Beranda / Romansa / ENAK, PAK DOSEN! / 368. Pasar Natal

Share

368. Pasar Natal

Penulis: OTHOR CENTIL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-08 19:31:46

“Huaaaahhh! Di sini malah tambah dingin daripada di hotel tadi. Ya ampun! Ternyata gak enak deh musim dingin di sini, dingin banget dan … ini kayaknya aku mau beku jadi es batu, deh!” ucap Claudia sambil menggosokkan kedua telapak tangannya yang dibalut sarung tangan tebal.

Tubuhnya bergidik, setiap hembusan napas yang dia keluarkan membentuk asap tipis yang melayang di udara.

Kini, Claudia menoleh pada Shanum yang sepertinya merasakan hal yang sama. Shanum menimpali, “Hm, dingin banget. Nyesel deh ke sini. Mending ke pantai gak sih?”

“Iya, sih. Tapi, … ‘kan pengen foto yang ada saljunya.” Claudia menaik turunkan alisnya. Dia kemudian mengambil ponsel di tas kecilnya dan menyodorkannya pada Shanum.

“Eh, apa ini?” Shanum sedikit terkejut. “Kamu punya HP? Wah … siapa yang beliin? Bunda atau Ayah?”

Pasalnya, dia tahu Claudia tak memiliki ponsel. Tapi, kenapa sekarang punya? Meski bukan ponsel berlogo apel kroak keluaran terbaru, tapi ponsel ini masih tergolong bagus.

Tapi, Claudia menga
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • ENAK, PAK DOSEN!   426. Musibah / Barokah?

    Bibir Diana pun melontarkan pertanyaan tajam pada Ara. Dia pandangi dari atas sampai bawah, sama sekali tak ada tanda-tanda keduanya habis … tidur bersama.“Bener kamu gak diapa-apain sama Sagara, Nak?” katanya. Dia telah berada di dekat Ara, memegangi Ara dan memutar badannya, takut ada sesuatu yang kurang.“Gak, Nyonya. Justru, saya yang mau minta maaf karena tadi … saya ….” Ara menggantung kalimatnya, merasa sangat tidak enak hati. Di depan tubuh, kedua tangannya saling meremas.“Kenapa?” tanya Diana penasaran.“Saya tadi banting Sagara ke lantai sampai dia pingsan karena dia … keterlaluan sama saya. Saya mohon maaf, Nyonya,” jawab Ara jujur sambil menunduk. Takut wanita ini akan memarahinya.Diana terdiam sejenak, lalu matanya berbinar seolah ia baru saja mendapatkan ide brilian. “Apa? Cuma banting doang? Gak kamu tonjok, gak kamu pukul, atau gak kamu tendang titid-nya?”“Hah? M–maksud Nyonya?” Ara melongo, benar-benar tidak

  • ENAK, PAK DOSEN!   425. Temen apa Demen?

    “Siapa yang kamu bawa ke rumah ini pagi-pagi buta, Sagara? Ini tas dan stiletto siapa?! Jawab!” tanya Diana dengan nada rendah namun tajam, menuntut penjelasan segera.Sagara menelan ludah kasar, tenggorokannya mendadak terasa kering. “Bun, itu ... itu punya temen, Bun.”“Temen? Yakin milik temen?” Diana menyipitkan mata, melangkah mendekat ke arah tangga. “Kalau emang cuma temen, buka kamar kamu sekarang! Bunda mau lihat.”“Bunda, jangan! Itu beneran cuma milik temen yang gak sengaja Saga bawa ke sini semalam!” cegat Sagara sambil merentangkan tangan, berusaha menghalangi jalan ibunya meskipun ia hanya berbalut selimut.“Bunda gak percaya! Kamu pikir Bunda anak kemarin sore yang bisa kamu bohongin?”“Beneran, Bun. Suer! Itu cuma temen Saga, gak lebih!” ujar Sagara dengan nada meyakinkan, meski jantungnya berdegup kencang.“Temen satu ranjang, iya?” tembak Diana tepat sasaran.“Iyaaa... eh—gak, Bun! Gak! Aku— AAAAAAA!”

  • ENAK, PAK DOSEN!   424. Gue Gorok Lu

    “Lo ... masih di sini?” “Kalau gue gak di sini, terus yang nolongin lo siapa?! Aneh banget lo! Lo hampir mati tahu gak!” semprot Ara, emosinya campur aduk antara marah dan khawatir. Tapi begitu melihat lawan bicaranya yang tengil ini sudah lebih baik, dia baru bisa tenang.“Hm ... thanks, ya …,” gumam Sagara sok tulus.“I–iya. Tapi, badan lo gimana? Udah enakan?” tanya Ara mulai melunak.“Belum sih.” Sagara meringis, ia melirik ke arah bawah dengan ekspresi yang sulit diartikan. “Tapi, yang itu kegencet, rasanya aneh, deh ….”“Aduh! Yang mana lagi?!” seru Ara panik, ia mulai meraba-raba area perut Sagara untuk mencari bagian yang sakit.“Junior gue ... lo duduki tuh. Lo kira gak sakit apa?” ucap Sagara datar namun dengan kilat jahil di matanya.“Hah?” Ara membeku. Ia refleks menunduk ke arah bawah, tepat ke arah tempatnya duduk sejak tadi. Matanya membelalak sempurna saat menyadari bahwa ia duduk tepat di atas

  • ENAK, PAK DOSEN!   423. Sekarat

    “Ini cowok kalo dibiarin makin ngelunjak!”Tanpa menunggu Sagara bertindak lebih jauh, Ara mengambil inisiatif. Dengan gerakan yang sangat cepat, dia menarik pergelangan tangan Sagara dan membanting tubuh pria itu ke lantai menggunakan teknik judo dasar.Bugh!Seketika, tubuh Sagara yang tidak siap melayang di udara, lalu punggungnya menghantam lantai dengan bunyi dentuman yang cukup keras.Pria itu langsung mengaduh dan mengerang kesakitan, “Aaarghhh!”Melihat Sagara meringis kesakitan dengan wajah pucat, Ara mendadak panik. Ia langsung berlutut di sampingnya, takut pria tengil itu benar-benar mengalami cedera serius atau bahkan mati. “Gara! Gara! Kamu nggak apa-apa, kan? Kamu nggak mati, kan?!”Melihat wajah Ara yang pucat pasi karena panik, ide jahil seketika muncul di kepala Sagara. Ia sengaja mengaduh lebih panjang dan mulai berakting dramatis. “Aaaargh ... g-gue ... kayaknya mau mati!”

  • ENAK, PAK DOSEN!   422. Suka Dipaksa, Ya?

    Sagara dan Damar akhirnya tiba di rumah. Namun, alih-alih mendapatkan pengampunan atau pengobatan untuk wajahnya yang babak belur, Sagara justru menerima titah kejam dari sang ayah.“Tidur di luar malam ini! Gak usah masuk ke rumah, ngerti?!” perintah Damar dingin begitu mobil berhenti di garasi.“Yah, kok gitu sih?!” protes Sagara dengan mata membelalak. “Muka aku bonyok begini, bukannya disuruh istirahat malah diusir!”“Salahmu sendiri banyak ttingkah! Udah, buruan turun. Tidur sana di pos satpam bareng Pak Kumis!” usir Damar tanpa perasaan.“Ck! Ayah gak seru banget, sih!”“Makanya jangan bandel! Ayah itu udah cukup sabar sama kamu. Udah ngerusakin mobil orang, mengurung anak orang di kamar hotel, masih aja ada kenakalan yang kamu lakuin. Kamu pikir uang Ayah tinggal metik di pohon, apa?”Sagara mendengus, mencoba membela diri sambil memegangi rahangnya yang berdenyut. “Cowok mah wajar kalo nakal, Yah. Kalau kalem kayak Kak Sh

  • ENAK, PAK DOSEN!   421. Idih, Najis!

    “Gak usah gitu, nanti kemakan omongan sendiri nyahok!” kekeh Damar, masih sempat-sempatnya menggoda Arnold. Ia menatap Ara sekilas, lalu dengan suara tenang menambahkan, “Tapi, syukurlah kalau si bocah tengil ini gak hamilin kamu.”“Ketemu juga baru sekali, kok hamil! Ayah ada-ada aja, deh!” gerutu Sagara sambil memutar bola matanya malas.“Hm, ya udah kalau gitu masalah clear, ‘kan? Sagara, uang jajan kamu Ayah potong untuk gantiin mobilnya Ara, dan kamu Ara, gantiin juga motor Sagara,” putus Damar dengan nada final yang tidak bisa diganggu gugat.Kini, Ara mengembuskan napas panjang, merasa beban di pundaknya sedikit terangkat. Tapi, was-was juga karena tatapan sagara padanya masih penuh ancaman. “Baik, Tuan Setyawan. Jadi lega dengernya,” ucap Ara. Meski suaranya terdengar sopan pada Damar, tatapannya mengarah lurus pada Sagara dengan kilatan kemenangan.Di balik sikap tenang yang ditunjukkan Ara, Sagara justru sebaliknya. I

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status