Share

Ledakan Dua Bibir

“Bomba Mike apa-apaan ini?” Edhi kembali murka begitu mengetahui dari tangki mobil jeep miliknya tercium bau solar. Bahkan terdapat 1 jeriken di bagasi jeep berwana hitam itu.

Tak pelak Bomba dan Mike lari kalang kabut menghadap Edhi, begitu mendengar suara Edhi yang begitu keras. Di hadapan Edhi mereka tertunduk lesu lantaran kelelahan.

“Ayo jelaskan, apa yang kalian lakukan dengan mobil ini!”

“Kami hanya membuatnya melaju lagi, Tuan.”

“Melaju lagi? Apa maksud kalian!”

Mike segera menceritakan, bahwa kemarin siang mereka tersesat dan kehabisan bensin di tengah perjalanan. Karena tak membawa persediaan bensin, jadi mereka menggunakan solar milik seorang kakek.

“Mengapa kalian tidak menjelaskannya tadi malam!”

“Karena Tuan Edhi meminta kami segera membersihkan kandang-kandang dan hewan-hewan yang akan dikirim pada Tuan Kosmo dan Tuan Daniel. Begitu Tuan,” jawab Mike dan Bomba terbata.

Edhi pun membuang nafas seraya memicingkan satu matanya. Hal yang sangat menjengkelkan yang dilakukan dua anak buahnya pada mobil jeep yang seharga puluhan ribu dolar. Betapa tidak, mobil mewahnya yang selalu diisi dengan bensin premium plus kelas 5, malah diisi dengan solar yang kualitasnya jauh di bawah.

Padahal Edhi hendak menggunakan mobil itu untuk bepergian jauh memenuhi undangan pengusaha Berlian di Kota Langge. Kini, mengetahui mobilnya telah diisi solar, Edhi berharap mobil mahalnya tidak mengalami kerusakan mesin.

“Tuan, bagaimana kalau kita menggunakan mobil kontainer saja, tapi melepas rangkaian paling ujung.” Cuki memberi saran.

“Tidak ada mobil lain kah?”

“Mmm, sepertinya hanya mobil mewah milik Tuan Edhi.”

Edhi pun menghembuskan nafasnya untuk membuang kekesalan dalam dadanya. “Jangan jangan, jangan mobil itu. Itu mobil istimewa.”

Seketika Bomba dan Mike mengernyitkan kening, memikirkan maksud Edhi. Tanpa memalingkan wajah Bomba berbisik pelan pada Mike, “Dia takut dikatakan Tuna Wisma.”

Mike pun menggulungkan kening. Ia ganti berbisik pada Bomba, “Tuna wisma apa?”

“Kau tahu sendiri kan, selama ini kita selalu berpindah-pindah tempat, tidur dimanapun.”

“Dasar bodoh! Bukan berarti kita Tuna Wisma.“ Mike menimpali Bomba. 

Edhi kembali menatap Bomba dan Mike dengan penuh amarah, begitu mendengar kedua anak buahnya saling memaki. “Diam. Jangan bertengkar terus. Ini semua gara-gara kalian. Dan kalian harus membayar kesalahan kalian.”

Usai mengambil nafas di tengah deru nafas kejengkelannya, Edhi melanjutkan perkataannya, “Kalian tidak akan menerima gajih bulan ini. Atau kalian kupecat!”

Tubuh Mike dan Bomba seketika lemas.  Mereka pun tertunduk di hadapan Edhi, meminta Edhi memaafkan kesalahan mereka berdua. Bomba dan Mike pun berjanji tidak akan berbuat ceroboh lagi.

“Mohon maafkan kami, Tuan. Kami akan sungguh-sunguh bekerja.”

“Kasihanilah kami, Tuan Edhi yang baik hati.  Jangan usir kami. Kami ini seperi anak ayam yang kehilangan induknya, bila Tuan Edhi mengusir kami,” ucap Bomba, lalu menangis tersedu di pundak Mike.

“Aaah sudah sudah! Camkan kata-kataku tadi. Ini terakhir kalinya kalian berbuat ceroboh!”

“Baik Tuan Edhi.”

Setelah itu Edhi meminta Cuki menyiapkan satu mobil kontainer untuk digunakan ke Kota Langge. Lalu memerintahkan Mike dan Bomba membawa mobil jeep ke bengkel, membersihkan tangki minyak supaya mesin tak rusak karena teraliri oleh solar.

“Pergilah ke Negeri Gostell yang lebih dekat. Di sana ada bengkel mobil dan pom bensin. Setelah itu pergilah ke Kota Herbone di sisi Timur. Kuberi satu kesempatan lagi. Bila kalian tak pulang tepat waktu dan membawa persediaan makanan, maka kalian rasakan akibatnya nanti. Aku pasti menembak kepala kalian.” Di ujung perkataan Edhi sempat berhenti sesaat.

“Baik, Tuan,” jawab Bomba dan Mike serentak.

Setelah menerima uang dari Cuki, Mike dan Bomba melaju dengan jeep warna hitam menuju Negeri Gostell, sebuah negeri yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai penambang. Tak ada penduduk asli yang miskin di kota itu. Namun tanah-tanah habis dikeruk, lalu digali, dan dikubur lagi walau hasilnya tak rasa seperti semula.

Walau penduduknya kaya-kaya, namun hunian mereka tetap sama, bahkan seragam. Seusai aturan Pemerintah Negeri itu, bahwa penyeragaman luasan hunian penduduk lokal Gostell berlaku wajib. Sedangkan bagi warga pendatang yang membeli tanah dan membangun rumah di tanah Negeri Gostell, tidak boleh lebih luas dari hunian penduduk lokal Gostell.  

Setibanya di Gostell, jeep yang dikemudikan Mike langsung menuju bengkel untuk di servis. Pemilik bengkel adalah warga pendatang yang sengaja mendirikan usaha bengkel di Kota Tashi, Gostell. Dalam sehari ia bisa meraup untung 20.000 Dolar. Jumlah yang besar yang membuat Mark dan Bomba ternganga dan geleng-geleng kepala. 

Bomba iseng menanyakan apakah tidak ada hutan di Negeri Gostell ini? Dimana banyak hewan untuk diburu dan buah-buahan untuk dipetik. Sang pemilik bengkel yang bersahaja menjawab dengan kelakar tawa, “Jika di sini ada hutan. Maka masih ada penduduk lokal yang miskin di Kota ini. Dan kami pasti punya banyak saingan di sini.”

Jawaban yang membuat Mike dan Bomba menggulungkan kening. Mereka pun menduga-duga dalam pikiran mereka, apakah hutan semiskin itu bagi mereka? Lantas menggali bahkan mengeruk apa yang disimpan di dalam tanah?

“Kau lihat saja kota-kota di negeri Gostell ini tidak rata, persis wilayah tambang. Pengerukan besar-besaran tidak hanya dilakukan Pemerintah, tetapi banyak warga lokal yang mengeruk tanah demi mendapatkan harta tersimpan di tanah mereka. Akibatnya hutan-hutan terberangus. Setiap tahun persediaan air bersih di Gostell berkurang. Bahkan kami mengalami krisis air bersih. Pemerintah pun terpaksa mendatangkan air bersih dari negeri lain dengan biaya yang tidak murah untuk memenuhi kebutuhan warga. Bahkan semua kebutuhan harus kami dapatkan dari Negeri lain,” ucap laki-laki itu panjang lebar.

“Lucu sekali kan? Seperti pepatah gali lubang tutup lubang.” Laki-laki itu tertawa keras.

Usai tawanya reda, laki-laki itu kembali berkata, “Dan dengar-dengar Pemerintah Gostell ini berencana membeli tanah di luar willayahnya untuk dijadikan khusus hunian ramah lingkungan sekaligus sebagai pusat pemerintahan baru. Dimana Pemerintah melarang  mengeksplorasi tanah itu untuk keperluan tambang seperti di Gostell.”

“Aaaah, rumit sekali jadi orang kaya,” kata Bomba.

“Dan lebih rumit jadi orang miskin seperti kita,” sahut Mike.

Ketika mobil jeep telah selesai diservis, seorang pemuda menyelinap masuk ke dalam mobil melalui pintu yang belum dikunci. Ia bersembunyi bagian paling belakang. Supaya tak terpergok ia merunduk, lalu melipat tubuhnya di bawah kursi.

Usai menyervis mobil jeep dan mengisi bensin dengan kualitas utama, yakni no 5, Bomba dan Mike melanjutkan perjalanan menuju Kota Herbone di negeri Ponix. Kali ini Mike dan Bomba kompak selama perjalanan. Sehingga perjalanan mereka lancar tanpa kendala. 

2 jam kemudian sampailah mereka di Kota Herbone, salah Kota di Negeri Ponix yang mendapat limpahan air dari langit, sehingga di hujani aneka buah-buahan, sayur-sayuran dan bahan pangan lain. Turun dari mobil Mike dan Bomba lekas pergi ke pasar di Kota Herbone, bernama Lilie. Tak lupa mereka membuka catatan dari juru masak Georges Hat, apa saja yang harus dibeli di pasar itu.

Mike menyebutkan bahan makanan yang dipesan; 5 karung gandum isi 25 kg, 10 kg gula dan garam, Roti, 50 kg tepung terigu, 10 Kg sereal, 10 batang keju ukuran 500gr, 10 coklat batangan ukuran 500gr, 20 Kg tepung beras, 500 gr ragi, apel, 10 kg wortel, 10 kg gubis, 1 kg selada, 3 tangkai pisang setengah matang dan 2 tangkai pisang matang. 

Sambil menunggu penjual menyiapkan semua belanjaan, Mike meminta Bomba membeli daftar belanjar yang harus dibeli dalam catatan itu. Namun, sebelum Bomba melangkah pergi keningnya menggulung membaca tulisan, “5 sapi, 3 kambing dan 20 ayam.”

“Hei hei, kau lihat ini, apa Eric tidak keliru menulis ini semua?" tanya Bomba sambil menunjuk pada catatan yang ditulis Eric.

Bukannya menjawab, Mike malah menggulungkan kening. Ia pun terdiam dalam tanda tanya. Sama seperti kawannya, Bomba pun tak mengerti maksud tulisan Eric mengenai sapi, kambing dan ayam. Namun ia menduga-guga. “Mungkin saja yang ditulis Mike ini untuk singa, harimau, haena.” 

“Hmm, mungkin juga. Lagi pula untuk apa pisang sebanyak itu bila bukan untuk hewan-hewan itu,” sahut Bomba

Mike dan Bomba pun sepakat membeli sapi, kambing dan ayam. Namun lantaran kehabisan uang, mereka hanya membeli 3 sapi, 3 kambing dan 10 ayam.

Usai berbelanja, semua belanjaan dimasukkan ke dalam mobil. 3 sapi diikat di atap mobil, 3 kambing dan 10 ayam dimasukkan dimasukkan di bagian tengah supaya mendapat udara dari kaca bagian samping. Dan belanjaan lainnya ditaruh di bagian belakang.

Pemuda yang menyelinap di bagian belakang terpaksa berdesakkan dengan belanjaan lainnya. Namun baginya tak masalah, yang penting dirinya bisa mendapatkan tumpangan gratis untuk pergi dari Gostell yang sudah membosankan baginya. 

                                      *#*

Nenek Emi bahagia dengan kepulangan suaminya. Ia pun mengatakan bahwa tadi malam ada seorang laki-laki yang mengaku sebagai Security kebun binatang Planet Zoo. Security itu membawa dua potongan kertas. Potongan kertas pertama berisi alamat yang ditulis tangan dan potongan kertas kedua berisi sebuah pesan. 

Nenek Emi pun menunjukkan dua potong kertas yang ia terima dari laki-laki bernama John Mener pada suaminya. “Apa benar ini tulisan Ellia?”

Kakek Jack memeriksa seksama kertas di tangannya. Ia pun mengernyitkan kening. Lalu berkata, “Ini memang tulisan Ellia. Liatlah di bawah tulisan ini ada tandangan tangan cucu kita, Ellia.”

“Oh syukurlah, berarti Ellia baik-baik saja. Semoga Tuhan Yang Maha Melindungi selalu menjaga dan melindungi Ellia dari orang-orang jahat.”

“Iya, sayang. Aamiin.”

“Oh, iya. Ini uang roti dari Sam.” Kakek Jack memberikan 3 lembar uang pecahan 50 Dolar.

“Pakai saja Jack untuk membeli solar. Bukankah traktornya sudah berfungsi?”

“Tenang saja, aku sudah menyimpan stok bahan bakar untuk traktor. Tak perlu khawatir.”

Lantaran Kakak Jack menolak uang pemberian Nenek Emi, maka Nenek Emi mengusulkan untuk membeli pupuk dan prebiotik sebagai bahan memfermentasi jerami untuk pakan sapi. Kakek Jack pun setuju dengan usulan sang Istri.

Supaya tak membuang waktu Kakek Jack berangkat hari itu juga, sebelum hari bertambah siang. Usai menikmati masakan sang Istri, Kakek Jack pergi ke gudang. Pikirnya, untuk berjaga-jaga sebaiknya ia membawa 1 jeriken solar, karena perjalanan yang akan ditempuh sangatlah jauh.

Kakek Jack terperanjat melihat hanya ada 1 jeriken di bawah meja tua di dekat tumpukkan jerami. Ia mengulungkan kening dan kedua alisnya, mencoba mengingat-ingat apakah dirinya meletakkan jeriken-jeriken berisi solar di tempat lain dalam gudang ini?

Tak pelak untuk menjawab rasa penasarannya, Kakek Jack memeriksa seluruh tempat tersembunyi di gudang miliknya. Berharap dirinya keliru meletakkan 5 jeriken lainnya. 

Bahkan Kakek Jack sampai mengulang-ulang memeriksa gudang tempat menyimpan berbagai alat dan hasil panen. Namun tetap saja jeriken-jeriken solar miliknya tak ditemukan. Ia pun lekas memeriksa kandang sapi dan kambing. Namun, lagi-lagi tak ada jeriken berisi solar.

Lalu Kakek Jack tergesa kembali ke rumah. Namun, mendadak ia urungkan lantaran khawatir sang Istri ikut memikirkan raibnya jeriken-jeriken berisi solar.

Akhirnya siang itu Kakek Jack pergi ke pasar Lilie di Kota Herbone yang berada di Negeri Ponix. Dengan mengendarai taktor tua Kakek Jack melintas di jalan aspal satu-satunya yang membentang di tengah-tengah dataran tanah tandus dan berbatu. Lalu menyebrangi jembatan di atas sungai yang mengering. Berganti bukit-bukit gersang di kanan-kiri. 

Supaya tak menghabiskan waktu, Kakek Jack menggunakan jalur tidak resmi. Jalur ini sering digunakan Petani yang hendak pergi ke pasar Lilie di Kota Herbone, lantaran bisa memangkas waktu perjalanan. Usai melalui belasan Kilometer, traktor tua milik Kakek Jack memasuki Kota yang dingin lagi sejuk. 

Kakek Jack sempat berkeliling dengan traktor tuanya, begitu ia memasuki Pasar Lilie.  Tujuannya, guna mencari tempat untuk memarkir traktor bercat merah miliknya. Usai meneliti tempat-tempat di pasar Lilie itu, ternyata hanya ada satu tempat kosong di samping sebuah mobil jeep warna hitam. Pikirnya, mobil jeep yang tangguh yang tidak dimiliki sembarang orang.

Bagaimana tidak mengatakan mobil jeep itu adalah mobil yang tangguh? Bila mobil jeep di samping traktor tuanya itu bisa mengangkut 3 sapi di atas atap mobil. 3 kambing dan ayam-ayam dalam mobil bagian tengah. Kakek Jack juga melihat di bagian belakang dalam mobil jeep itu terdapat banyak belanjaan.

Kakek Jack sampai menggeleng-gelengkan kepala, lantaran takjub dengan mobil-mobil saat ini yang sudah lebih maju berkali lipat dibandingkan pada saat dirinya kecil dulu. Tak di sengaja, mata tua Jack melihat tangan seseorang di kaca samping bagian belakang. Jack pun tergesa mendekat. Ia pikir ada orang dalam masalah di bagian belakang mobil itu, mungkin ia membutuhkan pertolongan.

Namun langkah Jack terhenti ketika ada suara meminta laki-laki itu tak mendekati mobil miliknya. “Hei Pak tua, jangan dekat-dekat dengan mobilku.”

Rupanya itu adalah suara Bomba yang hendak menuju ke mobil usai keluar dari sebuah toko. Bomba sempat menatap tajam pada Kakek Jack yang ia panggil Pak tua, karena tak mengenalnya.  

Setelah Bomba masuk ke dalam Mobil yang penuh muatan, Mike menyusul keluar dari dalam toko. Semula ia tak hirau dengan laki-laki tua yang selalu memperhatikan kaca samping bagian belakang mobil. Tak diduga, laki-laki tua itu menoleh, seolah mencari bantuan. Begitu melihat seorang laki-laki berbadan tegap berjalan menghampiri dirinya, Kakek Jack lekas memanggil laki-laki itu.

Namun, laki-laki itu yang ternyatq Mike malah lekas menutup sebagian wajahnya. Ia pun pura-pura tak mendengar seraya melangkah tergesa menuju mobil jeep. Ketika mobil jeep mulai melaju, Kakek Jack mengeraskan suaranya, "Ada seseorang di belakang dalam mobilmu. Dia membutuhkan pertolongan."

Namun  Mike tak hirau. Ia terus memacu mobil jeep keluar pasar Lilie, meninggalkan Kota Herbone.

                                      *#*

Lonceng berbunyi tepat pukul 4 sore pada jam kepulangan pekerja Planet Zoo. Pintu gerbang Selatan yang dibuka oleh Security, seketika ramai oleh  pekerja lapangan dan pekerja dalam kebun binatang Planet Zoo, melangkah keluar, pulang ke rumah-rumah mereka melepas rindu dengan keluarga. Begitu pun dengan Ellia, lega dirasa olehnya ketika melangkah keluar melewati gerbang Selatan. 

Air matanya bahkan menetes haru. Pikirnya, ia merasa seperti terbebas dari penjara. Tertahan selama 2 hari di kebun binatang Planet Zoo. Usai mengusap air mata yang membasahi pipinya, tetiba ia dikejutkan dengan suara sepeda, “Kring kring kring!”

Ellia lekas memandang ke seberang jalan. Ia begitu terkejut melihat sepedah warna pink di seberang jalan bersama seorang laki-laki berpakaian Polisi. Ia pun lekas berlari menghampiri guna memastikan bahwa yang dilihatnya itu adalah sepeda miliknya. 

Dan oh... ternyata benar, sepeda pink yang dilihatnya sore itu adalah sepedah gowes kesayangnya. Pak Polisi menceritakan bahwa pada hari Minggu kemarin ada seorang Pemusik jalanan melaporkan sepeda ini pada pos polisi. Katanya,seorang gadis muda akan mencari sepeda ini di gerbang Selatan Planet Zoo pada setiap sore pada jam pulang pekerja.

Karena itulah Pak Polisi selalu membawa sepedah ini setiap sore di seberang jalan pintu gerbang Selatan Planet Zoo. Ia berharap pemilik sepeda ini akan datang mencarinya seperti yang dikatakan si Pemusik jalanan.

“Terima kasih Pak Polisi sudah menjaga sepedaku.” 

Usai mendapatkan sepedahnya, Ellia melaju pulang dengan rasa syukur yang besar pada Tuhan Yang Maha Menjaga. Hampir saja kejadian buruk kembali menimpa dirinya, kehilangan sepeda cantiknya.

Dari perbatasan Kota Westinhorn, Ellia menggowes sepedanya lebih kencang. Ia harus menemui Paman Sama sebelum pulang ke rumah. Selang 15 menit, Ellia memarkir sepedanya tepat di depan toko Paman Sam.

“Paman... aku datang.... ” Ellia membuka pintu, lalu masuk ke dalam toko yang masih lumayan ramai menjelang petang.

“Ellia? Akhirnya kau pulang juga. Syukurlah,” ucap Paman Sam begitu melihat Ellia datang ke tokonya. Lalu berjalan tergesa menghampiri Ellia, dan bertanya, “Kau tidak apa-apa kan Ellia?”

“Tidak Paman. Aku baik-baik saja.”

Paman Sam menceritakan bahwa Jack hampir menyusulmu ke Planet Zoo. Namun, ia kembali pulang usai mendengar nasihat dari dirinya.

“Entah apa yang terjadi mengapa Kakekmu tak datang kembali setelah memeriksa rumahmu.”

Usai menghela nafas, Paman Sam melanjutkan sambil terkekeh, “Sepertinya Kakekmu sudah yakin bahwa kau baik-baik saja.”    

“Memeriksa rumah? Apa sesuatu terjadi dengan Nenek?”

“Aku tidak tahu, sayang. Tapi aku yakin tidak terjadi sesuatu. Cepatlah pulang.”

Paman Sam juga mengatakan bahwa hari ini Nenekmu tak mengirim roti ke toko. Lalu Paman Sam memberikan uang penjualan roti yang kemarin belum diambil. Setelah itu Ellia kembali mengayuh sepedahnya menuju rumah milik sang kakek.

Setibanya di halaman rumah tak berpagar, Ellia memasukkan sepedanya ke dalam gudang. Ketika manaiki titian tangga teras rumah, tiba-tiba sang Nenek membuka pintu rumah. Begitu melihat sang Cucu telah pulang, rona bahagia tampak di wajah Nenek Emi. Ia begitu bersyukur pada Tuhan Yang Maha Melindungi, Ellia pulang dengan selamat. 

“Ellia, rasa-rasanya Nenek tak berjumpa selama satu tahun denganmu, sayang. Bahkan lebih lama lagi.”

“Oh, Ellia syukurlah kau benar-benar pulang,” kata Kakek Jack begitu melihat Ellia. Ia pun memeluk erat sang cucu.

Di dalam rumah sebelum naik ke lantai 2, Ellia duduk santai di sofa bersama Kakek Jack  dan Nenek Emi. Tentu dengan segelas susu hangat dan roti untuk Ellia. Kakek Jack mengatakan, bahwa ada seorang laki-laki yang mengaku Security kebun binatang Planet Zoo datang menyampaikan pesan dari Ellia pada Nenek Emi.

Ellia pun bersyukur pada Tuhan akan kebaikan Om John. Penuh suka cita dan rindu Ellia memeluk kakek dan neneknya.

Malam menjelang tidur, Ellia yang kini berada di kasur empuknya tak dapat lekas terlelap. Di dalam otaknya ada berbagai macam wajah hewan-hewan yang ia temui di kebun binatang saat memberi makan.

Tak diduga tergantikan dengan suara-suara Mrs. Vaeolin saat memarahi dirinya yang ceroboh saat bekerja. Bahkan Ellia mengingat tugas lembur membersihkan berkas-berkas di ruangan Unit Kebersihan dan Logistik Satwa.

“Mengapa lemari itu jarang dibersihkan? Mmm sepertinya bukan jarang, tetapi memang tidak pernah dibersihkan. Debunya saja sampai tebal begitu.” Ellia cemberut, merapatkan kedua bibirnya.

Pikirnya, mungkin mereka sengaja tak membersihkan lemari supaya bisa menjadi alasan untuk menghukum lembur pegawai yang ceroboh ketika bekerja.

“Apa benar itu alasannya?”

“Mmm apa benar Mrs. Vaeolin benar-benar penyayang binatang?”

Lalu dijawab sendiri oleh Ellia usai menghela nafas, “Kalau tak suka marah, pasti bukan penyayang binatang. Lihat saja wajah Mrs. Vaeolin yang sedang marah sama dengan wajah singa yang ingin menerkam mangsa.”

Tak sampai 1 menit, hatinya berkata, “Kau kan tak pernah melihat singa di Planet Zoo? Mengapa kau bilang Mrs. Vaeolin seperti singa bila sedang marah?”

Sementara itu malam penuh bintang menjadi atap Georges Hat. Pusing tujuh keliling mendera kepala Edhy. Tak habis pikir, mengapa dirinya rela mempertahankan dua anak buahnya yang baginya begitu konyol dan bodoh. Setiap pekerjaan yang diberikan pada mereka tak pernah ada yang beres dengan hasil memuaskan.

Dan petang tadi sudah membuktikan bagaimana bodohnya dua anak buah Edhi itu. Siapa lagi kalau bukan Mike dan Bomba, yang pulang-pulang malah membawa sapi, kambing dan ayam hidup.

Namun setelah mendengar alasan mereka berdua, Edhi tak bisa menyalahkan mereka sepenuhnya. Lantaran mereka hanya menjalankan tugas, apa yang tertulis pada lembar kertas yang harus dibeli maka itulah yang dibeli.

Pikir Edhi, lalu salahnya pada siapa? Juru Masak Georges Hat, Asistennya, atau mereka berdua Bomba dan Mike?

Dengan berat Edhi menghembuskan nafas, menahan bara dalam dada atas ulah anak buahnya. “Baik, saya sudah cukup bersabar terhadap kalian berdua.”

Tiba-tiba Mike berlutut di hadapan Edhi. Ia menangis sesenggukan seraya memohon supaya Edhi tak memecat mereka berdua. Mereka telah melakukan apapun yang diminta oleh Edhi, hanya melakukan perintah Edhi.

“Jangan pecat kami Tuan Edhi. Mohon jangan pecat kami.” Ganti Bomba sambil sesenggukan. Mike pun mengiyakan di tengah tangisannya.

“Kami sudah melakukan semua tugas yang Tuan Edhi berikan. Sedetail mungkin. Seperti perintah Tuan Edhi pada kami,” tambah Mike sambil sesenggukan.

Lantaran terharu pada kedua kawan mereka, Holdan dan Lindhan pun ikut meneteskan air mata. Dan tiba-tiba mereka ikut berlutut seperti Bomba dan Mike di hadapan Edhi. Holdan dan Lindhan memohon pada Edhi untuk memaafkan kesalahan dan kecerobohan Mike dan Bomba.

Edhi bergeming untuk sekian lama tanpa memandang anak buahnya yang berlutut di hadapannya. Wajahnya memang dingin sedingin es batu di kutub Selatan. Namun Seiring waktu tangisan keempat anak buahnya perlahan telah masuk ke dalam hatinya, mengoyak-ngoyak, lalu merobek-robek sampai mencabik-cabik, hingga menjadi serpihan. Lalu melelehkan rasa iba. Ujung-ujungnya Edhi mengusap sudut matanya yang melahirkan tetes air mata. 

Usai mengatur nafas dan mengedipkan kedua mata, Edhi berkata, “Baik. Aku memaafkan kalian.”

Seketika Bomba, Mike, Holdan dan Lindhan berebut memeluk Edhi. Sampai-sampai membuat Edhi hampir kehabisan nafas bila Cuki tak berusaha keras memisahkan mereka berempat dari Edhi.

 

  

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status