Home / Fantasi / Elara: Terlahir Kembali Dengan Penuh Luka / Bab 3: Anak yang seharusnya tidak lahir

Share

Bab 3: Anak yang seharusnya tidak lahir

Author: Ghazala Rizu
last update Last Updated: 2025-11-21 22:10:58

Sudah hari ketiga Adelia ada di tubuh Elara. Mau seberapa keras pun ia berusaha, tetap ia tidak bisa terbiasa dengan ini. Gadis itu terbiasa dengan badan yang gemuk, pipi yang penuh jerawat dan kamar yang sempit. Sekarang ia berada di ruangan yang besarnya mungkin 3 kali rumahnya. Badannya pun terasa jauh lebih ringan, kulitnya juga putih seperti porselen.

Adel termenung.

Di masa lalunya, ia tidak pernah bisa merawat diri. Tidak ada waktu, uang dan tenaga untuk itu. Seluruh hidupnya berada di mode survival. Jadi ketika waktu santai itu tiba, yang ia lakukan hanya tidur atau makan yang ia suka. Demi menjaga kewarasan. Tapi akhirnya ia menyerah juga. Gadis itu menghela nafasnya. Rasa sesak itu muncul lagi, masa lalu itu masih saja terasa sakitnya.

Sudah tiga hari ia disini dan ternyata menjadi Elara sepi juga ya. Hanya ada satu pelayan yang datang di pagi hari untuk siap-siap dan kadang ia kembali dengan makanan. Aneh, pikirnya. Setahu Adel, biasanya putri raja itu hidup dengan sangat-sangat dilayani. Tapi ini ... rasanya seperti Elara ini dibuang

Gadis itu memeluk dirinya sendiri, merasa dingin yang tidak berasal dari suhu ruangan. Ia menatap jendela tinggi dengan kaca begitu jernih hingga ia bisa melihat seluruh halaman istana. Dunia baru ini tampak indah seperti lukisan, tetapi keindahan itu tidak mampu membuatnya merasa menjadi bagian dari tempat itu.

Tempatku bukan disini. 

Bukankah jauh lebih baik jika dari awal aku tidak dilahirkan?

Adel tersentak dengan isi otaknya sendiri. Yang tadi berbicara di kepalanya itu jelas bukan dirinya. Serpihan diri Elara hinggap di kepalanya. Ternyata Elara berpikir seperti itu. Mereka memiliki kesamaan, yaitu sama-sama berpikir untuk tidak dilahirkan saja jika jadinya seperti ini.

Adelia tidak ingin hidup menjadi sapi perah dan dicekik hutang. 

Sedangkan Elara ... gadis itu belum tahu pasti apa yang menyebabkan Elara berpikiran seperti itu. 

"Permisi Putri," Suara pelayan memecah lamunannya. Sang pelayan bernama Cornell itu mendorong troli berisi beberapa kudapan dan teh. Ia lalu dengan telatennya menyusun semuanya di meja dekat kasur Elara. Meja itu berhadapan dengan halaman besar yang Adel tebak pasti bisa melihat sunset juga. 

Dulu, aku bekerja siang malampun tidak mampu mendapatkan pelayanan seperti ini.  Pikir Adel. 

Kepalanya mungkin masih sakit, punggungnya juga kadang nyeri. Tapi jauh di dalam hatinya ia bersyukur bisa terlahir kembali. Perlahan ia berjalan ke mejanya, lalu duduk sambil menghadap meja. Mata Adel- atau ayo kita sebut dia Elara saja- Tidak bisa berkedip. Semua jenis kudapan ini hanya ia bisa lihat di anime bersetting abad 18an dimana pada bangsawan mengadakan afternoon tea. 

Cornell yang merasa aneh dengan tingkah laku majikannya ini mengeryit aneh. Sejak kapan tuannya ini menatap makanan dengan penuh cinta seperti itu? Biasanya ia hanya mengambil satu kue, lalu memakannya sesuap. Seolah hanya formalitas saja, menghargai pelayan yang mengantarnya. Tuannya itu tidak mau - atau sepertinya tidak bisa makan banyak makanan, karena pasti sepersekian menit berikutnya ia akan memuntahkan semua isi perutnya. 

"Anu..." Elara bersuara, mata bulatnya menatap Cornell, "Apakah aku bisa mulai memakannya?" ia berkata sambil mengacungkan garpu kecil di tangan kirinya. Persis seperti anak lima tahun yang meminta izin ibunya untuk memakan es krim.

Meskipun rasa heran masih menghampirinya, Cornell tertawa ringan dan berkata, "Tentu putri, ini semua milik anda." Jawabnya sambil menuangkan teh camomile ke cangkir sang putri. Wangi camomile yang lembut langsung menyeruak. Sebenarnya majikannya ini tidak terlalu menyukai teh camomile karena rasanya yang pahit. Tapi dokter istana sempat berbincang dengannya dan bilang kalau camomile bagus untuk menenangkan sang putri. 

"Wah, teh camomille yaa, ini perfect sih buat diminum bareng macaroon ini." Sahut Elara riang. Dengan lahapnya ia memakan macaroon, seolah ia tak pernah menemukan kudapan manis itu seumur hidupnya. Diam-diam Cornell ingin menangis, Rasanya seperti kembali melihat Elara berumur 5 tahun. Gadis kecil bermata bulat yang bisa tertawa heboh hanya karena sekeping macaroon. 

Tapi rasa-rasanya tidak mungkin kepribadian seseorang bisa langsung berubah seusai bangun dari koma. 

Apa mungkin

Apa mungkin majikannya ini sudah gila? 

Setelah semua perlakuan kejam penduduk istana padanya, mungkin ini titik puncaknya. Sang putri perlahan menjadi gila dan kehilangan dirinya sendiri. 

 Cornell tidak sanggup menahan rasa sedihnya. Seketika pandangannya mengabur dan air matanya sudah bertengger di pelupuk matanya. Ia menutup mulutnya dengan sebelah tangan, berharap itu bisa membuat isakannnya tidak terdengar oleh sang putri.

Elara, gadis kecil yang seumur hidupnya ia rawat bagaikan bunga krystal, harus kehilangan dirinya sendiri karena kehidupan kerajaan yang terlampau kejam.

Tidak sanggup menahan tangisannya, Cornell undur diri dan meninggalkan Elara yang kebingungan dengan kepergian pelayannya yang tiba-tiba tanpa sepatah katapun.

Di sisi lain...

Adelia sedang menikmati kehidupannya sekarang. Ia memakan macaroon itu dalam dua suapan yang lumayan besar, menandakan betapa bahagianya dirinya sekarang. Macaroon, sebuah kudapan khas Prancis yang sudah lama ia idam-idamkan semasa kehidupannya yang terdahulu. Tapi, hingga nafasnya berhentipun ia belum bisa memakannya. Pertama, karena harga macaroon dengan ukuran dan kualitas sebagus ini tidak murah. Tidak murah, pemirsa. Ingat? Adelia hidup sebagai generasi sandwich yang terjerat hutang. Ia tidak pernah sedetikpun merasakan uang dingin semasa hidupnya. Kedua, ia mengidap PCOS. Otak yang berantakan karena stress membuat hormon insulinnya tidak stabil dan dengan mudahkan dokter tua bangka menyebutnya tidak mungkin punya anak. Dan apa yang ia lakukan setelah mendengar itu?

Ia pulang dan bekerja lagi seperti biasa.

Ia tidak pernah mengatakan hal ini pada siapapun sebelumnya, tapi Adel saat itu tidak berpikir untuk punya anak. Dunia terlalu kejam dan ia tidak mau anaknya nanti hidup di dalamnya. Ia tidak sudi anaknya melalui penderitaan seperti dirinya. Oleh sebab itu, ia berpikir akan mengutarakan ini semua kepada pasangannya di masa depan nanti. Tapi apa mau dikata, masa depan yang ia punya hancur karena rasa sedihnya dan keputus asaannya yang tidak bisa dibendung.

Dadanya mengeryit sakit, rasa sakitnya masih sama. Rasa kecewanya terhadap keluarga itu masih menganga luar biasa di dadanya. Elara menghentikan makannya, dan mengambil cangkir teh dengan tangan yang gemetar.

Di kehidupan ini, ia akan memperjuangkan kebahagiannya lebih dari siapapun. Ia akan marah ketika memang seharusnya marah. Ia akan menangis kapanpun ia mau. Ia akan makan enak kapanpun ia mau. Dan ia akan bernafas dengan lega di dunia ini. Apapun yang terjadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Elara: Terlahir Kembali Dengan Penuh Luka   Bab 10: Kenapa?

    Lara bangun dengan posisi tengkurap. Punggungnya sakit karena beberapa tusukan jarum dan rasanya ia terlalu lelah untuk sekedar menangis. Jadi begini rasanya jadi tokoh yang disiksa di sinetron-sinetron itu? pikirnya. Lara berpikir, bagaimana dulu Elara hidup ya... apakah ia akan menangis di pagi harinya, atau berakhir mengisolasi diri seperti yang selalu ia lakukan (sebagai Elara). kalau Lara ... ia marah. Ia tak terima diperlakukan seperti ini. Tapi jelas tidak mungkin untuk langsung mendatangi permaisuri dan menamparnya. Ya kalau begitu ceritanya hidupnya akan tamat dan novel ini akan berjalan sesuai alur lamanya. Tapi sekarang 'kan Adelia - yang ada di dalam tubuh Elara, ini sangat sekali ingin hidup. Adelia - yang mendeklarasikan dirinya sebagai Lara- ini hanya terdiam sambil menunggu obat yang akan di bawakan oleh Cornell. Punggungnya sakit, tentu saja. Tapi hatinya tidak sesedih itu untuk menangis. Entah karena ia sudah tahu bahwa ia akan disiksa cepat atau lambat, atau h

  • Elara: Terlahir Kembali Dengan Penuh Luka   Bab 9: Neraka awal

    Lara ingat benar, saat ia menjadi Adel dulu, ia juga pernah merasa selelah ini. Bukan bukan karena pekerjaan atau pulang terlambat karena terjebak macet bukan. Tapi karena ia seharian menjadi bride's maid pada acara nikahan kakak tirinya. Adel yang introvert, yang perlu ber'gua' selama sehari penuh setelah 6 hari kerja itu benar-benar merasa energinya habis terkuras. Mirip seperti sekarang ini. Sepulangnya ia dari pesta -yang kata paduka itu kecil- ia langsung merebahkan diri di kasur besarnya. Lara menghela nafas dalam-dalam, memejamkan matanya. Mengingatkan dirinya kalau ini baru hari pertama kehidupan resminya sebagai putri Elara Sinclair. Lara meringis membayangkan bagaimana nasib ia di hari-hari selanjutnya. Baru saja ia memejamkan matanya, suara ketukan pintu terdengar. "Putri, yang mulia permaisuri ingin berkunjung." sialan. runtuknya dalam hati. Rasa-rasanya Lara ingin mengunci pintu kamarnya, menyumpal telinganya, tidak peduli siapa yang berdiri di depan pint

  • Elara: Terlahir Kembali Dengan Penuh Luka   Bab 8: Hanya peduli dan kasihan

    Lara menunggu Lioren dan Kael sambil melihat-lihat makanan yang ada di pesta ini. matanya berbinar saat melihat macaroon dan pudding custard di bagian dessert. "Semuanya, terimakasih telah menghadiri pesta ini, " Paduka secara tiba-tiba berkata, "mungkin beberapa dari kalian heran, untuk apa pesta ini? Hari ini bukan ulang tahunku maupun permaisuri, " Paduka tersenyum, ada kebanggaan tercermin di senyumnya. Lara berpikir, setampan apa paduka saat muda, jika di usia tua pun beliau masih bisa memancarkan senyuman semenawan ini. "Aku secara personal mengadakan pesta ini untuk kesembuhan salah satu putri tercintaku yang seperti kalian tahu, ia mengalami koma beberapa waktu yang lalu." Lara tersentak kaget, jangan bilang dia... dia yang akan disoraki dengan gembira. Tidak, tolong, ia tidak butuh spotlight, dia hanya ingin hidup damai di kehidupan ini... "Semuanya tepuk tangan untuk putriku, Elara Sinclair!" Semua pasang mata, benar-benar semua orang di ruangan ini, melihat Lara yang

  • Elara: Terlahir Kembali Dengan Penuh Luka   Bab 7: Arkael De Razel

    Namanya Arkael. Bangsawan negeri Etheria dan juga calon penerus penyihir utama kerajaan ini. Badannya cukup proposional. Tinggi dengan short torso, bagian atas badannya terlihat pendek karena kakinya sangat panjang. Kulitnya putih, mungkin lebih putih dari Elara. Rambut hitam legam senada dengan matanya. Ia memakai kacamata bulat, sekilas mengingatkan Elara pada tokoh Harry Potter tapi versi Asia timur. Wajahnya kecil jika dibandingkan dengan bahunya yang lebar. Ah, melihat dia mengingatkannya pada karakter manhwa yang dulu sering ia baca. Secara keseluruhan pria itu menarik.Tapi Lara tahu benar, Arkael tidak akan bisa ditakdirkan dengan Elara.Tapi sekarang Elara bukan Elara yang sesungguhnya.Tatapan mereka bertemu. Lara gugup dan berusaha mengedarkan pandangannya ke arah lain, berusaha menghindar dari tatapan pria itu.“Lara, kau tahu, pria itu yang memakai jas hitam itu,” sahut Lioren, merujuk pada Arkael, “Gosipnya ia berhasil melewati ujian internal para penyihir istana, loh!”

  • Elara: Terlahir Kembali Dengan Penuh Luka   Bab 6: Neraka yang megah

    Lara memilih gaun berwarna Hijau lembut dengan renda yang menjulang ke lantai. Ia benar-benar membongkar isi lemari Elara. Dan gaun yang satu ini adalah gaun yang paling mending diantara gaun yang lain. Lara membolak-balikkan badannya di depan cermin, memastikan dandannya sudah pantas dan cantik. Ia ingin terlihat segar dan hidup dihadapan permaisuri iblis itu. Tidak ada yang lebih menyakitkan selain melihat orang yang kau benci hidup sehat dan bahagia, bukan? Cornell menyematkan jepit terakhir di kepala Lara. Dalam hati ia sangat bahagia melihat Tuannya hari ini. Putri Lara terlihat lebih 'hidup' dari sebelumnya. Meskipun banyak sekali ingatannya yang hilang, tapi melihatnya sehat dan bahagia seperti ini sudah terasa seperti anugrah untuk Cornell. "Oke Cornell, aku siap! " Seru Lara pada Cornell, lebih ke dirinya sendiri. Ia meyakinkan diri sendiri bahwa hari ini ia akan baik-baik saja. Cornell mengangguk lalu mempersilahkan Tuannya untuk berjalan terlebih dulu. ****Muka mereka

  • Elara: Terlahir Kembali Dengan Penuh Luka   Bab 5: Luka Pertama

    Cecilia- ibunya Elara-, memeluk Lara erat-erat. Wanita paruh baya itu sekuat tenaga berusaha menutup kedua telinga malaikat kecilnya supaya tidak mendengar hal-hal menyakitkan yang diucapkan sang permaisuri padanya. "Cecilia, kau mungkin paling dicintai. Kau mungkin cinta pertama beliau atau apalah itu. Tapi kau harus ingat," permaisuri mengangkat dagu Cecilia dengan kipasnya. Lara melihatnya, ia tidak mengerti sepenuhnya tapi ia paham bahwa permaisuri ini bukan orang baik. "Aku bisa saja membunuhmu, atau putri kecilmu ini selama sang raja tidak ada." Cecilia ketakutan, Lara bisa merasakan ibunya bergetar saking takutnya. "Jadi, ikuti kataku. Tolak jika Paduka memberimu hadiah atau penjaga baru. Aku benci melihatmu diperlakukan istimewa seperti itu." Puas melihat ketakutan Cecilia, Permaisuri duduk, meminum tehnya dan bergumam, "Lagipula apa yang ia cari darimu ya? Aku lebih muda, cantik, dan keluargaku juga menpunyai pengaruh besar untuk raja. Sedangkan kau? kau hanya anak angkat d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status