Share

2. Tisu Magic

last update Huling Na-update: 2021-06-06 17:05:01

Aku mengintip dari balik pintu kamar, memanstikan bahwa semua tamu sudah pulang. Termasuk mertua perempuanku. Suara di depan sana sudah sepi, hanya ada bibik yang bolak-balik membereskan rumah, dibantu oleh Mang Dirman. Sang supir kepercayaan Edwin.

Aku memutuskan untuk keluar kamar, lalu berjalan menuju meja dapur. Cake buatanku tersisa hanya seperempat saja. Itu tandanya, semua tamu mencicipi dan suka dengan rasanya. Ada setitik rasa senang di sudut hati ini, saat apa yang kita lakukan untuk orang banyak dapat diterima dengan baik.

"Bik, basonya masih ada gak? Saya mau dong," ujarku pada Bik Isa saat dia melewatiku sambil membawa nampan berisi gelas kopi yang tersisa ampasnya saja.

"Habis, Non. Tadi dibawa semua sama nyonya besar," jawab Bik Isa sambil menunduk.

"Ya sudah, saya makan kue ini saja. Suami saya lihat gak, Bi?" tanyaku lagi, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, mencari keberadaan suamiku.

"Tuan sepertinya sedang mengantar Nyonya," jawab Bik Isa lagi.

"Ya sudah, Bibik silakan lanjutkan beres-beresnya. Saya biar makan di sini saja." Aku memerintahkan Bik Isa untuk kembali ke dapur. Kue yang baru saja kupotong, kini kumasukkan ke dalam mulut. Rasanya pas. Bolu black forest buatanku tak gagal. Saat digigit, terasa begitu empuk. Apa sebaiknya aku buka toko kue online saja ya? Biar ada kesibukan.

Puas melamun dan menghabiskan dua potong cake coklat, aku pun masuk ke dalam kamar. Kuambil handuk kimono baru dari dalam lemari, lalu berjalan menuju kamar mandi. Mengguyur kepala dan seluruh tubuh, rasanya sangat pas dilakukan saat ini, agar otakku lebih segar, dan perkataan mertuaku pergi dari dalam kepala, bersama buih sabun yang ikut mengalir masuk ke lubang pembuangan air.

Kubungkus tubuh polos ini dengan kimono handuk dan membiarkan rambut basahku tergerai. Sebelum keluar dari kamar mandi, aku menyempatkan bercermin. Wajahku cantik dan masih menarik, walau sudah berusia tiga puluh tahun. Kulitku tidak hitam, tetapi kuning langsat. Aku juga lulusan terbaik di kampus dan anak sulung dari dua bersaudara. Ya Tuhan, bahkan adikku sudah memiliki dua anak, sedangkan aku masih perawan.

Tak ingin setan hadir dalam otak, bergegas ku  keluar kamar mandi. Suamiku Edwin, sudah kembali dan kini tengah bertelanjang dada duduk di atas ranjang. Sepertinya dia menungguku untuk bergantian mandi.

"Kenapa tidak mandi bareng saja?" tanyaku padanya dengan senyuman menggoda.

"Ck, akal-akalan kamu saja, Ria. Saat di dalam sana, kamu paksa aku lagi melayani kamu. Padahal kamu tahu sendiri itu percuma!" jawabnya sambil berdiri, lalu berjalan cuek melewatiku begitu saja.

Kutahan lengannya. "Kita coba lagi ya, Mas. Aku punya tisu yang katanya manjur untuk dipakai lelaki," ucapku sembari menarik tangannya menuju laci meja. Kuambil kotak kecil berbentuk mirip kotak rokok berwarna hitam.

"Ini dia, Mas. Tisu magic." Aku memperlihatkan  bungkusan itu pada suamiku, tetapi ia malah membuang muka sambil menertawakan sikap konyolku.

"Kamu itu terlalu banyak baca novel, jadinya ngaco! Dah, jangan aneh-aneh. Aku mau mandi, gerah!" Aku hanya bisa menghela napas kasar, saat Mas Edwin lagi-lagi menolak ideku untuk membuatnya bisa bertahan sedikit lebih lama.

Kotak tisu magic aku masukkan kembali ke dalam laci, lalu aku pun memilih duduk di atas ranjang. Aku tunggu sampai Mas Edwin selesai mandi, lalu membujuknya kembali.

Hanya lima menit menunggu, lelaki itu keluar dari sana dengan tubuh sangat segar. Rambut yang belum benar-benar ia keringkan dan sisa air masih menetes membasahi pundak dan dada suamiku, membuat seketika hasratku muncul.

Kudekati dia, lalu aku peluk dari belakang. Ia diam, tak bergerak.

"Mas, aku pengen," rengekku manja padanya.

"Main sendiri aja," jawabnya sambil menghempaskan tanganku dengan begitu kasar. Apa aku marah? Tidak. Apa aku sakit hati? Iya. Aku sakit hati. Namun, aku begitu mencintainya dan mencintai rumah tangga ini. Aku harus kuat dan melakukan berbagai cara agar pernikahan ini terselamatkan. Walau aku mungkin akan  tetap menjadi perawan selamanya.

"Aku mau kamu, Mas," rengekku lagi kembali memeluk paksa pingganggnya, mencoba mengusir rasa malu dan sakit hati. Ya Tuhan, aku benar-benar menginginkan suamiku saat ini. Lalu aku harus bagaimana?

"Oke, kita coba lagi, tetapi kalau tidak bisa, kamu jangan kecewa," ucap suamiku akhirnya mengalah.

Aku membuka kimono, lalu berbaring polos.

"Sini, Sayang!" kutepuk manja sisi ranjang yang kosong, memanggil suamiku yang matanya juga mulai diselimuti kabut hasrat. Lelaki itu membuka handuknya, lalu mendekatiku dengan perlahan. Senjatanya sudah mengeras dan itu membuat darahku berdesir.

"Lah ...." aku mendesah kecewa saat lagi-lagi suamiku kalah, padahal baru duduk didekatku saja dan belum melakukan apa-apa.

"Aku bilang apa? Ngeyel sih!" Dia berlari masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkanku yang tergugu sambil meneteskan air mata.

"Ya Allah, aku harus bagaimana? Hiks ...." 

****

Bersambung

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Kok makin curiga sama suaminya ya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   95. Malam Pertama

    Edisi Malam Jumat"Wajahmu mengerikan sekali." Zamir menatap sinis Rena yang masih mendekam dalam penjara. Hari ini adalah tahun keenam ia dihukum. Masih ada empat tahun lagi yang harus ia lewati di dalam penjara untuk membayar semua perbuatannya yang telah merugikan banyak orang, sekaligus melakukan tindakan hampir membunuh seseorang dengan sengaja."Kalau lu kemari cuma mau mengejek gue, sebaiknya lu pergi aja!" Rena bangun dari duduknya dan bermaksud meninggalkan Zamir. Lelaki teman tidurnya sekaligus lelaki yang membuat semua rencananya yang hampir menguasai harta Erlan berhasil."Raka menikah hari ini. Pestanya sangat meriah. Apa kau tidak ingin lihat, bagaimana kebahagiaan kembali padanya? Heh, wanita yang pernah ia nikahi, kembali menjadi istri sahnya dan kau tahu, dia akan menjadi salah satu penerus keluarga Teja Corp. Ah, satu lagi ... Erlan juga

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   94. Pernikahan Siwi dan Raka

    PTM 48Hari pernikahan besar antara Siwi dan Raka digelar di sebuah hotel bintang tiga milik Teja yang baru saja sebulan resmi beroperasi. Berlangsung di ballroom yang cukup megah dan luas, pasangan Siwi dan Raka-lah yang pertama kali menggunakan tempat itu sebagai lokasi sakral mengucapkan janji suci pernikahan. Ruangan yang dengan kapasitas menampung maksimal kurang lebih seribu lima ratus orang. Namun tidak perlu khawatir dengan kapasitas maksimum itu, karena tamu dijamin tidak akan berdesakan dan penuh karena area foyer dari ballroom ini sangat luas.Ada yang menarik dari acara pernikahan anak pemilik hotel baru di Jakarta ini, tidak adanya pelaminan megah, tempat tamu memberikan doa dan selamat. Lalu di mana kedua pengangtin itu akan duduk? Siwi dan Raka memiliki konsep bahwa mereka yang akan berkeliling menyambut tamu yang datang. Kenapa tidak ada pelaminan dalam sebuah pesta pernikahan? Bukankah pelaminan itu hal wajib dalam sebuah pe

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   93. Pesta Ulang Tahun Ayumi

    6 Tahun KemudianHari Sabtu yang begitu dinantikan oleh anggota keluarga besar Teja dan Ria pun tiba. Hari yang akan dilangsungkannya pesta ulang tahun Ayumi; cucu mereka yang telah berusia delapan tahun.Pesta digelar dengan meriah di dalam rumah Teja yang baru saja selesai direnovasi. Yah, setali tiga uang. Sambil mengadakan pesta ulang tahun, Teja juga mengadakan syukuran acara rumah barunya yang semakin bagus dan mewah. Ada beberapa tamu artis dan petinggi yang datang memberikan selamat.Pesta yang digelar di dalam ruangan, tetapi juga tamu dipersilakan untuk menikmati pemandangan luar rumah yang sangat asri. Teja berhasil mendesign rumahnya dengan ide dan sesuai keinginannya sendiri. Begitu melihat hasilnya, ia sangat puas.Semua tamu yang datang ke rumahnya tentu saja membawa banyak kado untuk Ayumi. Gadis kecilnya yang semakin hari semakin cantik d

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   92. Ketuk Palu Hakim Pengadilan

    Rena terus saja menggaruk tubuhnya yang terasa sangat gatal. Tidak hanya di kedua kaki dan tangan, Rena juga mengalami rasa gatal di leher dan juga wajahnya. Entah apa yang terjadi sehingga tahanan lain tidak mau satu sel dengan Rena, karena amat jijik dengan bau busuk serta kudis yang muncul di permukaan kulit wanita itu.Seorang dokter sudah didatangkan untuk memeriksa Rena dan ia pun sudah diberikan salap dan juga obat yang harus diminum sehari tiga kalia agar rasa gatalnya hilang. Namun sangat disayangkan, wanita itu masih terus menggrauk seluruh tubuhnya. Jangankan tahanan lain, sipir penjara dan pengacaranya saja tidak sanggup duduk berlama-lama di dekat karena karena bau bangkai seperti bangkai tikus tercium hidung mereka. Rena pun hampir frustasi dengan keadaannya yang sangat menyedihkan. Tidak ada siapapun yang bisa menoleongnya, karena kedua orang tuanya juga masuk ke dalam penjara, karena kasus penggelapan

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   91. Permintaan Siwi

    PTM 44Kondisi kesehatan Evan berangsur pulih. Polisi menjadwalkan reka ulang kejadian esok hari. Kepada pihak kepolisian, Evan sudah mengakui kesalahannya atas penyekapan berencana bersama tiga orang pria suruhannya. Semua itu ia lakukan karena sakit hati—merasa dipermainkan oleh Siwi. Jejak ciuman Siwi dengan Raka yang nampak di matanya, membuat lelaki itu buta dan nekat melakukan kejahatan yang belum pernah ia lakukan.Erlan pun sudah mulai pulih, tetapi masih dirawat di rumah sakit, karena kepalanya masih sering sakit. Lelaki itu belum mengetahui perihal pengakuan Evan dan Rena yang sudah mendekam di jeruji besi. Pak Sulis yang meminta pada pihak kepolisian untuk menahan diri memberitahukan apapun pada Erlan, karena Erlan memiliki riwayat penyakit jantung.“Siapa kamu?” tanya Erlan pada wanita bertubuh semok yang tengah duduk termenung di sofa kamar perawatannya. Wanita itu menoleh, lalu dengan sigap be

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   90. Tertangkap

    Siwi terbangun berjam-jam berikutnya. Sinar matahari pagi yang masuk ke kamar perawatannya, membuat Siwi merasakan matanya sedikit silau. Setelah matanya dapat menatap jelas langit-langit kamar, Siwi pun merenggangkan ototnya yang kaku. Kulitnya terasa tertarik dan begitu kebas karena tangannya terlalu lama diikat pada sisi tempat tidur.Jika kemarin ia belum terlalu merasa ya nyeri di sekujur tubuhnya, tapi pagi ini tubuhnya terasa sangat sakit. Siwi menoleh ke samping, tepatnya ke arah sofa. Papa dan mamanya tengah terbaring dengan lelap. Entah pukul berapa mereka baru tidur setelah menjaganya semalaman. Jam di dinding sudah menunjukkan angka sembilan dan Siwi mulai merasakan cacing di dalam perutnya melakukan orasi.Siwi ingin bangun setengah duduk untuk mengambil air, tetapi tubuhnya tidak mampu digerakkan. Kali ini ia meringis saat merasakan nyeri pada pinggang dan juga pangkal lengan. Merasa ada pergerakan dari brangkar putriny

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status