Share

Chapter 6: Terciduk

Ranti dan Kevin terus berlari tanpa arah, namun yang pasti kini mereka tengah berlarian masuk jauh ke dalam hutan, mencari tempat untuk bersembunyi. Akhirnya mereka berhenti di tengah-tengah hutan dengan nafas yang masih terengah-engah. Ranti menepis tangan Kevin dan pemuda itu tau jika kekasihnya marah dan kini Ranti menatap Kevin dengan penuh rasa penasaran dan meminta penjelasan mengenai apa yang sedang terjadi .

“Sepertinya Ibuku datang kemari,” ucap Kevin mencoba menjelaskan.

“Memangnya kenapa jika Ibumu datang? Dan kenapa juga kita harus sembunyi? Bukankah beliau orang yang baik dan kau bilang Ibumu bersedia membantu Ibuku, jadi kenapa kita harus lari?” pertanyaan bertubi-tubi yang datangnya dari Ranti membuat Kevin berteriak kesal entah karena apa.

“Sepertinya aku salah, mungkin Ibu merencanakan sesuatu karena ia membawa semua asistennya untuk menangkapku,” jawab Kevin yang terlihat panik.

“Rencana? Soal apa? Kenapa ini semakin rumit saja,” sahut Ranti yang ikutan berteriak karena kesal/

“Mereka mengincar kita karena tadinya aku sempat menguping pembicaraan di antara mereka dan mengetahui bahwa mereka ingin menangkap kita dan membawa kita kembali pulang,” kini Kevin yakin jika ia akan ditangkap dan dipisahkan lagi dari Ranti.

“Kalau begitu, ayo kita pulang saja,” ujar Ranti yang hendak menyerahkan diri namun Kevin menarik lengannya.

Kevin terlihat memohon agar Ranti tidak melakukannya, namun gadis itu malah menangis histeris setelahnya.

“Kau bilang jika Ibumu akan membantu Ibuku mendapatkan hak asuh atas diriku dan Lisa, tapi kenapa jadi begini? Aku hanya ingin pulang dan tinggal bersama Ibuku, kenapa sulit sekali?” tangis itu terdengar perih namun Kevin hanya bisa diam dan tak tau harus mengatakan apa lagi.

          Langit pun bergemuruh, lalu berubah menjadi gelap dan mulai menitikkan air membasahi bumi. Dengan perasaan yang bersalah, Kevin menarik Ranti untuk berani menatap kearahnya, namun Ranti tak mampu menatapnya lagi.

“Maafkan aku atas semua yang kuperbuat dan sebaiknya sekarang kita mencari tempat untuk berteduh dulu,” ucap Kevin yang dituruti saja oleh Ranti dan kemudian mereka kembali berjalan masuk ke dalam hutan.

          Tidak jauh dari sana, mereka berhasil menemukan sebuah rumah kecil yang terlihat telah ditinggalkan. Ketika mereka masuk, keadaan rumah terlihat lumayan berantakan dengan beberapa barang yang berjatuhan dan berserakan di lantai. Sesekali bisa Kevin dengar jika Ranti terus saja bersin, lalu pemuda itu lihat jika Ranti tengah menggigil kedinginan karena sempat terkena hujan tadi. Pada akhirnya Kevin menemukan sebuah lemari pakaian, dicarinya beberapa selimut di dalam sana dan Kevin menemukan banyak sekali selimut untuk menghangatkan diri, Kevin pun tersenyum kegirangan.

“Ranti lihat, aku menemukan selimut untuk menghangatkan kita,” ujar Kevin dengan senyum lebar di wajah tampannya.

          Tapi ketika Kevin membalikkan badannya untuk mengecek keadaan Ranti, gadis itu sudah terkulai lemas di lantai. Kevin berubah panik dan mencoba menggoyang-goyangkan tubuh kekasihnya itu, namun Ranti masih dalam keadaan dingin dan setengah sadar. Akhirnya Kevin melepaskan seluruh pakaian Ranti yang basah dan menyelimutinya dengan selimut yang pemuda itu temui tadi, hal itu harus dilakukan agar gadis itu bisa merasa hangat. Namun hujan semakin lebat saja, bahkan sekarang Kevin yang terlihat mulai merasa kedinginan juga dan akhirnya pemuda itu juga melepas pakaiannya. Diambilnya selimut yang sangat tebal untuk menyelimuti dirinya sendiri, lalu kembali dilihatnya Ranti yang diam tak bergerak.

“Ranti, Ranti … bangun,” panggil Kevin dengan bibir yang bergemetaran.

          Namun gadis itu tak menyahut, sepertinya Ranti sudah hilang kesadaran. Di ceknya nafas dan urat nadi gadis itu dan Kevin sadar jika kekasihnya itu dalam keadaan yang lemah. Di bukanya selimut yang melekat pada tubuh Ranti, lalu ditariknya tubuh itu mendekati tubuhnya untuk saling menghangatkan diri. Kevin menyelimuti tubuh mereka dengan selimut yang tak tau berapa banyaknya membuat tubuhnya merasakan sedikit kehangatan, ia harap Ranti juga merasakannya.

“Bertahanlah, Ranti,”

.

          Disisi lain, Reni terlihat berang ketika ia masuk ke dalam Villa miliknya. Ia tau jika Kevin dan Ranti tinggal bersama disana, karena ia menemukan keadaan rumah yang lumayan bersih padahal sudah lama ditinggalkan, lalu wanita itu juga menemukan beberapa ponsel dan sejumlah uang yang sebelumnya ia berikan untuk putranya. Namun saat mendengar Romi tidak bisa menemukan Kevin, Rena dibuat pusing karenanya.

“Ganti kata sandi pada pintu depan Villa ini dengan yang baru,” perintah Reni yang diangguki dengan cepat oleh Romi yang bergegas mengganti kata sandi di pintu depan.

          Reni tau jika kemungkinan Kevin dan Ranti kini tengah bersembunyi di suatu tempat, namun Reni tidak bisa dengan sengaja masuk kerumah-rumah penduduk untuk mencari anaknya. Rani tidak mau jika pencarian ini membuat warga yang ada disana merasa terganggu dan melaporkannya kepada pihak yang berwajib. Memang sejak dulu Reni dan warga yang ada disana sangat tidak suka di usik, karena dulu saja saat ia akan membangun Villa miliknya di atas bukit, mengharuskan Reni berurusan dengan pihak kepolisian karena harus menggusur daerah milik warga yang di sana.

“Romi, kau tetap disini dan awasi keadaan. Aku yakin anak itu masih ada disekitaran sini,” ucap Reni yang diangguki oleh asistennya dan kemudian ketika hujan sudah sedikit mereda, wanita itu kembali ke kota dikarenakan pekerjaannya tidak bisa di tinggal.

.

          Hujan akhirnya berhenti, Ranti lebih dulu bangun dibandingkan Kevin. Tiba-tiba saja ia merasakan sakit yang luar biasa pada kemaluannya. Kemudian Ranti memberanikan diri untuk mengejek kemaluannya, namun ada bercak kemarahan  yang menandakan jika bercak itu adalah bercak darah. Ranti kaget bukan kepalang saat ia mendapati tubuhnya tak berbalutkan pakaian sehelai pun, begitu juga dengan Kevin yang belum sadarkan diri disebelahnya.

“Kevin,” panggil Ranti mencoba menggoyang-goyangkan tubuh pemuda itu agar Kevin segera bangun.

          Kevin akhirnya membuka matanya dan menatap ke sekeliling. Namun ketika ia ingin berbalik menatap Ranti, gadis itu menamparnya bahkan mulai memukulinya dengan sekuat tenaga.

“Apa yang kau lakukan padaku?” tanya Ranti dan keadaan berubah semakin runyam ketika gadis itu mulai mengaduh kesakitan bahkan terlihat dan lebih kagetnya lagi, ada berberapa bekas gigitan di sekitaran tubuhnya.

“Maafkan aku, kau terlihat kedinginan jadi aku mencoba menghangatkanmu,” jawab Kevin yang coba mendekati gadis itu namun Ranti sekali lagi mencoba untuk menjauh darinya.

“Dengan memperkosaku?” kali ini pertanyaan itu serasa seperti menohok ke dalam hati tapi memang benar Kevin melakukan hal yang salah karena tak mampu mengontrol hawa nafsunya

          Kali ini Kevin berkali-kali memukul dirinya dan menonjok wajahnya sendiri, bahkan pemuda itu mulai ikut menangis. Sekarang ia merasa teramat bodoh dengan apa yang dilakukannya. Dimulai dari berfoya-foya, melarikan diri, hingga memperkosa kekasihnya sendiri. Melihat hal itu, Ranti berubah menjadi tidak tega dengan apa yang Kevin lakukan dan ia mulai menghentikan Kevin untuk memukuli dirinya sendiri. Kemudian Ranti membekap pemuda itu kedalam pelukannya.

“Sudahlah,” ujar Ranti lirih

          Kevin menatap kearah Ranti dengan perasaan bersalah saat gadis itu terlihat sangat kesakitan, dibantunya Ranti untuk berdiri. dan memakaikan kembali pakaian gadis itu. Namun hanya sunyi yang menemani diantara mereka karena keduanya tak tau harus mengatakan apa. Sesaat kemudian mereka keluar dari rumah tersebut sehabis selesai mengenakan pakaian masing-masing. Namun baru saja beberapa langkah untuk pergi dari sana, mereka bertemu Bian yang secara tidak sengaja menciduk keberadaan mereka.

“Wah, wah, wah, apalagi ini. Sekarang apa yang kalian lakukan saat berada di dalam sana?” tanya Bian menunjuki sebuah rumah tua yang tadinya Ranti dan Kevin gunakan untuk berteduh dari hujan.

“Siapa dia?” tanya Kevin pada Ranti yang hanya dijawab oleh gelengan kepala saja.

“Kalian pasti buronan kan, sampai tiba-tiba saja harus lari sampai kemari. Aku tadi sudah melihat jika banyak orang yang mencari kalian dan apa yang akan dikatakan kepala desa saat mengetahui desa ini menyembunyikan dua pasang buronan yang masih remaja,” ujar Bian panjang lebar dengan senyum licik di wajahnya.

Kevin menghampiri Bian dan menarik kerah bajunya, lalu Kevin dengan marahnya menonjok wajah pemuda itu hingga Bian jatuh tersungkur di atas tanah.

“Sebaiknya kau tutup mulut busukmu itu,” ucap Kevin kepada Bian yang bangun dari posisinya dan kembali membalas pukulan Kevin.

          Perkelahian di antara keduanya tidak terelakkan hingga kemudian Pak Akbar datang melerai pertengkaran mereka, sedangkan Ranti hanya diam kebingungan tak tau harus berbuat apa.

“Ada apa ini?,” tanya Pak Akbar berteriak dan datang melerai perkelahian tersebut.

“Pak, mereka ini buronan,” jawab Bian membuat Pak Akbar terlihat bingung dan menatap kearah Kevin beserta Ranti secara bergantian.

“Mana mungkin, anak ini saudara Bapak yang baru saja datang dari kota dan sudah pasti kau salah paham,” sahut Pak Akbar mencoba untuk menolong Kevin yang kemudian dibalas dengan tawa oleh Bian.

“Baru saja aku melihat jika ada banyak orang berjaskan hitam mencari keberadaan mereka,” ucap Bian lagi sambil masih tertawa.

“Sudahlah Nak Bian, sekarang pulanglah kerumahmu. Biar mereka Bapak yang urus,” ucap Pak Akbar menyuruh Bian agar segera pergi ketika melihat keadaan Kevin dan juga Ranti yang sepertinya masih kedinginan karena bahkan basah kuyup.

“Terimakasih, Pak,” ujar Kevin disaat melihat Bian sudah pergi karena menuruti saja perkataan Pak Akbar.

“Sekarang ikut Bapak pulang, kalian harus berganti pakaian dan setelah itu jelaskan apa yang sudah terjadi nanti di rumah Bapak,” mendengar hal itu, Ranti terlihat ragu namun Kevin tetap akan mengajak Ranti untuk ikut karena mereka tidak mungkin kembali ke Villa sekarang.

... To be continued ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status