Beranda / Romansa / EX to NEXT 21+ / 55. Akan dibuang Seperti Sampah

Share

55. Akan dibuang Seperti Sampah

Penulis: Cherry Blossom
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-09 19:43:30

Chapter 55

Akan Dibuang Seperti sampah

Satu minggu kemudian La Luna Florist telah menempati toko di distrik Salamanca, letak toko barunya berada di persimpangan jalan sehingga pajangan di dalam toko bisa dilihat dari luar melalui dua sisi yaitu sisi depan dan sisik kanan. Selain keuntungan dari tampilan, pencahayaan di dalam toko sangat sempurna karena cahaya matahari yang masuk melalui etalase kaca toko sehingga Bianca memilih tempat itu.

Hari pertama tokonya beroperasi, Bianca bersama semua pegawainya berdiri di sekitar jalanan pertokoan untuk membagikan seratus tangkai mawar dan kartu nama toko kepada para pejalan kaki. Di hari kedua barulah beberapa orang datang untuk membeli bunga, memang hanya beberapa orang tetapi Bianca percaya pada proses.

Saat pertama kali membuka toko juga tokonya tidak langsung memiliki pelanggan, sekarang di tempat baru tentu saja harus memulainya lagi dari awal dan untungnya bukan memulai dari nol karena sebelum pindah Bianca telah menginformasikan ke p
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ninuk Handayani
ayoo Bianca...jgn terhasul Isabel yaa..ga selesai2 nanti ceritanya wkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • EX to NEXT 21+   57. Wanita Materialistis

    Chapter 57Wanita Materialistis Bianca keluar dari dapur dengan membawa mangkuk berisi chesnut, ayahnya yang semula duduk di sofa ruang keluarga tidak terlihat lagi. Bianca meletakkan mangkuk ke atas meja lalu mengambil sebutir chesnut dan alat pengupasnya, alisnya berkerut karena mendengar ayahnya berbicara dengan seseorang, tetapi suaranya tidak begitu jelas. Bianca bangkit dari duduknya, penasaran dengan siapa ayahnya berbicara karena ibunya berada di dapur. Jadi, Bianca menuju ruang tamu dan saat melihat siapa lawan bicara ayahnya, Bianca tertegun sejenak lalu cepat-cepat melangkah mendekat. “Sayang,” ucap Evander seraya tersenyum ke arahnya. “Kenapa kau di sini?” tanya Bianca kebingungan. “Aku ingin melihatmu,” jawab Evander dan Mr. Stanton berdehem membuat Evander menyeringai sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. “Mr. Stanton... aku harus bicara dengan putrimu. Maksudku, aku ingin mengajaknya keluar....” Ayah Bianca mengalihkan pandangannya pada Bianca. “G

  • EX to NEXT 21+   56. Bertamu Ayah Mertua

    Chapter 56Bertemu Ayah MertuaBianca menekan tuts piano, memainkannya secara acak dengan gerakan malas. Ia telah menangis sepanjang perjalanan dari Madrid ke Barcelona menggunakan kereta, kata-kata Isabel sangat memukulnya dan membuatnya berpikir keras. Evander pernah meyakinkannya jika restu Raul Torrado bukan hal penting, tetapi dengan semua upaya yang dilakukan ayah Evander untuk memisahkannya dari putranya, Bianca yakin jika Raul tidak akan berhenti sampai di sana. Di masa depan hubungannya dengan Evander pasti tidak akan dibiarkan tenang oleh Raul selama Raul masih menolak kehadirannya. Juga merasa sangat kecewa kepada Evander karena merahasiakan alasan Raul memberikan mobil padanya. Kenapa Evander tidak jujur saja? Bianca merasa harga dirinya terluka karena terlihat seperti seorang penggali emas.“Kau bilang akan pulang bersama Evander beberapa hari lagi dan sekarang kau justru datang sendirian,” kata Estella seraya meletakkan secangkir teh dan piring berisi biskuit ke atas m

  • EX to NEXT 21+   55. Akan dibuang Seperti Sampah

    Chapter 55Akan Dibuang Seperti sampahSatu minggu kemudian La Luna Florist telah menempati toko di distrik Salamanca, letak toko barunya berada di persimpangan jalan sehingga pajangan di dalam toko bisa dilihat dari luar melalui dua sisi yaitu sisi depan dan sisik kanan. Selain keuntungan dari tampilan, pencahayaan di dalam toko sangat sempurna karena cahaya matahari yang masuk melalui etalase kaca toko sehingga Bianca memilih tempat itu. Hari pertama tokonya beroperasi, Bianca bersama semua pegawainya berdiri di sekitar jalanan pertokoan untuk membagikan seratus tangkai mawar dan kartu nama toko kepada para pejalan kaki. Di hari kedua barulah beberapa orang datang untuk membeli bunga, memang hanya beberapa orang tetapi Bianca percaya pada proses.Saat pertama kali membuka toko juga tokonya tidak langsung memiliki pelanggan, sekarang di tempat baru tentu saja harus memulainya lagi dari awal dan untungnya bukan memulai dari nol karena sebelum pindah Bianca telah menginformasikan ke p

  • EX to NEXT 21+   54. Memarahi Evander

    Chapter 54Memarahi Evander“Apa aku masih bisa memesan bunga?” tanya seorang pria yang berdiri di ambang pintu dengan canggung.Bianca menjauhkan lengannya yang melingkar di leher Evander dan melemparkan senyumnya pada pelanggan yang datang dan orang itu adalah Ryan. “Bunga apa yang kau inginkan? Aku bisa menyiapkan jika bunganya tersedia.”“Kalian kan segera tutup, ya?” tanya Ryan seraya mendekati meja konter dan meletakkan siku kirinya di atas meja.“Bukan masalah, kau pelanggan terakhir,” sahut Bianca. “Aku ingin bunga yang melambangkan penyesalan dan permintaan maaf.” Setelah pertemuannya dengan Delina di salon, Bianca belum bertemu Delina lagi. Mereka beberapa kali berkirim pesan, tetapi hanya bertukar kabar tanpa membicarakan hal pribadi. Bahkan kelanjutan hubungan Delina dengan Ryan tidak terdengar ceritanya. Bianca bukan tidak peduli, Delina mengatakan jika bisa mengatasi masalahnya sendiri sehingga berasumsi jika Delina sudah menyelesaikannya dengan baik dan tidak memerlu

  • EX to NEXT 21+   53. Hadiah Lagi?

    Chapter 53Hadiah Lagi?Setelah memecat Valeria, Evander pergi menemui ibunya. Giselle yang baru selesai makan siang dan sedang duduk seorang diri di bangku taman di bawah pohon yang berdaun lebat karena memasuki musim semi. Ketika Evander memanggilnya, Giselle mengangkat kepalanya. Wanita itu tersenyum seraya menutup buku tebal yang sedang dibacanya. “Kau sudah pulang, Nak?” tanyanya dengan senyum lebar. Evander mengecup kening Giselle lalu duduk di samping wanita itu. “Bagaimana kabarmu?” Giselle meletakkan buku di pangkuannya. “Aku merasa lebih baik setiap harinya di sini.” Evander tersenyum hambar. “Kau yakin masih ingin berada di sini?” “Kedengarannya tidak masuk akal, tetapi di sini aku merasa lebih tenang,” jawab Giselle dan senyum tidak hilang dari bibirnya. Ketika pernikahan ayahnya dengan asisten pribadinya menggegerkan publik, ibunya tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke dalam pusat rehabilitasi mental. Ibunya tidak pernah berbicara dan tidak pernah tersenyum lagi hing

  • EX to NEXT 21+   52. Tidak ada Kesempatan Lagi

    Chapter 52Tidak ada Kesempatan Lagi Bianca sedang menyisir rambutnya ketika bel pintu tempat tinggalnya berbunyi, sedikit heran karena menurut Evander hanya beberapa orang yang tahu tempat tinggal mereka. Terakhir orang yang berkunjung adalah Lisa, tetapi Lisa tidak bilang kalau mau mengunjunginya. Lagi pula mereka akan bertemu di toko hari ini dan tidak mungkin Isabel yang datang, kan? Bianca memeriksa siapa yang datang melalui monitor pintu, tetapi tidak melihat wajah orang yang menekan bel pintu hanya melihat seseorang memegangi buket bunga menutupi wajahnya. Bianca tidak berpikir panjang dan segera membuka pintu lalu melompat ke dalam pelukan pria yang berdiri di depan pintu.Evander terkekeh seraya memegangi kaki Bianca yang melingkar di pinggangnya. “Bagaimana jika orang yang datang ternyata bukan aku?” tanyanya seranya menatap Bianca penuh kerinduan.Bianca mengeratkan lengannya yang melingkar di leher Evander dan menyeringai lebar. “Aku mengenali tanganmu, dan jam tanganmu.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status