ROMANCE-COMEDYMereka berdua ini terjebak adik kakak zone. Kata abang, kakak itu harus melindungi adiknya. Kemudian abang berikrar karena melihat Tika tersakiti gebetan dan pacar. "Perjanjiannya, abang nggak akan punya pacar sampai kamu punya pacar dua tahun kedepan.""Oke, saksinya Prima sekarang."Begitu keduanya menyepakati ikrar abang. Ternyata Tika kenali pacarnya ke abang. Habis itu abang kenali gebetan. Tapi tidak bertahan lama. Keduanya ternyata memilih berpisah dengan kekasih mereka, Tika kembali menjomblo. Terus sampai lewat dua tahun, Tika malah halal di tangan abang. Bagaimana ini. Ternyata abang lamar Tika dengan damage bukan main, apalagi awalnya Tika melarikan diri terus, menghindari abang. Tapi akhirnya menyerah ketika diancam. Tika ciut sudah seperti kerupuk kena angin-angin, umes. Alhasil, Tika benar-benar jadi istri abang. Abang berlaku sangat lembut dan halus. Tapi, ada tapinya. Abang bukan main nyosornya, Tika yang polos jadi tidak polos lagi. Sekali mencium, arahnya bisa dari bibir ke ujung Selatan dan berakhir abang minta kelon. Namun, pernikahan memang nikmat dan membahagiakan. Sekarang tinggal bagaimana Tika hadapai pahitnya saja. Ketika banyak lebah madu, uh bukan. Lalat busuk yang gatel dan getol mendekati suaminya yang perkasa nan tampan.Apalagi ketika Tika mengetahui sisi lain yang dia abaikan dari kehidupan abang.***MATURE CONTENT!
View MoreSumpah, Tika serba salah dan bingung. Bagaimana ini?.
Orang kalau selesai resepsi ngapain deh?.
Nggak lakuin nganukan?.
Nggak harus malam ini?.
Ini masalahnya badan sudah babak belur lelah setelah menyapa banyak tamu butuh istirahat. Eh, Tika baru ingat kalau ini malam pernikahan kalau kata orang malam pertama.
Aduh. Tika gerogi abis dan jantungnya nabuh terus nggak ada henti.
Walau abang belum masuk sedari selesai resepsi. Mungkin masih ngobrol bersama teman dan kolega di bawah, Tika mah sudah masuk kamar vila. Sudah melarikan diri karena takut digigit abang gara-gara omongan teman-temannya tentang malam pertama.
Pintu kamar terbuka Tika langsung duduk bersila di atas kasur yang tadinya sedang rebahan menatap langit-langit kamar.
"Kamu belum tidur, dek?."
Ya gimana mau tidur, orang overthinking sama malam pertama. Anunya nggak akan robek kan kalau dimasukin sama punya abang yang nggak mau Tika jabarkan.
"Belum. Abang udah mandi?. "
"Belum, ini abang mau mandi."
"Oh, yaudah."
Begitu, Tika jawabnya kikuk menatap abang yang berjalan membuka kemeja putihnya hanya menyisakan celana bahan mahalnya yang di pakai resepsi tadi. Terus nyelonong ke kamar mandi.
Badan abang berotot ternyata, Tika lupa untuk buang muka sekedar malu melihat tubuh atas abang terlihat.
Tika mana sempat buat buang muka, sayang udah jadi suami masa di abaikan nikmat tuhan.
Terus Tika rebahan lagi, memaksa menutup mata walau tidak juga kunjung datang si kantuk. Akhirnya tetap ia paksakan. Sampai ada sesuatu yang menarik pinggang Tika dan membuat Tika langsung berjengit tapi nggak bisa bangun.
Tubuhnya di kekepin, pas nengok ternyata abang yang nempel kaya lintah. Kakinya juga nimpah kaki Tika, no akhlak banget. Nggak tau jantung Tika hampir copot pas tau ada yang meluk, di kira orang jahat ternyata suami sendiri.
Maklum, biasa tidur sendiri pas ada orang di kira orang mesum.
Eh, ini abang juga nyium-nyium bahu Tika yang tertutup piama jadi rasanya geli. Apalagi napas abang terasa menggelitik sampai ke leher.
Dan entah bagaimana diawali, abang sudah ada diatas sambil melumat dua bongkahan kenyal bibirnya.
Tika yang pasif terpaku diatas ranjang dengan Abang yang aktif diatas. Abang juga bawa tangan Tika melingkari lehernya, tangan abang benar-benar nggak bisa diam.
Baju piama Tika terangkat dan abang meraba bagian pinggang sampai perutnya, bikin geli dan Tika melenguh protes. Itu bagian paling sensitif untuk dipegang. Tika jadi kaya cacing kepanasan karena abang ngusap-ngusap terus.
Tika nggak biasa. Bibir abang turun ke leher dan kebahu, di cium seringan bulu, bulu kuduk Tika berdiri merinding. Apalagi abang terus melepas baju piama couplenya. Uh, tanpa sadar Tika balas mengelus roti sobek milik abang yang tidak seberapa. Terus Tika sentuh lengan kekar abang.
Tika suka, abang badannya Bagus.
Sampai Tika tersentak dan menyebut nama abang sambil menatap kearah abang yang menatapnya penuh kabut gairah.
"A-abang, ngapain?!!."
Disana, jari abang membelai dibalik celana dalamnya. Disana, abang menariknya dan masuk ke tempat paling lembab milik Tika.
Tika sampai meringis dan pias mukanya.
Abang malah mendesis ketika tau akan sangat sulit untuk lewat walau sudah mekar disana. Sari bunga Tika melimpah ruah karena foreplay nya.
"Bang—ah"
Tika menjerit. Sakit. Tika nggak kuat, ia pegang tangan abang dibawah sana agar jangan lebih dalam lagi. Tika menggeleng kuat sedang abang mulai merayu lagi.
"Nggak apa. Ini akan baik-baik saja, tenang dan rileks."
Abang kecup leher dan bahunya rakus bak akan kehilangan harumnya. Turun bagian dada, abang tarik penutupnya dan Tika menutup kembali dengan kedua tangannya.
Badan Tika melengkung ketika abang mulai bergerak. Ini aneh, Tika merasa melayang dan pikirannya berkabut sampai lupa daratan.
Abang benar-benar pro. Beda sama Tika yang nob ini, uh.
Tapi ketika abang sudah siap dengan senjata pamungkasnya, baru saja ujung menerobos. Tika sudah menjerit menangis meminta abang berhenti.
"Uh!, udah bang. Keluarin!! Keluarin!! Sakit, itu sakit banget."
Baru begitu, abang tidak tega. Gairahnya sudah diambang batas, kesadaran sudah diambil kepala bawah. Aduh, semuanya serba salah. Mau berhenti sudah di tengah, tinggal terobos. Mau lanjut Tika menangis sesegukan menahan tubuh abang agar jangan mendorong lagi.
Baru setengah jalan sudah ada darah yang mengalir sampai senjata abang ikut kena.
.
.
.
Seminggu setelah resepsi.
"Gimana bang. Udah belah durennya?."
Tanya Farrel, adik paling bungsu di keluarga Winata.
"Ya udahlah, mana kaut abang nahan-nahan kan. Udah lama ditahan pas dapet pasti langsung jos!"
Itu adik perempuannya yang pertama. Yang mulutnya nggak ada filter hp oppen. Serius deh, mereka nanyain hal kaya dini dari pas pagi setelah gagalnya dia cetak gol.
Yang terjadi, Tika yang menangis dan dia menahan pusing karena tidak jadi mengeluarkan lahar kenikmatan malam pertama.
"Mana sempat, keburu nangis."
"Hah?."
Jawab kedua adiknya bersamaan, tidak paham.
"Susah banget ngrayu si Tika. Polos abis, abang mau polosinnya nggak tega. Pelan-pelan dululah, nggak mungkin abang gas kan."
"Whut!!!! Jadi seminggu ini abang puasa donk? Nggak ada tuh celup-celup oreo?."
Abang mengangguk sambil lalu menuju kamar membawa makan.
"Lah tapi, seminggu ini abang telat keluar kamar mulu. Kalau nggak nganu di kamar. Ngapain? Main ludo?."
Abang abaikan, biarin mereka mikir yang iya-iya. Abang bangun telat itu, karena lagi latihan agar Tika tidak polos lagi.
Dia ajari Tika perlahan-lahan. Soalnya Tika masih takut buat abang masukin. Astaga, akhlak tidak terserver.
Tika tiap malam sering abang patok mulutnya, abang buat cetak merah ditubuh.
Namanya pengantin baru, masih anget panasnya luar biasa. Jadi nggak bisa lepas, mau di kelonin aja. Kan enak. Begitu pemikiran abang.
Apalagi cobaan buat bikin Tika paham itu lumayan bikin abang nyebut naman tuhan terus. Bikin emosi tapi abang nggak nyerah.
Pantang menyerah, abang tau gimana cara jinakin Tika. Tapi butuh usaha keras.
Apalagi banyak penjantan yang dekatin Tika pas abang mulai sadar rasa. Tika inikan labil, kalau tidak diancam nggak bakal tuh menerima abang. Kalau tidak ditinggalkan, mana mau Tika ikutin kemauan abang.
Pokoknya ribet sama anak gadis satu ini.
"Hei, bangun dek. Udah jam sembilan."
Punggung itu abang kecup dalam ,menghirup harum yang tidak hilang walau belum mandi. Uh, abang jadi enggan beranjak.
Dari punggu abang kecup pundak terbuka itu terus sampai ke pipi dan abang gigit telinga Tika.
Yang ada melenguh abang jadi kecanduan.
Dasar abang, nyari gara-gara sendiri. Sudah tau belum bisa masuk kandang.
"Dek, bangun ya. Bantu tidurin yang bangun."
Bisik abang meminta tapi Tika enggan bangun walau sudah tau tangan abang perginya kemana.
"Abang ihh!! Nggak usah dicubit juga, bekas digigit abang semalam masih perih tau!." Tika protes dalam pejamnya.
Sumpah mati, Tika cape abis nurutin abang yang sudah kaya musafir dalam perjalanan digurun pasir dan ketemu sumber air yang bukan hanya fatamorgana semata.
"Uhh..."Suara Tika langsung mencicit pas abang rubah posisi tidur yang tadinya tengkurap jadi telentang dengan abang yang sudah bersarang saja bibirnya dibagian paling abang suka hisap dan gigit gemas.
"Abang nggak tau kalau Tika yang abang kenal, bikin abang jadi kaya nggak ada berhentinya haus. Nggak bisa abang kalau nggak nyentuh kamu."
"Abang, huwaaaa. Jangan di gigit. Tika kan tadi udah bilang kalau itu masih perih. Huhuhu."
Abang akhirnya berhenti mengigiti biji kacang cokelat itu dan beralih mengecupi geraham Tika yang mana kedua legan Tika melingkari leher abang. Sedang tangan abang ini sudah mulai pro untuk merangsang titik spot paling sensitif Tika, yaitu bagian perut dan belakang telinganya yang kini sedang abang beri kecup basah.
Tangan abang yang pro mengusap teratur seringan bulu di bagian kedua pinggang yang sesekali akan mengusap perut Tika sampai Tika belingsakan tidak tahan. Nggak tau, akal sehat Tika sudah pamit tanpa klarifikasi. Tubuhnya melemas namun mendamba.
"Sekarang abang minta ya?."
Tika masih dalam kondisi menikmati tidak fokus pada permintaan abang dimana sudah menurunkan celana dalam Tika juga milik abang sendiri.
Abang sih enak, Tika tidur hampir telanjang karena hanya pakai celana dalam sehabis di gempur abang tapi tidak lepas segel.
"Abang...Uh... inihhh."
"ABANG KENAPA MASUK!! KELUAR IH... SAKIT ITU!!"
Tika teriak ketika setengah dari perkututnya abang menyelinap dan rasa sakitnya terasa perih sekali, soalnya sudah setengah jalan. Abang mau keluar keburu nikmat.
Serba salah sekali. Sedang abang sudah merem melek, bagaimana ini?.
Sampai Tika menangis sambil gigit bahu abang sedang abang bekerja keras mencipta gelombang surga dibawah sana. Sudahlah, mana bisa keburu telat.
Baru lima kali dorongan perlahan abang muntahkan sambil memeluk Tika erat dan menanamkan wajah diceruk leher sambil menghembuskan napas lega bahagia.
Abang berhasil, tapi durasinya kecepatan. Abang jadi kecewa sendiri.
"Keluar duluan dek..." Dengan suara lemah abang kecupi bahu Tika yang sudah tidak betah dan merasa perih.
Jadi begitulah cipta kenikmatan dari abang dan adik zone yang berakhir menikah. Banyak drama yang di lalui sebelum mereka pada akhirnya membuat keputusan dari sebuah ikrar yang abang buat.
Jadi mari kita mulai cerita ini.
And....
ACTION!!
Bara tilik layar ponsel Farhan dari balik punggung untuk melihat, jika layarnya menampilkan pesan singkat dari sosok yang berhasil buat Farhan ng-bucin bertahun-tahun ketika mau tancap gas sudah keduluan rekan kerja.Sakitnya sampai sumsum tulang, tidak terlihat tapi bikin hati nestapa."Kenapa nanyanya basa basi gitu dah?"Tanya Bara kemudian tidak lagi mengintip, dia langsung ambil ponsel Farhan yang hanya menghela napas.Dia benar-benar tidak punya banyak energi untuk marah, maupun bernapas. Sudah pantas di sebut orang patah hati belum abang?Sudah kan, napaspun rasanya sulit. Pikiran kacau balau karena kehilangan arah tujuan yang sudah di buat dari lama, sudah dua tahun abang memikirkan untuk melamar Tika tapi belum berani.Kemudian bodohnya, dia malah buat ikrar tidak berotak tapi syukur-syukur Tika sudah lelah dengan fase kenalan-dekat-pacaran dan terus begitu sampai putus lagi.Abang jadi punya kesempatan untuk bergerak setelah menguatkan hati, yakin jika dia sudah baik-baik saj
Rumah Farhan tidak seperti biasanya, ada kesuraman dan sepi. Dengan Farrel dan Hana yang duduk di ruang tengah saling berpikir, mereka tengah mendapati abang mereka. Kakak tertua, si sulung itu tengah malam di depan mereka tanpa kesulitan.Atau merasa bersedih seperti kebanyakan mantan yang di tinggal nikah, ini bentukan abang masih hidu, bernapas dan biasa saja. Atau jangan-jangan abang hanya sedang bersikap legowo dalam hati sudah menangis darah?Jadi sebenarnya yang suram itu Farrel dan Hana, bukan Farhan."Beneran ya, abang nggak drama kaya kemarin lagi. Aneh tapi nyata, gue jadi speechles."Ujar Farrel pada adiknya.Hana menimpali."Nggak gue sangka, jauh dari ekspetasi kehancuran yang udah terbayang. Gue malah nyaksiin abang anteng makan sebelum berangkat ke acara pertunangan mantan, atau jangan bilang. Abang ngamuknya di acara lagi?""Ya gapapa, gue seneng kalau mbak Tika batal tunangan. Nanti abang dateng bak pahlawan kesiangan terus gantiin deh sebagai mempelai laki-lakinya, ka
[Mbak Tika, abang sakit nih pulang dari rumah mbak. Kena asam lambung parah, terus sekarang lagi demam. Salam ke mas Tara ya!! Jangan galak-galak banget kasih hukuman ke abang aku, kasian tau sekarang ngigau kaya orang gila manggil mbak.]Isi pesan itu masuk, dari Hana Astuti Winata. Adik bontot Farhan yang memang dekat dengannya, sering memberikan informasi abang tanpa perlu di tanya.[Mbak nanti jengukkan?]Tika jalankan jarinya di atas layar ponsel untuk menjawab.[Terus abang gimana sekarang, udah mendingan belum?][Iya, nanti mbak datang ke sana.]Tika menunggu dengan gelisah balasan dari Hana, di sini Tara juga tidak sama beda. Hanya saja jika Farhan jatuh sakit maka Tara jatuh ke dalam emosi, dia terus-terusan bermuka muram.Dia juga tidak tau saja, kalau Hana mengirim pesan di lebih-lebihkan, karena nyatanya Fahan sedang duduk di meja dapur sambil makan tanpa terlihat selemas sebelumnya.Belum ada pembicaraan lebih lanjut, abang seakan menahan diri karena terakhir kali mereka
Pada akhirnya abang memilih pulang, Tara mengusir Farhan secara tidak langsung dengan meninggalkannya di ruang tamu. Membiarkan Farhan mau melakukan apapun asal tidak mendekati adiknya.Sebab dia masih kecewa.Farhan jadi paham dan memasrahkan diri, tapi tidak. Dia belum menyerah seperti kebanyakan orang.'Sebelum janur kuning melengkung, masih ada peluang menikung' Terdengar jahat tapi kini abang benarkan kata-kata itu.Sekarang dengan kepala pening, sebab memikirkan masalah bisnisnya dan Tika juga Tara sangat menguras energinya.Dia pulang dengan kepala yang benar-benar hampir pecah rasanya, duduk di jok mobil pun serasa sedang mengambang. Kalian pasti paham bagi yang sudah merasakannya, pantat abang serasa tidak duduk di atas jok mobil.Sampai di rumah abang turun dengan kepala menunduk lelah, sudah tidak kuat apalagi mengingat tadi Tika sampai menangis. Itu pertama kalinya di hadapan abang setelah sekian lama Tika tidak menangis karena di putusin mantan.Sudah berapa tahun setelah
Tika masih ingat bagaimana wajah bang Tara yang tidak mau menatap Tika barang sedetikpun, marah dengan sikap lemah Tika kepada abang yang agresif bukan main. Sejak mendeklarasikan jika abang mau lamar Tika dan membelikan cincin pengikat.Tidak ada lagi sekat yang dulu abang buat, hilang tersamarkan oleh rasa sengatan-sengatan menyenangkan yang di buat abang ke Tika yang lemah.Bang Tara tau kok, ini juga kesalahan Tika karena malah berdekatan dengan Farhan ketika sedang berduaan. Sudah pasti Tika sebagai umpan dan Farhan si pemancing akan tergoda untuk menyicip.Dan salahnya juga terlalu percaya dan membiarkan kedua makhluk berbeda jenis dari cucu adam ini saling berdekatan. Dia patut di salahkan sebagai seorang kakak, dia lalai untuk menjaga adik perempuannya dari godaan setan sundal berbentuk Farhan."Bang Tara..."Panggil Tika pada Tara yang tidak juga mau menatap adiknya.Tara biarkan saja, dia lebih memilih melewati adiknya yang berdiri di depan pintu kamar. Dia bawa gelas kopinya
Sudah berapa kali abang di abaikan?Sudah berapa kali abang menunggu dan bertandang?Sudah berapa lama?Entah, abang sendiri lupa.Abang tengah berusaha untuk mendapatkan tiket restu dari sahabatnya sebagai kakak ipar. Sampai gerbang rumah, mobil abang tidak di ijinkan masuk. Hanya menunggu bersama satpam komplek rumah Tika, paling-paling kalau ada kesempatan abang ketemu Tika yang jalan kaki habis dari super market.Nanti Tika buru-buru usir abang, takut-takut bang Tara liat abang babak belur lagi. Padahal abang sudah siap, sedia, ikhlas kalau sampai babak belur tapi dapat membuat Tara memaafkan kebodohannya.Waktu itu Tara benar-benar marah sampai mengungkit pembahasan mereka sebagai seorang teman."Lo taukan kita ini laki-laki, gimana perasaan serakah menginginkan seorang wanita sampai sebelum di akadpun merayu wanitanya cuma biar melakukan hal yang kita inginkan karena tau perasaan mereka fleksibel dan lemah pada perasaan.""Tapi jangan manfaatin adek gue buat merasakan afeksi yang
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments