Share

BAB 4: Luka pada Lara

Penulis: Ghazala Rizu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-26 13:09:27

“Lara, lara sayang ibu kan?”

Elara kecil menangguk dalam dekapan ibunya.

“Kalau begitu, apapun yang kamu dengar nanti, jangan biarkan orang lain tahu ya sayang.” Sang ibu menatapnya dengan mata yang basah, “Lara tahu betul ‘kan kalau anak baik harus?”

“Diam. Jangan beritahu siapapun.”

“Pintarnya...”

Adel- kita sebut saja Lara-, bangun dari tidurnya dengan nafas tersengal. Ia menangkap lagi serpihan dari diri Elara di masa lalunya. Di keheningan malam itu alisnya berkerut dalam. Apa yang terjadi sebenarnya di masa itu? Kenapa ibunya malah bilang kalau anak baik itu diam? 'Kan bisa saja Elara besar malah dibully dan karena didikan ibunya yang menyuruhnya diam, dia akan diam saja gitu menerima semua perlakuan tidak adil? Sungguh tidak masuk akal, pikirnya.

Lara meraih teko kecil berisi air putih dan menuangkannya ke dalam cangkir. Ia meneguknya hingga tandas, berharap kepalanya yang sakit bisa berkurang sakitnya. Terlalu banyak rahasia. Ia bahkan belum menginjakkan kaki keluar ruangan ini, tapi kepalanya rasanya sudah mau pecah. Lara berniat bergegas kembali ke tempat tidur, tapi cerobohnya ia malah tersandung dan cangkir yang tadi ia pakaipun pecah. Ia panik dan berniat membawa pecahannya dan membersihkannya. Kepalanya berkutat dengan harga cangkir krystal yang ia pecahkan. Karena diselimuti panik, ia lupa bahwa saat ini seharusnya Lara tidak perlu memikirkan hal-hal seperti itu.

“Putri, apa anda terluka?” Terdengar suara Cornell dari ujung pintu. Ia terpogoh-pogoh menghampiri Lara sambil membawa lilin yang sudah tidak tinggi- sepertinya ia berkeliling koridor dulu sebelum sampai di kamar Lara.

Tanpa berkata, Lara melihat ke arah pecahan itu lalu Cornell langsung mengerti. Dengan sigap ia membersihkan pecahan itu. “Putri, tolong duduk di pinggir ya, aku tidak mau anda terkena pecahannya.” Sahut Cornell. Mengerti, Lara duduk dengan patuh sambil berpikir. Dirinya waktu sebagai Adel nyaris tidak pernah seceroboh ini. Seumur hidupnya ia selalu berhati-hati dan tidak pernah sekalipun ia memecahkan gelas seperti ini.

“Putri, kamu cantik, pintar dan anggun.” Gumam Cornell sembari membereskan pecahan cangkirnya, “ Tapi kamu sangat-sangat ceroboh.” Kekehnya, “Rasanya tidak ada satu haripun anda tak memecahkan sesuatu, atau menumpahkan minuman.” Cornell tersenyum pada Lara. Ia senang bahwa majikannya tidak sepenuhnya hilang.

Lara hanya menganguk samar. Oh, pikirnya. Rupanya Elara ini diberi kesempurnaan tapi dikutuk untuk menjadi ceroboh seumur hidupnya. Hal klasik yang biasanya terjadi pada manusia yang telah memiliki segalanya.

“Cornell, boleh aku minta pensil dan buku tulis?”

meski sedikit bingung karena tuannya tiba-tiba meminta pensil dan kertas di malam hari seperti ini, Cornell tetap memberikannya. Lalu ia permisi dan keluar dari kamar Lara.

Cornell memberi lara 2 pensil, mungkin untuk jaga-jaga siapa tahu pensil yang satunya patah. Tapi Lara malah memakai salah satu pensilnya untuk menggelung rambutnya. Ia bersiap menulis dan menggulung baju lengan kanannya.

Kehidupan seoarang Elara

Tulis Lara dalam kertas itu. Lara terdiam beberapa detik, berusaha mengingat Karakter seperti apa Elara yang ada di novel itu. Bagaimana seharusnya seorang Elara menjalankan takdirnya sebelum Adelia mengambil alih raganya.

1. Lara, putri dari istri ketiga sang raja.

2. Istri ketiganya adalah cinta pertama raja.

3. ketimpangan rasa cinta itu membuat rasa cemburu antar istri-istri raja membludak.

4. Ibunya mati karena racun dari bedak yang ia beli dari saudagar asing.

5. Lara selalu digosipkan yang tidak-tidak. Dia dibilang tidak bisa bicara, bodoh bahkan gila.

6. kalau Lara mati, Liorentia, sang karakter utama akan memberontak dan membongkar kebusukan ibundanya sendiri, sang permaisuri. Kenapa? Karena Lioren menyayangi lara seperti adik kandungnya sendiri.

Tapi kalau Elara hidup, apa yang akan terjadi?

Lara mengusak rambutnya gusar. Ia menggigit-gigit kuku jarinya, kebiasaan buruk yang ia bawa semenjak dulu. Lalu lara mondar-mandir di kamarnya, beberapa kemungkinan buruk, atau bahkan sangat buruk hinggap di kepalanya. Dan dari semua hal-hal buruk yang ia pikirkan, kemungkinan inilah yang paling buruk.

Lioren akan bersekongkol dengan permaisuri untuk membunuhnya.

Tidak, ia harus hidup. Mungkin berteman dengan Lioren bisa mengurangi kemungkinannya mati konyol di kehidupan ini?

Atau perlukah ia belajar bela diri dasar supaya bisa melawan orang jahat?

Lara terus berpikir dan berpikir. Apa lagi ya yang bisa membuatnya aman tinggal disini?

.

.

Kael. Arkael De Razel.

Cinta pertama Lioren, bangsawan yang memiliki kemampuan sihir tingkat tinggi.

Oke, langkah pertama:

Jauhi manusia bernama Arkael, biarkan mereka hidup bahagia selamanya.

Lara menulis langkah pertamanya itu besar-besar di buku tulisnya, seolah itu langkah penting yang harus ia ingat setiap harinya.

Tapi ia lupa.

Bahwa salah satu penyebab yang membuat Lioren dan Kael bersatu adalah kematiannya sendiri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Elara: Terlahir Kembali Dengan Penuh Luka   Bab 10: Kenapa?

    Lara bangun dengan posisi tengkurap. Punggungnya sakit karena beberapa tusukan jarum dan rasanya ia terlalu lelah untuk sekedar menangis. Jadi begini rasanya jadi tokoh yang disiksa di sinetron-sinetron itu? pikirnya. Lara berpikir, bagaimana dulu Elara hidup ya... apakah ia akan menangis di pagi harinya, atau berakhir mengisolasi diri seperti yang selalu ia lakukan (sebagai Elara). kalau Lara ... ia marah. Ia tak terima diperlakukan seperti ini. Tapi jelas tidak mungkin untuk langsung mendatangi permaisuri dan menamparnya. Ya kalau begitu ceritanya hidupnya akan tamat dan novel ini akan berjalan sesuai alur lamanya. Tapi sekarang 'kan Adelia - yang ada di dalam tubuh Elara, ini sangat sekali ingin hidup. Adelia - yang mendeklarasikan dirinya sebagai Lara- ini hanya terdiam sambil menunggu obat yang akan di bawakan oleh Cornell. Punggungnya sakit, tentu saja. Tapi hatinya tidak sesedih itu untuk menangis. Entah karena ia sudah tahu bahwa ia akan disiksa cepat atau lambat, atau h

  • Elara: Terlahir Kembali Dengan Penuh Luka   Bab 9: Neraka awal

    Lara ingat benar, saat ia menjadi Adel dulu, ia juga pernah merasa selelah ini. Bukan bukan karena pekerjaan atau pulang terlambat karena terjebak macet bukan. Tapi karena ia seharian menjadi bride's maid pada acara nikahan kakak tirinya. Adel yang introvert, yang perlu ber'gua' selama sehari penuh setelah 6 hari kerja itu benar-benar merasa energinya habis terkuras. Mirip seperti sekarang ini. Sepulangnya ia dari pesta -yang kata paduka itu kecil- ia langsung merebahkan diri di kasur besarnya. Lara menghela nafas dalam-dalam, memejamkan matanya. Mengingatkan dirinya kalau ini baru hari pertama kehidupan resminya sebagai putri Elara Sinclair. Lara meringis membayangkan bagaimana nasib ia di hari-hari selanjutnya. Baru saja ia memejamkan matanya, suara ketukan pintu terdengar. "Putri, yang mulia permaisuri ingin berkunjung." sialan. runtuknya dalam hati. Rasa-rasanya Lara ingin mengunci pintu kamarnya, menyumpal telinganya, tidak peduli siapa yang berdiri di depan pint

  • Elara: Terlahir Kembali Dengan Penuh Luka   Bab 8: Hanya peduli dan kasihan

    Lara menunggu Lioren dan Kael sambil melihat-lihat makanan yang ada di pesta ini. matanya berbinar saat melihat macaroon dan pudding custard di bagian dessert. "Semuanya, terimakasih telah menghadiri pesta ini, " Paduka secara tiba-tiba berkata, "mungkin beberapa dari kalian heran, untuk apa pesta ini? Hari ini bukan ulang tahunku maupun permaisuri, " Paduka tersenyum, ada kebanggaan tercermin di senyumnya. Lara berpikir, setampan apa paduka saat muda, jika di usia tua pun beliau masih bisa memancarkan senyuman semenawan ini. "Aku secara personal mengadakan pesta ini untuk kesembuhan salah satu putri tercintaku yang seperti kalian tahu, ia mengalami koma beberapa waktu yang lalu." Lara tersentak kaget, jangan bilang dia... dia yang akan disoraki dengan gembira. Tidak, tolong, ia tidak butuh spotlight, dia hanya ingin hidup damai di kehidupan ini... "Semuanya tepuk tangan untuk putriku, Elara Sinclair!" Semua pasang mata, benar-benar semua orang di ruangan ini, melihat Lara yang

  • Elara: Terlahir Kembali Dengan Penuh Luka   Bab 7: Arkael De Razel

    Namanya Arkael. Bangsawan negeri Etheria dan juga calon penerus penyihir utama kerajaan ini. Badannya cukup proposional. Tinggi dengan short torso, bagian atas badannya terlihat pendek karena kakinya sangat panjang. Kulitnya putih, mungkin lebih putih dari Elara. Rambut hitam legam senada dengan matanya. Ia memakai kacamata bulat, sekilas mengingatkan Elara pada tokoh Harry Potter tapi versi Asia timur. Wajahnya kecil jika dibandingkan dengan bahunya yang lebar. Ah, melihat dia mengingatkannya pada karakter manhwa yang dulu sering ia baca. Secara keseluruhan pria itu menarik.Tapi Lara tahu benar, Arkael tidak akan bisa ditakdirkan dengan Elara.Tapi sekarang Elara bukan Elara yang sesungguhnya.Tatapan mereka bertemu. Lara gugup dan berusaha mengedarkan pandangannya ke arah lain, berusaha menghindar dari tatapan pria itu.“Lara, kau tahu, pria itu yang memakai jas hitam itu,” sahut Lioren, merujuk pada Arkael, “Gosipnya ia berhasil melewati ujian internal para penyihir istana, loh!”

  • Elara: Terlahir Kembali Dengan Penuh Luka   Bab 6: Neraka yang megah

    Lara memilih gaun berwarna Hijau lembut dengan renda yang menjulang ke lantai. Ia benar-benar membongkar isi lemari Elara. Dan gaun yang satu ini adalah gaun yang paling mending diantara gaun yang lain. Lara membolak-balikkan badannya di depan cermin, memastikan dandannya sudah pantas dan cantik. Ia ingin terlihat segar dan hidup dihadapan permaisuri iblis itu. Tidak ada yang lebih menyakitkan selain melihat orang yang kau benci hidup sehat dan bahagia, bukan? Cornell menyematkan jepit terakhir di kepala Lara. Dalam hati ia sangat bahagia melihat Tuannya hari ini. Putri Lara terlihat lebih 'hidup' dari sebelumnya. Meskipun banyak sekali ingatannya yang hilang, tapi melihatnya sehat dan bahagia seperti ini sudah terasa seperti anugrah untuk Cornell. "Oke Cornell, aku siap! " Seru Lara pada Cornell, lebih ke dirinya sendiri. Ia meyakinkan diri sendiri bahwa hari ini ia akan baik-baik saja. Cornell mengangguk lalu mempersilahkan Tuannya untuk berjalan terlebih dulu. ****Muka mereka

  • Elara: Terlahir Kembali Dengan Penuh Luka   Bab 5: Luka Pertama

    Cecilia- ibunya Elara-, memeluk Lara erat-erat. Wanita paruh baya itu sekuat tenaga berusaha menutup kedua telinga malaikat kecilnya supaya tidak mendengar hal-hal menyakitkan yang diucapkan sang permaisuri padanya. "Cecilia, kau mungkin paling dicintai. Kau mungkin cinta pertama beliau atau apalah itu. Tapi kau harus ingat," permaisuri mengangkat dagu Cecilia dengan kipasnya. Lara melihatnya, ia tidak mengerti sepenuhnya tapi ia paham bahwa permaisuri ini bukan orang baik. "Aku bisa saja membunuhmu, atau putri kecilmu ini selama sang raja tidak ada." Cecilia ketakutan, Lara bisa merasakan ibunya bergetar saking takutnya. "Jadi, ikuti kataku. Tolak jika Paduka memberimu hadiah atau penjaga baru. Aku benci melihatmu diperlakukan istimewa seperti itu." Puas melihat ketakutan Cecilia, Permaisuri duduk, meminum tehnya dan bergumam, "Lagipula apa yang ia cari darimu ya? Aku lebih muda, cantik, dan keluargaku juga menpunyai pengaruh besar untuk raja. Sedangkan kau? kau hanya anak angkat d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status