Beranda / Romansa / ENAK, PAK DOSEN! / 9. Tegak Mendongak

Share

9. Tegak Mendongak

Penulis: OTHOR CENTIL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-23 09:15:22

Dengan rasa keingintahuan yang menggunung, Damar pun lantas menempelkan jari Diana ke layar ponsel tersebut. Butuh beberapa kali percobaan, hingga jari telunjuk kanan Diana lah yang berhasil membuka lock screen itu.

“Kamu hanyalah anak pungut. Jadi, jangan berharap lebih. Sudah untung Papa mau merawatmu sampai dewasa. Jangan banyak bertingkah dan selesaikan kuliahmu. Jika butuh uang, ambil cek di lemari Papa. Butuh berapa, cairkan saja.”

Deg!

Damar mencelos. Jadi, selama ini Diana bukan anak kandung? Apa Diana baru tahu masalah ini? Sampai keresahan Damar itu akhirnya terjawab dari pesan chat antara Duana dan Heru Atmaja yang kontak nomornya dinamai “Papa”.

Di sana Jelas terjadi perdebatan dalam pesan chat itu, karena Diana lah yang mengirimi pesan lebih hulu. Bukan apa-apa. Hanya bertanya kabar dan begitu kah jawaban Heru Atmaja?

“Benar-benar keterlaluan untuk ukuran orang tua. Pantas saja Diana syok.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • ENAK, PAK DOSEN!   285. Anjing Betina Rabies

    “Lakukan sekarang juga! Cuci bibir Mas pakai itu, atau aku nggak akan pernah maafin Mas!” Bukannya memberi ampun pada suaminya, suara Diana justru makin melengking tinggi. Ia sama sekali tak memberi celah bagi Damar untuk memberi bantahan sedikit pun.Bukan, bukan berarti ia kejam. Bukan …. Hanya saja, rasa sakit di dadanya makin menghujam saat mengingat Damar mencium Raline dengan begitu mesra-nya, sama seperti saat menciumnya dengan penuh gairah.Kini, Diana mengingat kembali tanggal CCTV yang ada di kantor itu. “Sepertinya itu terjadi saat Mas Damar tiba-tiba mengajakku ke hotel siang itu. Jadi, saat itu dia melakukannya? Ih! Jadi selama itu aku dibohongi?” maki Diana dalam hati. Ia bersedekap sebelah, sambil memegang payung dengan tangan kanannya, menatap Damar penuh otoritas Kini, Damar mengernyit. Nyatanya, menampilkan raut wajah memelas tak akan membuat Diana luluh. Tapi, tak ada salahnya membujuk lagi, ‘kan? Dengan suara renge

  • ENAK, PAK DOSEN!   284. Kejelasan

    “Ya Allah, sakitnya. Kenapa hal seperti ini terjadi lagi?” Larut malam, di dalam kamar yang remang-remang, Diana menangis tersedu-sedu. Air matanya membasahi bantal, melukiskan betapa hancur hatinya. Bayi kecilnya kini menangis kencang di sampingnya. Seolah tengah merasakan kesedihan yang tengah dirasakan sang ibu.Namun, Diana terlalu larut dalam kesedihannya sendiri hingga tak mampu menghiraukan tangisan putranya. Saat Sagara makin menangis kencang, Diana pun akhirnya tak bisa mengabaikannya. Kini,Nia dekap Sagara dalam pelukan hangatnya, ia kecupi pipi dan pucuk kepala putranya yang tampan itu sambil meminta maaf.“Maafkan Mama, Sayang,” bisik Diana di sela tangisnya, namun tangisannya justru semakin menjadi-jadi.Sambil meraih susu yang ia buat sejam lalu di atas nakas, ia menyodorkan ya pada Sagara dan bocah manis itu langsung berhenti menangis. “Mama tidak tahu harus bagaimana lagi. Maaf Mama egois, ya? Mama ga

  • ENAK, PAK DOSEN!   283. Kamu Bukan Anakku Lagi

    “Kamu gila? Kamu berniat menjadi pelakor, Raline?”“Kalau hal itu bisa buat dapetin Pak Damar, kenapa enggak, sih, Pa? Aku sangat terobsesi dengannya! Dia harus jadi milikku!”Tak serantan, Bima mencengkeram kerah blus yang dikenakan Raline. Matanya menyala-nyala, menatap putrinya dengan tatapan penuh amarah dan kekecewaan.Raline mencoba melepaskan cengkeraman ayahnya, namun Bima semakin mempereratnya. “Lepaskan aku, Pa! Sakit!”“Tidak! Papa gak akan melepaskanmu sampai kamu sadar akan kesalahanmu!” Bima mengguncang tubuh Raline dengan kasar. “Kamu harus mengakhiri semua ini! Kamu tidak bisa menghancurkan rumah tangga orang lain demi kebahagiaanmu sendiri!” Raline menolak tegas. Ia gunakan kedua tangannya untuk menutupi perutnya. “Gak mau! Aku gak akan mengakhiri apa pun!” Kini, Raline berteriak histeris. Ia pikir, ia telah berada di jalan yang benar. Masa bodoh dengan tentang Diana yang akan tersakiti!“Papa, dengark

  • ENAK, PAK DOSEN!   282. Baby Journal

    “Ah, indahnya hidup ini,” bisik Raline dengan matanya berbinar-binar penuh rencana. Sambil mengusap perut, ia menunduk. Ia bahagia sekali dengan kabar kehamilan ini yang sesuai dengan prediksinya “Oh, selamat datang ke dunia, Baby. Mama tidak sabar menunggu kehadiranmu di dunia ini, dan mengguncangkan kehidupan Diana dan Pak Damar. Mama yakin dengan adanya kamu, … Pak Damar akan menjadi milikku! Milik kita, kita akan hidup bahagia! Kamu senang?”Usai tersenyum tipis, Raline lalu mengakhiri panggilan video dengan Claudia. Senyum itu tidak tulus, lebih seperti topeng yang menutupi gejolak dalam hatinya. Matanya kemudian tertuju pada test pack dan hasil USG transvaginal yang tergeletak di pangkuannya. Benda-benda itu adalah bukti nyata dari rencana yang sedang ia susun. “Sempurna! Kamu hadir, melengkapi hidupku, Sayang. Oh, terima kasih. Terima kasih “Dengan gerakan selembut mungkin, Raline meletakkan test pack dan hasil USG itu di dalam

  • ENAK, PAK DOSEN!   281. Plan A berhasil!

    “Ah, saya tahu! Beri saham perusahaan saja, Tuan!” Sambil menjentikkan jarinya, mata Jimmy berbinar. Ide di kepalanya mendadak tercetus, ia begitu bersemangat. Sayangnya, hal itu berbanding terbalik dengan reaksi Damar yang acuh. “Saham perusahaan? Hei, apa kamu bercanda? Semuanya sudah atas nama Diana, Jim! Aku hanya mengelolanya saja. Apa ku tidak punya ide lain yang lebih cerdas?” Damar menatap Jimmy dengan tatapan skeptis, seolah semua usulan yang Jimmy berikan tidak akan mempan pada Diana. Kini, Jimmy terdiam sejenak sambil berpikir keras. Setelah beberapa saat hening, ia mengangkat kedua tangannya menyerah. “Ya sudshlah. Ampun, Tuan! Saya angkat tangan! Ternyata, memiliki istri itu rumit sekali ya?”“Memang!”“Hm, karena itulah saya betah melajang sampai usia hampir kepala empat.”“Hei, kamu harus menikah. Kamu—”“Tidak, tidak! Saya tidak mau menikah, Tuan. Lebih baik membelikan tas mewah untuk beberap

  • ENAK, PAK DOSEN!   280. Diusir

    “Diana! Diana!” “Keluar!” “Diana, aku—” “Keluar. Silakan cari bukti dan berikan padaku! Kalau sampai Mas gak bersalah, aku terima Mas. Kalau sampai Mas salah, aku pokoknya minta cerai!” “Oh ya ampun!” Damar menggerutu usai Diana menutup pintu gerbang setinggi 3 meter itu sambil berkata pada security. “Pak, jangan sampai Mas Damar masuk!” “Tapi, Nyonya. Saya—” “Bapak masih mau bekerja di sini atau tidak?” Ancaman Diana berhasil membuat sang security mengangguk penuh keterpaksaan. Matanya menatap Damar. Damar pun menatapnya, dan seolah ia mendapat kode agar menuruti perintah sang Nyonya. “Ma-masih, Nyonya.” “Ha, bagus! Kalau masih ingin bekerja di sini, turuti perintahku. Jangan biarkan Mas Damar masuk. Kalau dia masuk, tembak saja kakinya!” Terusir dari rumah sendiri, Damar mendengus sebal. Usai Diana menjauh meninggalka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status