Share

Memandang Lebih Dekat

Dering telepon di meja kerja Kepala Utama Kebersihan dan Logistik Satwa diangkat oleh Mrs. Vaeolin yang tengah memeriksa beberapa berkas. Setelah mengetahui si penelepon tetiba Mrs. Vaeolin meletakkan berkas-berkas di tangan kirinya. Lalu serius menyimak yang disampaikan oleh si penelepon. 

Mr. Jhoan, Sektretaris Pemerintah Kota Westinhorn mengabarkan, pertama, Wali Kota Westinhorn meminta Penanggungjawab Planet Zoo melaporkan mengenai jumlah satwa di kebun binatang Planet Zoo berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin. Kedua, Senat dan Parlemen Pemerintah telah memilih Manajer yang layak memimpin Planet Zoo ke arah yang lebih baik sesuai dengan misi Pemerintah Kota Westinhorn.

Mr. Jhoan juga mengatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan surat, ditujukan pada Mrs. Vaeolin yang menjadi penanggungjawab Planet Zoo selama ini. Setelah telepon ditutup, Mrs. Vaeolin bergeming di kursi kerjanya. Tatapannya begitu tajam, seakan menggambarkan ketidaksetujuannya dengan Pemerintah Kota Westinhorn. 

Sisi hati Mrs. Vaeolin berbisik, mengatakan bahwa apa yang dilakukan mereka adalah sebuah ketidakadilan. Bagaimana mungkin mereka tak mengijinkan dirinya mengikuti tes yang menjaring calon Manajer kebun binatang Planet Zoo. Padahal selama kepemimpinannya di Planet Zoo mengalami banyak peningkatan. Hanya saja, beberapa tahun terakhir, terdapat berita tak mengenakan mengenai kebun binatang Planet Zoo. Walau semua itu berhasil ditepis dan dibuktikan tidak terkait kebun binatang Planet Zoo.

Di balik pintu ruangan Kepala Utama Kebersihan dan Logistik Satwa, Fredy mengetuk pintu. Ia menyampaikan surat yang baru diterima, sekaligus menyampaikan beberapa berkas yang diminta Mrs. Vaeolin. 

Surat itupun segera dibuka oleh Mrs. Vaeolin dan Fredy diminta menunggu. Ia membacanya langsung pada inti surat. 

“Berdasarkan pertimbangan atas evaluasi kebun binatang Planet Zoo, maka Pemerintah telah memutuskan berdasarkan hasil test para calon Manajer. Atas pertimbangan itu Senat telah menetapkan Mr. Robert, selaku peserta yang lolos dalam semua tahapan test dan mendapat nilai tertinggi, untuk mengisi posisi Manajer kebun binatang Planet Zoo.

Sesuai dengan surat perintah dari Wali Kota Westinhorn, maka Mr. Robert harus memulai menempati posisi Manajer pada pekan depan, tepatnya hari Senin. Kami mewakili Pemerintah Kota Westinhorn mengucapkan terima kasih pada Mrs. Vaeolin yang selama beberapa minggu telah melaksanakan tugas sebagai penanggungjawab Planet Zoo atau Kepala Kebun Binatang Planet Zoo dan bersamaan sebagai Kepala Unit Kebersihan dan Logistik Satwa kebun binatang Planet Zoo.”

Usai membaca inti surat itu, Mrs. Vaeolin meremas-remas kertas, lalu melemparnya ke dalam keranjang sampah. Fredy mencoba manyampaikan saran. Ia berkata, “Maafkan saya bila ikut campur. Tetapi, anda masih memiliki kesempatan untuk kembali memimpin Planet Zoo ini jika anda datang menemui Wali Kota Westinhorn. Wali Kota pasti membantu anda mendapatkan posisi anda kembali, sebagai Penanggungjawab Planet Zoo yang sejajar dengan kedudukan Manager.”

“Fredy, tinggalkan saya sekarang. Saya akan menyelesaikan pekerjaan di meja. Saya akan memanggil anda kembali nanti.”

Sebelum keluar, Fredy meletakkan beberapa berkas mengenai data kesehatan hewan kebun binatang Planet Zoo. “Mrs. Vaeolin, ini berkas kesehatan yang anda minta.”

“Terima kasih, Fredy.”

“Sama-sama Mrs. Vaeolin.” Fredy mengangguk, lalu meminta ijin kembali ke meja kerjanya.

“Oh iya, lakukan pendataan satwa berdasarkan usia dan jenis kelamin, sesegera mungkin.”

“Baik, Mrs. Vaeolin. Mmm bagaimana bila pendataan dilakukan bersamaan dengan pengecekan kesehatan hewan?”

“Baik. Perintahkan Unit Kesehatan Hewan untuk segera mempersiapkan pasukan dan alat-alat yang diperlukan dalam pengecekan satwa.”

“Baik Mrs. Vaeolin,”  jawab Fredy, lalu melangkah keluar ruangan.

Begitu melintasi ruang Unit Kesehatan Satwa, Fredy memanggil Ellia yang tengah menyapu taman-taman dari serakan dedaunan. Saat itu juga Fredy meminta Ellia membantu Nancy mengelap kaca jendela di semua ruangan yang ada di Planet Zoo. Ellia pun menurut, namun tidak bagi Nancy. 

Sampai hari ini Nancy masih menduga Ellia adalah pencuri. Pikirnya, misinya gagal lantaran Ellia tertidur sebelum memulai aksinya. Pikirnya, dirinya harus lebih berhati-hati dengan gadis polos bernama Ellia. Bisa saja Ellia menyembunyikan jati dirinya supaya terlihat baik dan penurut di hadapan semua orang.

Pikirnya juga, mungkin Fredy bisa tertipu dengan wajah manisnya, wajah polosnya, wajah ceria Ellia. Tetapi dirinya tidak akan tertipu dengan gadis bernama Ellia. Baginya, bisa saja Ellia hanya pura-pura teledor supaya mendapat hukuman lembur, sehingga Ellia bisa melancarkan aksinya.

2 jam usai membersihkan jendela di semua ruangan, Ellia pergi ke ruang Logistik Satwa. Sesuai dengan perintah Fredy, Ellia harus menyiapkan makan untuk satwa herbivora atau juga disebut hewan pemakan tumbuhan, termasuk buah dan sayuran. 

Begitu masuk ke dalam ruang Logistik Satwa, tiba-tiba seluruh pekerja yang berada di ruangan itu memandang aneh pada Ellia. Tak ada gurat senyum maupun kata-kata yang terlempar dari bibir mereka.

Begitu melihat seorang pekerja akan mengangkat keranjang berisi buah, Ellia bergegas membantu mengangkat keranjang itu. Namun, tiba-tiba pekerja laki-laki itu merebut keranjang dari tangan Ellia. Ia pun bergegas mengangkat keranjang itu seorang diri. Pikir Ellia, mungkin laki-laki itu diburu waktu, atau mungkin mengangkat keranjang seorang diri lebih mudah bagi laki-laki itu.

Ellia mematung seraya mengamati sekitar. Ia memikirkan apa saja yang bisa dilakukan di ruangan itu. Tiba-tiba terdengar suara-suara dari benda-benda mati di ruangan itu; meja-meja dari stainlees steel, sepatu-sepatu booth, lap meja dan lap pel, ember-ember, keranjang, pisau-pisau, karung-karung, jam dinding, lampu-lampu, dan benda mati yang tak bergerak lainnya. Pun dengan buah-buahan dan sayur-sayuran. Mereka semua memanggil-manggil nama Ellia. Meminta Ellia lebih gesit bergerak, mendahului pekerja lainnya.

Begitu menyadari kesalahannya, Elli lekas bergerak lebih gesit ia mengambil wortel-wortel, lalu memasukkannya ke dalam mesin pencuci buah dan sayur. Ia hanya melepas senyum pada pekerja yang didahului mengambil keranjang-keranjang wortel.

Kemudian berganti mengambil keranjang berisi buah-buahan dan sayuran yang telah dikeringkan. Pisang-pisang hanya dipotong pada bagian mahkota yang menempel pada tangkai buah pisang. Selanjutnya dimasukkan di dalam keranjang.

Beberapa menit berlalu, keanehan dirasa Ellia, lantaran tak ada satu pun pekerja yang kini ada di ruangannya. Padahal ia melihat dengan mata dan kepala sendiri, ketika ia memasuki ruangan ini banyak pekerja yang menyiapkan makanan untuk hewan-hewan di kebun binatang.

Ellia pun mematung dengan kening menggulung. Menerka-nerka apa yang terjadi dengan mereka. Tetiba kedua matanya terbuka lebih lebar ketika Ellia mengingat jam istirahat. Lalu lekas memeriksa jam dinding. “12 kurang 10 menit. Masih ada 10 menit untuk menyelesaikan pekerjaan.”

“Apakah semua pekerja selalu memulai waktu istirahat pada jam 12 kurang 10 menit. Mmm lebih tepatnya... mengambil 10 menit milik jam kerja untuk istirahat,” ucap Ellia.

“Hei, kau tak makan siang?” Tiba-tiba Jiko sudah berdiri di samping Ellia. Kedatangan Jiko yamv membuat Ellia terhenyak.

“Jiko? Mengapa kau selalu muncul tiba-tiba?”

“Mmm tapi aku menyelamatkanmu lagi kan?”

“Menyelamatkan?” Ellia mengulang seraya menggulungkan kening dan kedua alisnya.

Jiko tak membalas lagi. Ia hanya melepas senyum sambil menunjuk ke arah jam dinding. Ia ingin mengatakan bahwa jam istirahat sudah dimulai, bahkan Ellia sudah melewatkannya selama 3 menit.

“3 menit terbuang percuma jika kau banyak melamun,” kata Jiko. Lalu menarik tangan Ellia keluar ruangan, menuju tempat teduh di depan kantin Bangau yang dikelola Paman Dardar. Banyak pekerja menghabiskan waktu istirahat sebelum kembali memulai pekerjaan pada pukul 1 siang.  

“Aku tidak melamun. Lagi pula ini kan belum jam istirahat.” Ellia membantah.

“Baik baik, kau memang tidak melamun, tetapi bicara sendiri. Dan saat ini sudah jam 12 lebih 4 menit.” Di ujung perkataan Jiko melempar senyum. Lalu Jiko meminta Ellia untuk duduk di kursi dari bebatuan yang dipahat sangat cantik.

“Aku juga tidak bicara sendiri.”

“Oh ya? Aku tidak percaya.” Lalu Jiko terkekeh seraya membuka bekal makanan yang tersimpan dalam wadah terbuat dari bahan plastik tebal. Ada dua burger di dalam wadah itu. Setelah Jiko mengambil satu burger, ia menyodorkan wadah bekal itu ke dekat Ellia. Lalu memindahkan minuman jus jeruk dalam cangkir dari batok kelapa.

Ellia begitu bahagia melihat apa yang dilakukan Jiko, seorang pekerja lapangan yang sama seperti dirinya. Ia merasa memiliki kawan baru di dunia kerja yang ia jalani sekarang. Jiko kawan yang tak lelah bertanya apapun, yang tak lelah mengingatkan apapun, yang mau berbagi bekal dengan dirinya. Dan bagi Ellia, Jiko adalah kawan baiknya yang lebih cerewet dari sang nenek.

“Jadi, apa benar yang diperbincangkan para pekerja jika... kau mencuri?” Di ujung perkataannya Jiko mendekatkan wajahnya pada Ellia, lalu memelankan suaranya.

Ellia pun terperanjat. Ia tak mengira berita yang sudah diluruskan itu telah sampai ke telinga para pekerja di kebun binatang ini. Tetiba keningnya menggulung, ketika pikirannya menerka-nerka yang terjadi di ruang penyiapan logistik satwa. Sikap semua pekerja terhadap dirinya dan tiba-tiba saja mereka menghilang bagai ditelan bumi di ruang Logistik Satwa 10 menit sebelum istirahat.

“Pasti mereka, masih mempercayai kabar jika aku pencuri,” lirih Ellia, lalu memasang muka cemberut.

“Aku tidak percaya berita itu,” kata Jiko, membuyarkan apa yang dipikirkan Ellia.

Jiko pun melanjutkan ketika Ellia memandang dirinya, “Aku hanya percaya apa yang kau katakan.”

Tak disangka apa yang dikatakan Jiko membuat Ellia tersenyum lebar, lalu tertawa terkekeh. “Apa yang kau sembunyikan dariku?”

Jiko agak terkejut, namun ia malah ikut tertawa. Lalu menyodorkan burger dalam wadah bekalnya yang berwarna biru “Pasti kau sangat lapar. Cepat makanlah, ini buatan Mamaku.”

Tanpa ragu lagi Ellia pun melahap burger dengan lapisan lembaran keju, daging sapi tebal, acar, selada, irisan tomat lembaran keju lagi, daging sapi tebal, acara timun, selada dan irisan tomat, lalu ditutup dengan lembaran keju lagi. Burger yang tebal ditambah saus tiga warna. Bahkan Ellia menghabiskan burger terenak yang pernah ia makan. Hmmm, pikirnya sang Nenek harus mencoba burger ini. “Ini sangat enak, enak sekali,”

“Oh ya... kau suka?”

Ellia pun mengangguk-angguk seraya melahap dan mengunyah burger. Jiko senang Ellia menyukai burger yang ia bawa. Dan berjanji akan membawa burger yang sama esok hari.

Usai jam istirahat, dengan mengendarai mobil listrik Ellia dan Jiko meluncur di jalan-jalan dari susunan batu datar yang dirapatkan. Ellia dan Jiko membawa banyak buah-buahan yang telah dipotong-potong di dalam wadah persegi panjang. Tugas mereka siang itu membagi-bagikan makanan pada hewan-hewan yang berusia 2 sampai 11 bulan atau juga biasa disebut anak-anak hewan herbivora di kebun binatang Planet Zoo. 

Pekerjaan yang menyenangkan walau melelahkan. Lelah lantaran kebun binatang Planet Zoo yang ternyata begitu luas. Walaupun mereka berdua hanya memberi makan hewan-hewan pemakan tumbuhan. Mereka berada di wilayah yang terpisah dengan hewan yang usianya di atas 11 bulan.

Di Planet Zoo setiap spesies hewan memiliki wilayah/area tersendiri dengan luas tertentu berikut kandang tertutup berjeruji besi. Jarak antara wilayah/area satu ke wilayah/area lain dapat bervariasi luasnya. Tak heran para petugas jaga/patroli malam selalu menggunakan kuda untuk memantau kebun binatang ini. Pasti banyak sekali satwa-satwa yang mendiami kebun binatang ini, pikir Ellia.

Di setiap jalan yang membelah dan menghubungkan setiap wilayah yang dihuni jenis-jenis satwa terdapat stasiun pada jarak tertentu. Keberadaan stasiun-stasiun itu difungsikan selain diperuntukkan mengisi ulang daya baterai mobil listrik, juga disediakan penggantian mobil listrik, bila hendak mengganti mobil listrik yang kehabisan daya listrik. 

Jalan-jalan yang membelah wilayah/area hunian satwa itu masih seperti jalan-jalan yang pernah Ellia lihat sebelumnya, dimana terdapat garis warna merah, kuning dan hijau. Keberadaan garis-garis itu bermanfaat guna memberi petunjuk pada orang-orang yang tersesat.

Selain itu jalan-jalan di wilayah kebun binatang Planet Zoo bagian Selatan diperuntukkan untuk menghubungkan kantor-kantor; Unit Logistik Satwa, Unit Kesehatan, Kantor Kebersihan dan Logistik Satwa, kantin, pos utama Keamanan hingga mes pegawai yang diperuntukkan bagi pegawai patroli, supaya orang-orang yang berkepentingan tak keliru jalan. Hanya satu kantor yang terpisah cukup jauh, yaitu Unit Kebersihan Satwa.

Di setiap wilayah/area, mobil listik yang dikemudikan Jiko berhenti tepat di samping papan yang menyebutkan jenis hewan yang ada di area itu. Kali ini mobil  Berbagai jenis rusa ada di wilayah ini. Selain memiliki kandang tertutup, rusa ini juga memiliki lahan yang begitu luas. Dari berbagai jenis yang ada di wilayah rusa ini, terdapat rusa yang paling langka bahkan hanya terdapat di kebun binatang Planet Zoo. Rusa itu adalah Moose, spesies hewan terbesar dari keluarga rusa.

Setelah membersihkan buah-buahan sisa di tempat makan dalam kandang besi, Ellia meletakkan buah-buahan yang masih segar. Ia juga meletakkan buah-buahan di luar kandang, dengan jarak yang cukup jauh. Rusa-rusa yang kini bermain, selalu datang menuju kandang untuk mengambil makanan.

Selanjutnya Ellia dan Jiko melanjutkan perjalanan menuju wilayah/area Badak. Sama halnya seperti pada wilayah rusa, pada wilayah badak juga terdapat kandang-kandang berjeruji besi di sisi sebelah kanan. Lahan luas disertai cekungan sungai yang dangkal terdapat di sisi kiri.

Dengan bahagia Ellia dan Jiko melanjutkan tugas memberi makan hewan-hewan di kebun binatang Planet Zoo yang memiliki lahan yang begitu luas, yang membuat Ellia begitu takjub, lantaran Ellia tak pernah bisa sedekat yang ia lakukan saat itu pada binatang-binatang dari alam liar.

“Ternyata, mereka tak liar seperti cerita orang-orang. Mereka begitu menggemaskan. Apa kau setuju?” Ellia usai memberi makan Panda putih dengan lingkaran hitam di kedua matanya. Lalu memandang wilayah panda yang banyak ditumbuhi bambu-bambu kecil sesuai habitat aslinya. Di sebelah wilayah panda mata hitam adalah wilayah panda merah yang berbulu merah.

“Kau suka?”

“Suka sekali... ini pertama kalinya aku bisa sedekat ini dengan mereka.” Ellia girang.

“Kalau kau mau, kau bisa lebih dekat.”

Seketika Ellia mengernyitkan kening, memikirkan maksud perkataan Jiko. Namun Jiko memutus apa yang dipikirkan Ellia. “Tapi lain kali, karena sekarang kita diburu waktu. Kita harus segera menyelesaikan pekerjaan kita.”

“Oke siap.... ” Ellia begitu semangat.

Siang hingga sore, Ellia dan Jiko mengelilingi kebun binatang di wilayah-wilayah satwa/hewan herbivora yang berusia 2 sampai 11 bulan. Mereka berdua juga diam-diam menyelinap ke aera satwa yang telah dewasa, sehingga dapat melihat satwa-satwa dari jarak sangat dekat. Di mata Ellia mereka sungguh menakjubkan dan menggemaskan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status