Home / Romansa / ENAK, PAK DOSEN! / 8. Hangatnya Dekap

Share

8. Hangatnya Dekap

Author: OTHOR CENTIL
last update Last Updated: 2025-08-22 19:15:11

Sebulan kemudian, Diana dan Damar semakin akrab saat di luar kampus. Tapi di kampus, mereka sangat asing dan bahkan telah bersepakat untuk tidak saling mengenal.

Diana mengetuk pintu.

Tok! Tok!

“Masuk!”

Suara bariton terdengar menyeru. Diana langsung masuk saja setelah membuka pintu.

“Ini tugas yang Anda minta tadi, Pak,” ucapnya dengan lembut seperti biasa.

“Oke. Letakkan di atas meja saja. Kamu bisa kembali ke kelasmu setelah ini,” jawab Damar santai. Dia meneruskan menginput data nilai mahasiswa yang lain ke dalam layar laptop.

“Baik, Pak.” Diana menyahut santai. Namun, sebelum dia kembali ke kelasnya lagi, Damar menarik lengan kecil itu supaya Diana mendekat ke arahnya.

Tap!

“Apa kamu sudah selesai datang bulan?” bisik lelaki tersebut mendayu.

“Sudah. Saya tahu kok nanti malam jadwal saya. Sudah ya, Pak. Saya mau pulang dulu. Kelas saya udah nggak ada siang ini.” Diana berpamitan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • ENAK, PAK DOSEN!   78. Muak

    Sejak semalam, Shanum menginap.di rumah ayahnya. Gadis kecil itu bangun pagi pagi sekali.Selepas sarapan bersama, dia memang menunggu Diana di ruang tamu. Membersamai Mama Carol dan Ayahnya Damar yang sedang berbincang sejenak.Tin! Tin!"Itu pasti ibu!" Shanum bersorak. dia segera berlari menuju ke depan.Carol dan Damar yang melihatnya pun kemudian turut keluar dari rumah dan menyambut Diana."Ibu!" sapa Shanum."Hai, Kesayangan. Udah cantik. Udah siap sekolah, kan?" Tanya nya yang kemudian tersenyum canggung ke arah Damar dan Carol."Masuk dulu, Di. Tadi bibi masak kesukaannya mereka nih, perkedel sama ayam kecap." Caroline mengajak Diana ke dalam."Nggak usah, Mbak. Tadi udah sarapan di rumah. Mau langsung aja nih. Udah setengah delapan lebih soalnya. Takut telat. Tadi masih ngurus urusan rumah dulu soalnya," ujar Diana menolak dengan lembut. Hampir saja dia keceplosan menyebut usaha laudrynya. Ya, selama i

  • ENAK, PAK DOSEN!   77. Pegang Semua Asetku!

    “Ya, tapi aku yang juga merawat Mama dan ikut mengembangkan perusahaan, jadi aku tetap memiliki andil.”“Tante tidak setuju, Mar. Pokoknya semua harta mama kamu, itu milik kami. Kamu anak wanita lain, jadi tidak berhak sama sekali!” tukas Om Beni berapi-api.“Tante dan Om slow aja dong. Kenapa sepertinya kalian ingin terburu-buru sekali? Bahkan, Mama saja baru pergi kurang dari 10 jam. Pantaskah kalian semua menuntut seperti itu di saat kamu sedang berduka cita?” cibir Damar. Dia memang tak akur sejak dulu.“Kami sudah datang jauh-jauh dari luar kota. Setidaknya hargai kehadiran kami!” sarkas Tante Mayang.“Dan setidaknya hargai juga perasaan kami yang masih berduka, Tante, Om!” ucap Damar menyanggah dengan nada tinggi.“Omong kosong! Ini nih, orang yang tidak tahu diri. Dulu saja saat masih hidup tidak mau disuruh untuk membagi harta. Dan sekarang, kamu malah mempersulit kami. Mau kamu apa sih, Mar? Mau nguasain harta yang jelas-jelas akan menjadi milik kami, ha

  • ENAK, PAK DOSEN!   76. Perebutan Warisan

    Matahari mulai meninggi. Mama Maya dipastikan telah tiada. Damar, Diana dan Carol tak hentinya menderaikan air mata.Usai mengurusi semua administrasi dan juga persiapan kepulangan Mama Maya, Damar meminta semua anggota keluarga untuk berkumpul di rumahnya dan langsung mempersiapkan pemakaman.Pukul 14.00 siang, semuanya sudah siap diberangkatkan dari rumah sakit menuju pemakaman. Damar dan Carol berada dalam satu mobil. Sementara Diana, dia pulang lebih dulu bersama sopir pribadi untuk memulang kan Shanum...Sirine yang terdengar dari mobil ambulance sangat memilukan. Damar dan Carol menunggu di dalamnya. Tidak ada sepatah kata yang terlontar, melainkan hanya air mata yang terus aja berjatuhan tanpa isak tangis.“Sabar, Mas.” Caroline mengusap punggung suaminya dan berusaha untuk menenangkan.“Mama pergi disaat Diana sudah mau kembali padaku, Dek. Bahkan, Mama belum sempat melihat adiknya Shanum nanti.” Damar membalas pelukan sang istri. Dia

  • ENAK, PAK DOSEN!   75. Selamat Jalan, Ma

    “Saya sebenarnya sudah menolak selama beberapa bulan terakhir. Tetapi karena Mama Mayang dan Mbak Carol memaksa, maka saya tidak kuasa membantah kemauan mereka,” jelas Diana. Inilah yang dia takut kan kerja dulu. Wanita kedua selalu saja dipandang rendah di mata orang lain.“Kamu memang wanita yang tidak tahu malu!” sarkas Helen dengan mendorong dada Diana.Carol mendekat. Dia menjadi tameng calon adik madunya. Dengan tatapan lurus dan tajam, dia menjawab, “Kenapa harus malu, Ma? Aku yang memintanya menjadi istri kedua!”“Cih! Mama tidak yakin dengan keikhlasan mu dimadu, Carol. Meski pun setitik, Mama yakin jika di hati kamu tetap ada rasa tidak rela. Kamu hanya terpaksa saja. Mama tahu bagaimana kamu, Caroline. Dari dulu kamu selalu saja mengalah! Mama tidak akan membiarkan semua ini terjadi!” ancam Helen yang bersungguh-sungguh.“Mau atau tidak, sebentar lagi Diana akan menjadi istriku, Ma! Tolong jangan ikut campur urusan kami!” balas Damar tak mau kalah.“Le

  • ENAK, PAK DOSEN!   74. Menggagalkan Pernikahan

    “Mama!” Caroline memekik. Dia mengerjapkan netra hazelnya berulang kali. Tidak percaya jika mamanya akan datang. Tetapi dia juga bersyukur, akad nikah sudah selesai. Kekacauan itu datang sebelum Damar sah memperistri Diana. “Oh, jadi dia yang menjadi istri kedua mu, Mar? Benar-benar wanita yang tidak punya hati! Syukurlah aku datang tepat waktu!” sarkas Helen dengan nada lantang. Sakit, tentu saja. Tak bisa terlukiskan mana kala tahu jika madu anaknya adalah wanita yang dulu pernah dia tolong. “Bagaimana Pak Damar, apa kita jadi melanjutkan—” “Pergi atau ku tikam kalian semua?” ancam Helen mengeluarkan pisau lipat dari dalam tas jinjingnya. Penghulu dan beberapa saksi lantas mundur. Acara jadi kacau balau karena ulah Helen. Wanita itu kemudian mendekat kearah Diana yang sedang duduk sejajar dengan Damar. Ditatapnya nyalang wanita itu dengan dada bergemuruh. “Dan kamu, Diana. Kamu tentu saja tid

  • ENAK, PAK DOSEN!   73. Pernikahan Kedua

    “Shanum? Main apa lagi?” tanya Diana menyahut sambil ikut duduk dekat putri semata wayang nya.Shanum cekikikan dan mapak bahagia. “Aku dibeliin boneka sama Bunda Carol. Lihat deh!”Diana hanya asyik menyimak apa yang dikatakan oleh putrinya. Setelah sedikit berbincang-bincang dengan putri semata wayang nya, dia kemudian menuju ke area dapur. Sangat penasaran dengan apa yang baru saja dialami oleh nya.“Bi, tolong jawab aku dengan jujur. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku sudah ada di kamar dan tiduran?” tanya wanita tersebut.“Maksudnya, Nona? Bukankah tadi Anda baru saja pulang bersama Tuan Muda dan Shanum? Lalu tidak lama setelah nya Anda dibawa masuk ke kamar karena sudah tertidur saat perjalanan pulang?” Dia sudah diwanti wanti oleh Damar supaya tidak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Padahal, dia tahu jika Tuan Muda nya tersebut baru saja meniduri Diana.“Oh, begitu ya.” Diana masih mencerna ucapan sangat asisten rumah tangga tersebut. Dia belum

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status