Share

10. Ada Apa Ini?

Enam tahun tanpa malam pertama 10

Mas Edwin sudah berangkat bersama Raka. Lelai kecil itu tak mau jika aku yang mengantarnya sekolah pagi ini. Katanya belum kenal. Ya Tuhan, aku adalah ibu angkatnya, bukan orang lain yang sama sekali tidak ia kenal. Sumpah aku begitu bingung dengan pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya. Segitu antipatinya dengan orang lain. Kupandang mangkuk besar berisi nasi goreng buatanku yang masih tersisa sangat banyak. Mas Edwin tidak mau memakannya. Suamiku menemani Raka makan sosis bakar dan juga roti. Sarapan buatanku tak tersentuh samak sekali dan itu sangat membuatku kecewa.

“Bik, ini semua beresin aja, Bik. Kalau ada pemulung kasikan pemulung aja. Bibik pisahkan lebih dahulu untuk dimakan,” pintaku pada Bik Isa. Dengan langkah malas, aku masuk kembali ke dalam kamar. Jika pagi hari seperti ini, aku selalu bingung mau melakukan apa, karena tidak memiliki keahlian lagi selain memasak dan membuat kue. Namun pagi ini suasana hatiku sedang kacau karena menghadapi ulah suami dan juga anak angkatku.

Kuputuskan untuk bermain social media saja di dalam kamar hingga jam menunjukkan pukul sebelas siang. Itu tandanya aku harus menjemput Raka sekolah. Anak lelaki itu bersekolah di sekolah swasta, sehingga jam belajar lebih panjang, tidak seperti siswa sekolah negeri. Aku sendiri baru kali ini mendengar nama sekolahnya. Dari namanya saja sudah nampak bahwa itu adalah sekolah mahal.

Aku pun bersiap dengan cepat. Aku tak mau Raka lama menunggu di sekolah. Lebih baik aku yang menunggu daripada anak sekecil Raka. Bisa menjadi masalah bagi suamiku jika aku terlambat menjemput anak kesayangannya. Begitu keluar dari rumah, mobil baru pemerian suamiku sudah terparkir manis di sana. mobil sedan keluaran terbaru berwarna merah marun kesukaanku. Ingin sekali memakainya untuk menjemput Raka siang ini, tetapi sayang, plat nomornya belum terpasang. 

Kuputuskan naik mobil sedan kecil yang biasa aku gunakan ke sana-kemari. Mang Dirman sudah membuka lebar pagar di depan sana. Kutekan klakson dua kali tanda berpamitan padanya. Mengendarai mobil dengan kecepatan sedang sambil menikmati pemandangan sekitaran komplek sungguh membuat perasaanku membaik saat ini. Ponselku bergetar, saat kulirik pengirimnya adalah suamiku. Karena sedang berkendara, aku memutuskan untuk membaca pesan itu nanti. 

Aku terpana pada sebuah gedung sekolah tinggi dan sangat keliatan eksklusif. Benarkah Raka sekolah di sini? Bukannya anak itu diadopsi karena orang tuanya tidak mampu membiayai hidupnya. Lalu, kenapa bisa sekolah di tempat mahal seperti ini? Apa suamiku yang mendaftarkan Raka sekolah di sini. Sungguh kesehatan jantungku benra-benar tak baik. Jika iya, kenapa Mas Edwin tidak membicarakannya lebih dahulu padaku? Bukankah aku ini istrinya? Memang iya, dia yang mempunyai uang, tetapi bagaimanapun menyekolahkan anak tentunya harus berdiskusi denganku. 

Mobil aku parkir di area khusus parkir tamu sekolah. Nampak mobil berjejer rapi bersamaan dengan mobilku. Mulai dari mobil  biasa sampai mobil mewah. Segera aku menetik pesan pada Mas Edwin untuk mengonfirmasi semua ini. Jangan sampai aku tak tenang di jalan saat menyetir membawa Raka nanti.

“Mas, gak salah ini sekolah Raka? Bukannya ini sekolah mahal? Aku yakin bayarannya saja bisa mencapai dua juta satu bulan. Belum lagi uang masuknya. Mas, kamu harus jelaskan ini begitu pulang bekerja?”

Send 

Aku sangat berharap pesan yang aku kirimkan segera berbalas, karena aku sungguh penasaran dengan semua ini. Bolak-balik kugeser layar ponsel, tak kunjung ada pesan masuk dari Mas Edwin. Pesan dariku hanya dibaca saja, tetapi belim dibalas. Mungkin dia sedang sibuk. aku memutuskan untuk masuk ke dalam area gedung. Tujuan pertamaku adalah ruang administrasi siswa. Aku ingin tahu data Raka apakah sebagai siswa baru atau lama.

Kuketuk pintu yang tertempel tulisan kantor administrasi.

“Masuk,” suara dari dalam sana membuatku membuka pelan pintu dan langsung masuk ke dalamnya. Ada dua orang petugas dan aku memilih untuk berjalan mendekat pada petugas perempuan yang kini sedang menapku.

“Permisi, Bu. Saya wali dari anak Raka, siswa kelas satu di sekolah ini,” ucapku memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

“Oh, iya. Mari Bu, silakan duduk,” ucap ibu itu mempersilakanku duduk di depannya.

“Ada yang bisa kami bantu?” tanyanya lagi sambil membetulkan letak kaca matanya yang melorot sampai ke hidung.

“Maaf, Bu. Saya mau tanya, apakah Raka memang sudah sekolah sejak tahun ajaran baru di sini, atau baru saja masuk?” tanyaku to the point. Kening si ibu mengerut. Tentu ia heran dengan pernyataanku. Bisa saja jadinya ia curiga padaku saat ini. Namun aku mencoba abai. Dengan ekspresi sesantai mungkin aku mencoba mencairkan suasana dengan memberikan senyum padanya.

“Ibu bukannya wali dari Raka, tetepi kenapa tidak tahu?” tanyanya balik membuatku tak bisa berkutik. Tak mungkin aku ceritakan masalah rumah tanggaku padanya’kan?

“Begini, Bu. Ada sedikit miskomunikasi antara saya dan suami, karena suami saya baru saja mengangkat anak yaitu Raka. Baru kemarin juga tidur di rumah saya. Maaf, bukannya saya curhat, Bu tapi itulah kenyataannya.”

“Oh, seperti itu. setahu saya, Raka sudah terdaftar sebagai siswa baru di sekolah kami sejak Januari; saat pendaftaran gelombang satu sudah akan ditutup. Sebentar, saya cek di system ya,” katanya lagi membuat jantungku semakin berdetak tak karuan. Aku merasakan kedua kaki dan tangan yang membeku karena sangat penasaran sekaligus syok dengan kenyataan yang baru saja aku dengar. Jika Raka sudah terdaftar sejak Januari sebelum tahun ajaran baru, berarti dia memang murid lama di sini. Trus, siapa yang mendaftarkannya? Tak mungkin Mas Edwin. Apalagi suamiku itu bilang, ia baru saja membantu temannya untuk merawat anak temannya itu.

“Maaf, Bu. Di data siswa, nama anak Raka Hidayat. Nama ayah Edwin Prakasa Hidayat dan Ibu Eva Rianti.”

“A-apa? Ya Tuhan, ada apa ini?”

Bersambung

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Raisha Naya Ayatulhusna
iya diulang ulang
goodnovel comment avatar
istriyangdisyng
knp ceritanya diulang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status