tika suka, nanti malah jadi pengin hujat.
Dahlah, gitu aja. Sudah kelar masalah.
Tika kalau mau di rayu abang ngomong aja ya, jangan misuh-misuh, untung abang peka. Coba kalau cuek.
Anda menangis abang adem-adem sepoi tidak peduli. Nanti siapa nak tanggung jawab?.
Tidak ada. Hahahaha.
"Yaudah, cuci kaki, cuci muka, sikat gigi tidur. Jangan nggak tidur."
Sudah, habis itu Tika lakoni apa yang abang bilang. Terus setelah semua sudah selesai dan tinggal bocan. Eh, hp Tika berdering dan nama abang tertera disana.
"Halo."
"Kok belum tidur?!."tanya abang disana, menuduh.
"Ini mau tidur, abang malah telepon. Rese banget!."
Langsung Tika matiin tanpa hati.
.
.
AUTHOR NOTE.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA. AKU SELALU MENUNGGU KOMENTAR DAN GIMANA SIH PERASAAN KALIAN BACA CERITAKU YANG INI.
DAN MAAF SOAL TYPO YA. ATAUPUN AMATIRANNYA CERITAKU. KALIAN BISA KASIH TAU DENGAN CARA SOPAN DAN BAIK. AKU AKAN TERIMA DAN SANGAT BERTERIMA KASIH ATAS MASUKANNYA. HIHHIHIHI
Bara tilik layar ponsel Farhan dari balik punggung untuk melihat, jika layarnya menampilkan pesan singkat dari sosok yang berhasil buat Farhan ng-bucin bertahun-tahun ketika mau tancap gas sudah keduluan rekan kerja.Sakitnya sampai sumsum tulang, tidak terlihat tapi bikin hati nestapa."Kenapa nanyanya basa basi gitu dah?"Tanya Bara kemudian tidak lagi mengintip, dia langsung ambil ponsel Farhan yang hanya menghela napas.Dia benar-benar tidak punya banyak energi untuk marah, maupun bernapas. Sudah pantas di sebut orang patah hati belum abang?Sudah kan, napaspun rasanya sulit. Pikiran kacau balau karena kehilangan arah tujuan yang sudah di buat dari lama, sudah dua tahun abang memikirkan untuk melamar Tika tapi belum berani.Kemudian bodohnya, dia malah buat ikrar tidak berotak tapi syukur-syukur Tika sudah lelah dengan fase kenalan-dekat-pacaran dan terus begitu sampai putus lagi.Abang jadi punya kesempatan untuk bergerak setelah menguatkan hati, yakin jika dia sudah baik-baik saj
Rumah Farhan tidak seperti biasanya, ada kesuraman dan sepi. Dengan Farrel dan Hana yang duduk di ruang tengah saling berpikir, mereka tengah mendapati abang mereka. Kakak tertua, si sulung itu tengah malam di depan mereka tanpa kesulitan.Atau merasa bersedih seperti kebanyakan mantan yang di tinggal nikah, ini bentukan abang masih hidu, bernapas dan biasa saja. Atau jangan-jangan abang hanya sedang bersikap legowo dalam hati sudah menangis darah?Jadi sebenarnya yang suram itu Farrel dan Hana, bukan Farhan."Beneran ya, abang nggak drama kaya kemarin lagi. Aneh tapi nyata, gue jadi speechles."Ujar Farrel pada adiknya.Hana menimpali."Nggak gue sangka, jauh dari ekspetasi kehancuran yang udah terbayang. Gue malah nyaksiin abang anteng makan sebelum berangkat ke acara pertunangan mantan, atau jangan bilang. Abang ngamuknya di acara lagi?""Ya gapapa, gue seneng kalau mbak Tika batal tunangan. Nanti abang dateng bak pahlawan kesiangan terus gantiin deh sebagai mempelai laki-lakinya, ka
[Mbak Tika, abang sakit nih pulang dari rumah mbak. Kena asam lambung parah, terus sekarang lagi demam. Salam ke mas Tara ya!! Jangan galak-galak banget kasih hukuman ke abang aku, kasian tau sekarang ngigau kaya orang gila manggil mbak.]Isi pesan itu masuk, dari Hana Astuti Winata. Adik bontot Farhan yang memang dekat dengannya, sering memberikan informasi abang tanpa perlu di tanya.[Mbak nanti jengukkan?]Tika jalankan jarinya di atas layar ponsel untuk menjawab.[Terus abang gimana sekarang, udah mendingan belum?][Iya, nanti mbak datang ke sana.]Tika menunggu dengan gelisah balasan dari Hana, di sini Tara juga tidak sama beda. Hanya saja jika Farhan jatuh sakit maka Tara jatuh ke dalam emosi, dia terus-terusan bermuka muram.Dia juga tidak tau saja, kalau Hana mengirim pesan di lebih-lebihkan, karena nyatanya Fahan sedang duduk di meja dapur sambil makan tanpa terlihat selemas sebelumnya.Belum ada pembicaraan lebih lanjut, abang seakan menahan diri karena terakhir kali mereka
Pada akhirnya abang memilih pulang, Tara mengusir Farhan secara tidak langsung dengan meninggalkannya di ruang tamu. Membiarkan Farhan mau melakukan apapun asal tidak mendekati adiknya.Sebab dia masih kecewa.Farhan jadi paham dan memasrahkan diri, tapi tidak. Dia belum menyerah seperti kebanyakan orang.'Sebelum janur kuning melengkung, masih ada peluang menikung' Terdengar jahat tapi kini abang benarkan kata-kata itu.Sekarang dengan kepala pening, sebab memikirkan masalah bisnisnya dan Tika juga Tara sangat menguras energinya.Dia pulang dengan kepala yang benar-benar hampir pecah rasanya, duduk di jok mobil pun serasa sedang mengambang. Kalian pasti paham bagi yang sudah merasakannya, pantat abang serasa tidak duduk di atas jok mobil.Sampai di rumah abang turun dengan kepala menunduk lelah, sudah tidak kuat apalagi mengingat tadi Tika sampai menangis. Itu pertama kalinya di hadapan abang setelah sekian lama Tika tidak menangis karena di putusin mantan.Sudah berapa tahun setelah
Tika masih ingat bagaimana wajah bang Tara yang tidak mau menatap Tika barang sedetikpun, marah dengan sikap lemah Tika kepada abang yang agresif bukan main. Sejak mendeklarasikan jika abang mau lamar Tika dan membelikan cincin pengikat.Tidak ada lagi sekat yang dulu abang buat, hilang tersamarkan oleh rasa sengatan-sengatan menyenangkan yang di buat abang ke Tika yang lemah.Bang Tara tau kok, ini juga kesalahan Tika karena malah berdekatan dengan Farhan ketika sedang berduaan. Sudah pasti Tika sebagai umpan dan Farhan si pemancing akan tergoda untuk menyicip.Dan salahnya juga terlalu percaya dan membiarkan kedua makhluk berbeda jenis dari cucu adam ini saling berdekatan. Dia patut di salahkan sebagai seorang kakak, dia lalai untuk menjaga adik perempuannya dari godaan setan sundal berbentuk Farhan."Bang Tara..."Panggil Tika pada Tara yang tidak juga mau menatap adiknya.Tara biarkan saja, dia lebih memilih melewati adiknya yang berdiri di depan pintu kamar. Dia bawa gelas kopinya
Sudah berapa kali abang di abaikan?Sudah berapa kali abang menunggu dan bertandang?Sudah berapa lama?Entah, abang sendiri lupa.Abang tengah berusaha untuk mendapatkan tiket restu dari sahabatnya sebagai kakak ipar. Sampai gerbang rumah, mobil abang tidak di ijinkan masuk. Hanya menunggu bersama satpam komplek rumah Tika, paling-paling kalau ada kesempatan abang ketemu Tika yang jalan kaki habis dari super market.Nanti Tika buru-buru usir abang, takut-takut bang Tara liat abang babak belur lagi. Padahal abang sudah siap, sedia, ikhlas kalau sampai babak belur tapi dapat membuat Tara memaafkan kebodohannya.Waktu itu Tara benar-benar marah sampai mengungkit pembahasan mereka sebagai seorang teman."Lo taukan kita ini laki-laki, gimana perasaan serakah menginginkan seorang wanita sampai sebelum di akadpun merayu wanitanya cuma biar melakukan hal yang kita inginkan karena tau perasaan mereka fleksibel dan lemah pada perasaan.""Tapi jangan manfaatin adek gue buat merasakan afeksi yang