Share

Chapter 11: Pertemuan

Ranti terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara Ibunya yang membangun, setelah itu dirinya bergegas untuk bersiap-siap. Tidak lama kemudian, Ranti turun menemui Ibunya yang sudah membuatkan sarapan untuknya. Kali ini Bian mempersilahkan agar Ranti duduk disebelahnya, hal itu membuat Lisa tersenyum kemudian menggoda keduanya.

“Ehem, ada adegan romantis nih pagi-pagi,” ucap Lisa kemudian terkekeh pelan.

            Laila yang mendengar bahwa anak bungsunya mencoba untuk menggoda kakanya, segera mencubit lengan Lisa gemas. Lisa hanya makin cengengesan setelah mendapat terguran dari Ibunya, sementara Ranti menatap adiknya tajam seakan ingin mencekik adiknya itu hidup-hidup.

“Kau sudah bilang pada Ibumu jika kau punya janji temu dengan Kevin?” tanya Bian yang kemidan berbisik pelan namun digelengi cepat oleh Ranti.

“Bagaimana bisa aku mengatakannya kepada Ibu? Tentu saja Ibu tidak akan mengizinkannya,” jawab Ranti yang diangguki mengerti oleh Bian.

“Bu Laila, apa boleh hari ini aku dan Ranti berjalan-jalan keluar?” ucap Bian meminta izin dan kemudian mendapat persetujuan dari Ibunya Ranti.

“Tentu saja boleh, kau harus melihat-lihat sekitaran atau mungkin sekalian pergi mencari pekerjaan di sekitaran sini,” ujar Ibu Ranti membuat Bian tersenyum mendengarnya.

            Sejujurnya Bian tidak punya keahlian yang memadai, terlebih pemuda itu hanya tamatan SMP saja. Jadi sudah pasti Bian tidak merasa percaya diri jika ada yang mau menerimanya bekerja, apalagi di kota selalu memiliki kriteria tersendiri untuk mencari pekerja. Namun setelah Ranti selesai membereskan rumah, Bian dan Ranti akhirnya berpamitan untuk pergi berjalan-jalan.

            Bertepatan dengan hal itu, mobil yang dibawa oleh Romi terlihat sedang menuju ke rumah milik Ranti. Untungnya gadis itu sudah lebih dulu melihatnya sehingga membuat gadis itu memberhentikan mobil tersebut di tengah jalan setapak menuju rumah Ranti.

“Mundur,” ucap Ranti memperintahkan Romi untuk berbalik arah agar Ibunya Ranti tidak melihat kedatangannya.

“Baru saja akan menjemput …,” ucapan Romi tertahan disaat Ranti dan Bian secara tiba-tiba masuk ke dalam mobil.

“Saya mengerti karena baru saja keluar supaya Anda tidak perlu repot-repot menjemput sampai rumah,” ucap Ranti lagi membuat Romi yang mendengarkan malah sedikit kebingungan.

            Ranti hanya tak mau jika Ibunya melihat kedatangan Romi yang tanpa disadari menjemput dirinya, karena sebelumnya tidak diberitahu bahwa Ranti akan dijemput. Tapi entah mengapa, Bian jadinya malah bisa ikut untuk juga menemui Kevin. Padahal sebenarnya rumah Ranti dan Kevin tidaklah jauh, dengan berjalan kaki saja mereka akan tiba tak lebih dari 5 menit. Hingga akhirnya mereka sampai dirumah megah itu dengan banyaknya penjaga rumah dimana-mana. Terakhir kali Ranti ingat, rumah Kevin tak perlu dijaga ketat bahkan terlihat sepi akan penjaga sebelumnya.

            Ranti diminta berjalan sendiri mencari Kevin, sedangkan Bian hanya disuruh agar menunggu di ruang tamu saja. Ranti berjalan menyusuri lorong rumah yang cukup lebar hingga akhirnya ia menemukan sebuah ruang kerja yang dikatakan akan ada Kevin di sana. Dan benar saja, ketika gadis itu membuka pintu ruangan tersebut, terlihat sosok pemuda tampan tengah menunggu kedatangannya.

“Ranti,” Kevin berlari menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya erat untuk melepaskan segala kerinduan terhadap gadis itu.

“Lepaskan,” ucap Ranti sembari memberontak ingin melepaskan pelukan itu, namun Kevin semakin memeluknya erat.

            Ranti benar-benar kesal dibuatnya dan berkali-kali gadis itu melepaskan bekapan Kevin hingga akhirnya pemuda itu menyerah.

“Ada apa? Kau tidak senang melihatku?” tanya Kevin dengan mata yang berkaca-kaca.

“Mustahil,” jawab Ranti tegas.

            Akhirnya Kevin berlutut meminta maaf atas semua yang telah ia lakukan terhadap gadis itu hingga Ranti terlihat sangat membencinya, tapi sesuai dengan janjinya juga Kevin berhasil menepati janjinya. Sesekali Ranti mengernyitkan dahinya, ia merasa terheran-heran mengapa Kevin tak menyinggung tentang kehamilannya. Di sini seharusnya mereka membicarakan perkara ini dan mengambil keputusan yang sekiranya baik untuk mereka, namun Kevin terlihat tak peduli.

“Lalu bagaimana dengan masalah baru yang kau timbulkan kini? Apa yang harus kulakukan?” tanya Ranti namun Kevin hanya diam saja dan tak tau apa yang dimaksud oleh Ranti.

“Oh soal pernikahanku? Kau sudah mendengarnya,” namun diluar dugaan Kevin memperburuk keadaan.

Hal itu ia lakukan karena ia tidak mendengar apa yang sebelumnya Ranti katakana di telepon, sebelum Ibunya membanting handphone milik Kevin ke lantai. Sunggu Ranti merasa kecewa karena gadis itu mengira jika pemuda ini tengah bermain-main dengannya.

“Maafkan aku Ranti, namun pernikahan ini harus tetap berlanjut. Semua ini kulakukan demi menolong Ibumu Ranti. Ibuku berjanji akan membantu dirimu jika aku setuju dengan pernikahan ini,” ucap Kevin yang kemudian membuat Ranti terisak serta berteriak histeris.

.

            Disisi lain, Bian tengah bersembunyi dibalik sofa sesaat setelah Ayah Kevin masuk dan duduk-duduk di sana. Dengan memasang kuping, ia mendengar jika Rio membutuhkan pekerja untuk merawat kebun belakang rumah. Rio berencana akan menanam tanaman anggur untuk dijadikan wine jika nanti siap panen. Tentu ini kesempatan baik bagi Bian, terlebih Rian punya keahlian dibidang tanam-menanam. Dan setelah Rio pergi, pemuda itu menghampiri salah satu pengawal yang tadinya mengawal Rio kesana-kemari.

“Paman, boleh saya mendaftar jadi tukang kebun Tuan Rio?” tanya Bian membuat pengawal tersebut terkejut melihat kehadiran Bian yang entah dari mana.

“Kau ini siapa? Tiba-tiba ada di sini?” tanya balik pria tersebut sembari memegangi lengan Bian dan berniat ingin mengusir pemuda itu keluar.

            Tapi hal tersebut di urungkan saat Romi menghampiri dan mengatakan kepada pria tersebut jika Bian adalah tamunya Kevin. Walaupun kurang yakin, pria itu membebaskan Bian. Tak lama kemudian, Ranti berlarian dan menghampiri Bian. Gadis itu menangis sembari menarik Bian agar segera pulang ke rumah, Ranti merasa tak tahan lagi untuk berada di sana.

“Ada apa?” tanya Bian yang khawatir.

“Nanti akan kuceritakan,” jawab Ranti singkat.

.

            Sementara Kevin, pemuda itu terdiam sembari memegangi rambutnya. Terlihat jika pemuda itu tengah kebingungan karena Ranti marah dengannya lagi. Awalnya tak tau apa penyebabnya, namun kini ia tau jika Ranti tengah hamil anaknya. Beberapa kali pemuda itu memukuli dirinya karena merasa bersalah akan apa yang telah ia lakukan, terlebih beberapa hari lagi pernikahannya. Kevin sudah diancam tidak boleh membatalkan pernikahan, kemudian ia harus menikahi gadis lain disaat kekasihnya sedang hamil.

“Bodoh sekali kau Kevin,” ucap Kevin sembari menitikkan air matanya.

Sesaat kemudian Rio masuk mengecek keberadaan putranya dan dibuat terkejut karena putranya ia menitikkan air mata. Rio tau jika Kevin baru saja bertemu dengan Ranti, namun Rio tak mengerti apakah pertemuan mereka benar-benar sesedih itu sampai-sampai Kevin terlihat menangis tanpa sebab.

“Seorang pria tidak seharusnya menangis,” ucap Rio menguatkan.

Kevin yang terkejut akan kehadiran Ayahnya, segera mengelap air matanya dan kemudian tersenyum seakan tidak terjadi apa-apa.

“Kau bukan anak kecil lagi, tumbuhlah menjadi seorang pria dan dapatkan apa yang kau mau serta pertahankan apa yang kau miliki,” ucap Rio menambahkan.

            Perkataan Rio barusan sukses membuat Kevin merasa tertegun karenanya. Ada benarnya yang dikatakan ayahnya jika ia harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan yang ia mau dan mempertahankan apa yang ia miliki. Caranya ia harus bekerja keras menjatuhkan kekuasaan Ibu dan Ayahnya agar tiada orang yang bisa memerintahnya lagi.

… To Be Continued …

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status