JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DAN MASUKKAN LIBRRARY KALAU SUKA.
SELAMAT MEMBACA
.
.
Setelah acara itu, Tika kalau diajak abang suka intermezo sampai ke akar. Nggak mau manut aja. Pokoknya sampai jelas dan kemana tujuannya, nggak mau kaget sampai jungkir balik kaya waktu itu.
Kan, Tika hiperbola lagi.
Sudah deh, pokoknya begitu saja ya. Ternyata author males jelasin absurdnya Tika.
Sampai dimana akhirnya Tika cuma jadi freelance gitu, kerja serabutan. Kalau ada job Tika lakuin, kalau nggak ada. Hidupnya cuma tidur, bangun, makan, sama gangguin hidup abang dan bang Tara.
Banyaknya Tika minta uang ke bang Tara dan dijajani abang. Kakak perempuan Tika sudah balik keluar negeri. Rumah jadi sepi karena nggak ada suara rusuh keponakan bulenya.
Tau nggak kenapa Tika suka jajan?.
Jadi, dulu ketika SMP, Tika pernah kena obesitas berat dan *diabetes tipe 1 karena kegemarannya jajan manis, misalnya permen, es krim, jus buah kemasan*. Yang tidak di tahan oleh orang tua Tika. Tapi, ya itu. Tika nggak masih aja ngeyel walau sudah begitu, makannya bang Tara, kakak dan abang suka protectif sama tiap jajanan Tika.
Mereka selalu sediakan buah dirumah, tanggap segera menyetok jika mulai habis. Tika jadi sering lari pagi sebelum beraktifitas.
Terus abang yang dua hari hilang dari pandangan, sama sekali tidak datang kerumah Tika yang biasanya beralasan untuk main. Hanya pesan singkat dari abang dan telepon yang menanyakan keseharian Tika.
Tau kenapa abang nggak muncul batang hidungnya dua hari?.
Itu karena abang mau menyelesaikan episode anime kesukaan dan paling legend menurut Tika. Yaitu, Naruto.
Kalian kaget tidak sahabat?. Tidak, ya?. Nggak papa deh.
Soalnya Tika aja yang sudah dua puluh enam tahun masih suka kok sama kartun. Kalian juga ada kan yang begitu.
Terus sekarang masalahnya Tika gugup, gerogi gitu. Semalam abang tanya Tika, mau tidak dikenali sama teman kolega abang, Tika hanya iyakan.
Soalnya Tika jadi kepikiran kata bang Tara waktu itu. Kasian abang, gara-gara Tika jadi nggak punya pacar. Walau sisi jahatnya bilang. 'Biarin aja, siapa suruh buat ikrar kaya gitu. Ya udah, tungguin aja sampai Tika punya pacar.'
Sekarang Tika sudah rapih, cantik dengan kemeja putih dipadukan dengan midi skirt warna pastel disertai belt pita yang keliatan elegan banget di pakai Tika. Coba author yang pakai, pasti beda lagi tanggapannya.
Pokoknya manis. Apalagi sekarang rambut Tika dipotong pendek sebahunya. Makin menggemaskan bagi abang kalau sampai liat, menyesal nanti karena kasih umpan ke ikan yang kelaparan.
Dan disinilah Tika, di hadapan tiga laki-laki. Bang Tara, abang sama Fahri-teman yang mau dikenali ke Tika. Tika kasih tau ya, ini bukan Fahri di ayat-ayat cinta. Ini Fahri yang, wow.
Charming kalau Tika bilang. Hidungnya mancung, beda sama Tika yang kedalem mancungnya. Wajahnya dewasa, tatapan matanya teduh. Senyumnya juga kayanya pake gula putih premium deh, manis banget.
Abang sama bang Tara lagi bahas saham dan gimana mengganti interior restoran abang. Bang Tara juga, salah satu disagner interior yang hanya menerima klien satu, yaitu abang. Soalnya fokus kerjaan bang Tara itu bukan di desaigner interior, tapi lebih ke IT.
"Tika, gimana sama kerjaan kamu selama dirumah? Farhan cerita sedikit tentang kamu yang jadi freelance sekarang,"
Tika yang dengar kok ya rasanya berdesir gitu, terus jantung Tika dari tadi iramanya nggak enak. Terlalu cepat. Keluar dari nada biasanya, ini nggak aman. Apalagi Tika jadi merona terus tiap kali menatap tepat dimata teduh milik Fahri.
Soalnya Fahri ini, kalau bicara selalu menatap lawan bicaranya tanpa canggung. Apalah Tika yang payah ini, baru natap tiga detik sudah nunduk sambil benahi rambut terus tertawa canggung. Sedang jantung rasanya sudah mau lepas karena detaknya keras, sampai takut kedengaran sama Fahri.
"Iya. Aku sekarang freelance,walau cuma jadai editor jurnal atau buku dan novel orang lain. Lumayan buat sehari-hari uangnya. Tapi kadang ada juga klien yang banyak mau, sudah di revisikan masih saja ingin seperti sebelumnya naskah berantakan. Gitu deh pokoknya...," jawab Tika panjang lebar tapi lagi-lagi ciut pas liat Fahri malah senyum maut, dimana itu Tika liat apel adamnya naik turun dan menonjol dengan tangkasnya.
Jadi pengin elus jakunnya. EH, astagfirullah.
"By the way, kenapa kamu nggak cari kerja lagi aja?. Aku bisa bantu cari kalau mau, salah satu temanku pemilik salah satu perusahaan cetak, aku bisa hubungin kalau kamu mau."
"Eh, eh... nggak perlu kak. Aku lagi nyaman juga sama aku yang sekarang, jadi lebih rileks buat diri sendiri. Kak Fahri nggak perlu repot-repot."
Tika yang jawab kelabakan sebab tawaran Fahri. Aduh, Tika nggak mau masuk kerja pakai orang dalem. Uh, walau waktu kemarin kerja juga di paksa abang kirimkan cv karena diperusahaan salah satu koleganya membutuhkan editor.
"Kamu lucu. Santai aja sama saya ya, jangan di bawa tegang. Nggak enak, belum ada yang bisa lemesin." Ucap Fahri tertawa kecil karena guyonan sedikit mesumnya, tapi Tika yang polos otaknya bingung dan mikir.
Tika itu nggak polos juga sih, cuman ya gitu. Suka lama mikir, lemotlah kasarnya. Taukan, gimana kalau kalian ngomong sama orang lemot. Emosian mulu, apalagi kalau temen sendiri. Kalau bisa penginnya jitak sampai otaknya bergetar terus sarafnya tersambung semua. Jadi nggak ada lagi kata lemot.
Kan, abang pernah bilang kalau Tika mikir keras dan menatap satu titik dengan mata jernihnya, mulut kecilnya sering tanpa sadar bergerak maju. Dan itu terlihat menggemaskan sampai rasanya tidak tahan ingin mencium.
Nah, sekarang itu dirasain sama Fahri yang langsung terdiam melihat tingkah yang baru saja dia ketahui. Bisa terjadi pada tingkah laku manusia, yaitu Tika. Dimana itu terlihat manis dan menggemaskan. Fahri menelan ludah sebab otaknya langung melalang buana kearah hal yang iya-iya.
Apalagi matanya turun memperhatikan gerakan bibir Tika yang terlihat cemberut. Dengan itu, Fahri terkejut karena dadanya tiba-tiba dipukul tidak pakai perasaan oleh orang yang duduk disebelahnya. Juga bang Tara yang menggebrak meja melihat tingkah Fahri yang aneh tapi dia pahami isi pikirannya.
Apalagi ketika dia menengok tingkah Tika yang terlihat berpikir. Dia dan Farhan yang sedang bicara soal interior langsung bunyi alarm siaga, dan menyadarkan keduanya yang kini terkejut. Fahri yang sadar akan tingkahnya menggaruk bagian kepala belakang malu.
Dia tau gimana dasyatnya feromon adik bungsunya ini kepada lawan jenisnya, sudah banyak kok yang bertingkah kaya Fahri. Termasuk temennya itu, abang-abangan Tika rasa pacar. Punya rasa tapi masih ditahan karena takut ditolak.
Masih jaman ya, cowok nembak takut ditolak. Heh!. Bang Tara doang memang yang mikir begini.
Tika yang tidak paham dan belum sampai situ otaknya memahami malah sewot pada kedua abangnya.
"Abang sama bang Tara apaan sih!!. Kaget tau, untung jantung di pegangin paru-paru jadi gak loncat."
Tika pukul lengan bang Tara kesal. Sedang Farhan memandangi Fahri yang salah tingkah.
Tidak tau saja, Farhan sedari tadi melihat interaksi keduanya. Matanya pedih ketika melihat Tika merona, dadanya nyeri ketika mendapati Tika salah tingkah dan memandang Fahri terpesona.
Abang sih cari mati sendiri. Dibilang tinggal tembak terus jadian, kelar. Malah mempersulit dengan membuat ikrar.
Nikmatin aja prosesnya kalau gitu ya bang. Kita tungguin patah hatinya deh, soalnya habis ini Fahri beneran ambil gass poll buat deketin Tika.
Kalau sampai kalah ditengah jalan sebelum berperang, jangan salahin author yang cuma bikin alurnya jalan seperti air.
Makannya, author kasih masukan. Hiduplah seperti Larry.
Dahlah, tamat sampai disini. Kita lanjut besok. aihihihihi.
-----
AUTHOR NOTE.
TERIMA KASIH BANYAK SUDAH BACA CERITAKU INI. JAGA KESEHATAN KALIAN YA..
Jangan lupa follow Instagramku: Anna0020_. Disana aku sering spoiler tentang cerita kepunyaanku hehehe.
info diabetes tipe satu dari alodokter link >>>https://www.alodokter.com/diabetes-pada-anak-penyebab-risiko-dan-gejala
Bara tilik layar ponsel Farhan dari balik punggung untuk melihat, jika layarnya menampilkan pesan singkat dari sosok yang berhasil buat Farhan ng-bucin bertahun-tahun ketika mau tancap gas sudah keduluan rekan kerja.Sakitnya sampai sumsum tulang, tidak terlihat tapi bikin hati nestapa."Kenapa nanyanya basa basi gitu dah?"Tanya Bara kemudian tidak lagi mengintip, dia langsung ambil ponsel Farhan yang hanya menghela napas.Dia benar-benar tidak punya banyak energi untuk marah, maupun bernapas. Sudah pantas di sebut orang patah hati belum abang?Sudah kan, napaspun rasanya sulit. Pikiran kacau balau karena kehilangan arah tujuan yang sudah di buat dari lama, sudah dua tahun abang memikirkan untuk melamar Tika tapi belum berani.Kemudian bodohnya, dia malah buat ikrar tidak berotak tapi syukur-syukur Tika sudah lelah dengan fase kenalan-dekat-pacaran dan terus begitu sampai putus lagi.Abang jadi punya kesempatan untuk bergerak setelah menguatkan hati, yakin jika dia sudah baik-baik saj
Rumah Farhan tidak seperti biasanya, ada kesuraman dan sepi. Dengan Farrel dan Hana yang duduk di ruang tengah saling berpikir, mereka tengah mendapati abang mereka. Kakak tertua, si sulung itu tengah malam di depan mereka tanpa kesulitan.Atau merasa bersedih seperti kebanyakan mantan yang di tinggal nikah, ini bentukan abang masih hidu, bernapas dan biasa saja. Atau jangan-jangan abang hanya sedang bersikap legowo dalam hati sudah menangis darah?Jadi sebenarnya yang suram itu Farrel dan Hana, bukan Farhan."Beneran ya, abang nggak drama kaya kemarin lagi. Aneh tapi nyata, gue jadi speechles."Ujar Farrel pada adiknya.Hana menimpali."Nggak gue sangka, jauh dari ekspetasi kehancuran yang udah terbayang. Gue malah nyaksiin abang anteng makan sebelum berangkat ke acara pertunangan mantan, atau jangan bilang. Abang ngamuknya di acara lagi?""Ya gapapa, gue seneng kalau mbak Tika batal tunangan. Nanti abang dateng bak pahlawan kesiangan terus gantiin deh sebagai mempelai laki-lakinya, ka
[Mbak Tika, abang sakit nih pulang dari rumah mbak. Kena asam lambung parah, terus sekarang lagi demam. Salam ke mas Tara ya!! Jangan galak-galak banget kasih hukuman ke abang aku, kasian tau sekarang ngigau kaya orang gila manggil mbak.]Isi pesan itu masuk, dari Hana Astuti Winata. Adik bontot Farhan yang memang dekat dengannya, sering memberikan informasi abang tanpa perlu di tanya.[Mbak nanti jengukkan?]Tika jalankan jarinya di atas layar ponsel untuk menjawab.[Terus abang gimana sekarang, udah mendingan belum?][Iya, nanti mbak datang ke sana.]Tika menunggu dengan gelisah balasan dari Hana, di sini Tara juga tidak sama beda. Hanya saja jika Farhan jatuh sakit maka Tara jatuh ke dalam emosi, dia terus-terusan bermuka muram.Dia juga tidak tau saja, kalau Hana mengirim pesan di lebih-lebihkan, karena nyatanya Fahan sedang duduk di meja dapur sambil makan tanpa terlihat selemas sebelumnya.Belum ada pembicaraan lebih lanjut, abang seakan menahan diri karena terakhir kali mereka
Pada akhirnya abang memilih pulang, Tara mengusir Farhan secara tidak langsung dengan meninggalkannya di ruang tamu. Membiarkan Farhan mau melakukan apapun asal tidak mendekati adiknya.Sebab dia masih kecewa.Farhan jadi paham dan memasrahkan diri, tapi tidak. Dia belum menyerah seperti kebanyakan orang.'Sebelum janur kuning melengkung, masih ada peluang menikung' Terdengar jahat tapi kini abang benarkan kata-kata itu.Sekarang dengan kepala pening, sebab memikirkan masalah bisnisnya dan Tika juga Tara sangat menguras energinya.Dia pulang dengan kepala yang benar-benar hampir pecah rasanya, duduk di jok mobil pun serasa sedang mengambang. Kalian pasti paham bagi yang sudah merasakannya, pantat abang serasa tidak duduk di atas jok mobil.Sampai di rumah abang turun dengan kepala menunduk lelah, sudah tidak kuat apalagi mengingat tadi Tika sampai menangis. Itu pertama kalinya di hadapan abang setelah sekian lama Tika tidak menangis karena di putusin mantan.Sudah berapa tahun setelah
Tika masih ingat bagaimana wajah bang Tara yang tidak mau menatap Tika barang sedetikpun, marah dengan sikap lemah Tika kepada abang yang agresif bukan main. Sejak mendeklarasikan jika abang mau lamar Tika dan membelikan cincin pengikat.Tidak ada lagi sekat yang dulu abang buat, hilang tersamarkan oleh rasa sengatan-sengatan menyenangkan yang di buat abang ke Tika yang lemah.Bang Tara tau kok, ini juga kesalahan Tika karena malah berdekatan dengan Farhan ketika sedang berduaan. Sudah pasti Tika sebagai umpan dan Farhan si pemancing akan tergoda untuk menyicip.Dan salahnya juga terlalu percaya dan membiarkan kedua makhluk berbeda jenis dari cucu adam ini saling berdekatan. Dia patut di salahkan sebagai seorang kakak, dia lalai untuk menjaga adik perempuannya dari godaan setan sundal berbentuk Farhan."Bang Tara..."Panggil Tika pada Tara yang tidak juga mau menatap adiknya.Tara biarkan saja, dia lebih memilih melewati adiknya yang berdiri di depan pintu kamar. Dia bawa gelas kopinya
Sudah berapa kali abang di abaikan?Sudah berapa kali abang menunggu dan bertandang?Sudah berapa lama?Entah, abang sendiri lupa.Abang tengah berusaha untuk mendapatkan tiket restu dari sahabatnya sebagai kakak ipar. Sampai gerbang rumah, mobil abang tidak di ijinkan masuk. Hanya menunggu bersama satpam komplek rumah Tika, paling-paling kalau ada kesempatan abang ketemu Tika yang jalan kaki habis dari super market.Nanti Tika buru-buru usir abang, takut-takut bang Tara liat abang babak belur lagi. Padahal abang sudah siap, sedia, ikhlas kalau sampai babak belur tapi dapat membuat Tara memaafkan kebodohannya.Waktu itu Tara benar-benar marah sampai mengungkit pembahasan mereka sebagai seorang teman."Lo taukan kita ini laki-laki, gimana perasaan serakah menginginkan seorang wanita sampai sebelum di akadpun merayu wanitanya cuma biar melakukan hal yang kita inginkan karena tau perasaan mereka fleksibel dan lemah pada perasaan.""Tapi jangan manfaatin adek gue buat merasakan afeksi yang