Home / Romansa / ENAK, PAK DOSEN! / 144. Gagal Bercinta

Share

144. Gagal Bercinta

Author: OTHOR CENTIL
last update Last Updated: 2025-10-06 09:15:18

Diana tersipu malu karena ketahuan. Ia meraih bantal dan menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Damar yang tak terima diperlakukan seperti itu, segera menarik bantal tersebut, memperlihatkan wajah cantik istrinya yang sedang merona.

Dan pada akhirnya, Damar berhasil menerobos masuk ke dalam kehangatan Diana, diiringi dengan pekikan tertahan dari sang istri yang menggigit pundaknya seperti biasa.

Sentuhan itu selalu membuat Diana merasa sedikit sakit, namun juga nikmat secara bersamaan.

"Eeemh... Masih sama sakitnya... Penuh banget, Mas," cuit Diana lirih, merasakan sensasi penuh dan hangat yang menjalar di seluruh tubuhnya.

"Besar kan?" tanya Damar, menyeringai bangga mengakui jika miliknya memang di atas rata-rata.

"Ayo cepetan, Mas... Udah nggak sabar," kata Diana mendayu, memohon agar Damar segera memulai aksinya.

"Bersiaplah!" Damar mengambil ancang-ancang, bersiap menyerang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bundanya Khaliza
jangan hangan ulah satria..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ENAK, PAK DOSEN!   145. Menuntut Ganti Rugi

    Melihat Damar mendekat, Will, yang sudah menunggu tuannya sejak tadi, segera menghampiri. "Tuan Damar!" serunya lirih, penuh hormat. "Apa yang sebenarnya terjadi, Will? Bukankah gudang dan ruang produksi kita dilengkapi sensor pendeteksi asap? Jika ada kebakaran sekecil apa pun, pipa air di langit-langit seharusnya otomatis memadamkan api. Kenapa bisa sampai seperti ini? Apakah sistem itu tidak berfungsi?" tanya Damar bertubi-tubi, nada suaranya meninggi. Damar memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri. Baru saja ia merasa tenang dari masalah sebelumnya, kini masalah lain datang menghantam, seolah Dewi Fortuna enggan menaunginya. Damar jadi berpikir. Inikah balasan atas dosa-dosanya? Dosa karena melenyapkan Maxim, dan dosa-dosa lainnya? "Aaargh! Sial!" Rahang Damar mengeras, menahan luapan emosi. "Maafkan kelalaian kami, Tuan Damar. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Kami tidak menyangka ap

  • ENAK, PAK DOSEN!   144. Gagal Bercinta

    Diana tersipu malu karena ketahuan. Ia meraih bantal dan menyembunyikan wajahnya yang memerah. Damar yang tak terima diperlakukan seperti itu, segera menarik bantal tersebut, memperlihatkan wajah cantik istrinya yang sedang merona. Dan pada akhirnya, Damar berhasil menerobos masuk ke dalam kehangatan Diana, diiringi dengan pekikan tertahan dari sang istri yang menggigit pundaknya seperti biasa. Sentuhan itu selalu membuat Diana merasa sedikit sakit, namun juga nikmat secara bersamaan. "Eeemh... Masih sama sakitnya... Penuh banget, Mas," cuit Diana lirih, merasakan sensasi penuh dan hangat yang menjalar di seluruh tubuhnya. "Besar kan?" tanya Damar, menyeringai bangga mengakui jika miliknya memang di atas rata-rata. "Ayo cepetan, Mas... Udah nggak sabar," kata Diana mendayu, memohon agar Damar segera memulai aksinya. "Bersiaplah!" Damar mengambil ancang-ancang, bersiap menyerang

  • ENAK, PAK DOSEN!   143. Woman On Top

    Beberapa hari setelahnya, keintiman mereka semakin membara. Aktivitas ranjang seolah menjadi ritual wajib yang tak pernah mereka lewatkan. Setiap sentuhan, setiap ciuman, terasa begitu istimewa dan membangkitkan gairah yang tak pernah padam. Contohnya seperti pagi ini. Damar sudah siap bekerja, mengenakan kemeja rapi yang membungkus tubuh atletisnya. Aroma parfumnya yang maskulin memenuhi ruangan, membuat Diana semakin terpikat. Namun, saat Damar hendak melangkah keluar kamar, Diana tiba-tiba merengek manja, menarik ujung kemejanya dengan tatapan memelas. "Mas ... jangan pergi dulu, dong .." rengek Diana dengan suara yang dibuat-buat, bibirnya mengerucut lucu. "Aku pengen lagi ... pengen banget ...." Ia melingkarkan tangannya di pinggang Damar, mendekatkan tubuhnya hingga dadanya menyentuh dada bidang suaminya. Lalu, ia mendongak, menatap Damar dengan mata berbinar

  • ENAK, PAK DOSEN!   142. Desah Manja Penyatuan Sempurna

    Diana mengangguk, menyetujui ajakan suaminya. Dengan gerakan anggun, ia bangkit sejenak dari posisi berbaringnya. Dalam posisi duduk, Diana melepaskan gamis tidur dan pakaian dalamnya hingga tubuhnya telanjang sempurna, memamerkan lekuk tubuhnya yang indah dan menggoda. "Ayo, Mas. Aku sudah siap dijenguk 'adek'!" bisiknya dengan nada menggoda, matanya berbinar nakal menatap suaminya. "Oke, Sayang. Sebentar, ya?" jawab Damar dengan suara serak yang membangkitkan gairah. Ia menggelengkan kepalanya samar, berusaha menenangkan diri dan mengendalikan hasratnya yang sudah membara. Melihat kelakuan manja Diana, ia makin terbuai dalam pesonanya. Bibit-bibit cinta di hatinya telah tertanam sejak lama, menghujamkan akarnya erat-erat, tak tergoyahkan oleh badai dan cobaan. Ia tak pernah menginginkan kata berpisah, apalagi mengucapkan kata talak yang dibenci oleh Tuhannya. Baginya, Diana

  • ENAK, PAK DOSEN!   141. Sudah Siap?

    Dalam keheningan kamar, dua insan itu berpelukan erat, menyatukan jiwa. Diana, dengan pipi merona dan suara berbisik, menyampaikan hasratnya yang membara. Tak ada kata terucap setelah itu, hanya debaran jantung yang saling bersahutan. Damar larut dalam gelora cinta, membalas pelukan istrinya dengan erat, seolah tak ingin melepaskannya sedetik pun. Ia sengaja mengosongkan jadwal mengajarnya hari ini, semata-mata hanya untuk menemani sang istri yang tengah mengandung, yang akhir-akhir ini menjadi sedikit lebih rewel dari biasanya. "Kau yakin ingin melakukannya, hum?" bisik Damar lembut, menyelami tatapan penuh gairah Diana. "Pelan-pelan saja tidak masalah, kan, Mas?" jawab Diana dengan nada manja menggoda, bibirnya sedikit mengerucut, matanya berbinar nakal. Jemari lentiknya mulai menari-nari di dada bidang suaminya, seolah memanggilnya untuk mendekat. Dengan gerakan gemulai, Di

  • ENAK, PAK DOSEN!   140. Menjenguk Baby

    "Lah iya. Kamu maunya apa? Biar kubelikan di luar. Makanan, minuman, atau jus buah naga putih seperti tempo hari?" ujar Damar. Kenangan tentang kejadian kemarin, usai mengantar Diana dari dokter kandungan, kembali menyeruak. Setelah mengantarkan istrinya pulang, barulah Damar bergegas mencari jus buah naga yang diidamkan. **** Kilasan balik ke hari sebelumnya. "Ini jus buah naganya, Sayang," sapa Damar. Senja telah lama berlabuh, menyulitkan pencarian jus buah naga sesuai keinginan istrinya. Atau lebih tepatnya, rasa lelah dan enggan menyeret langkah Damar untuk mencari terlalu jauh. Rasa girang membuncah saat berhasil menggenggam minuman yang diidamkan sang istri. Sebuah tugas baru yang mulai kini menjadi favoritnya. Namun, begitu tiba di rumah, Diana justru menyambutnya dengan wajah masam. "Mas, aku tidak mau jus buah naga merah. Maunya yang putih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status