Mag-log inJason menggosok pangkal hidungnya. Wajahnya menunjukkan sedikit rasa kesal.Dulu, saat Sindy sering menangis karena diperlakukan tidak adil, Jason akan kasihan padanya dan luluh padanya. Namun sekarang, wanita yang menangis karena hal sepele membuatnya kesal.Melihat Jason tidak berniat menghiburnya, Sindy perlahan terdiam.Bi Lina membawa dua pengasuh yang terlibat dalam insiden itu. Kedua pengasuh itu ketakutan dan tidak berani mengangkat kepala. Mereka tidak merawat Stefan dengan baik dan malah menimbulkan kecelakaan. Mereka pasti akan kehilangan pekerjaan.Tatapan Jason menyapu mereka berdua. "Mengapa dia bisa muncul di dekat kolam renang? Di mana kalian waktu itu?"Seorang pengasuh bergidik dan dengan hati-hati mengangkat kepalanya. "Dia suka menyendiri di halaman beberapa hari terakhir ini dan nggak memperbolehkan kami mengikutinya. Kami pikir dia akan segera kembali. Kami benar-benar nggak tahu dia akan pergi ke kolam renang.""Iya, ibunya juga datang menjenguknya hari ini, jadi
Namun, dia sama sekali tidak hamil.Kesalahpahaman ini bukan hanya diketahui Nando, tetapi Sindy juga tahu?Begitu dia mendapat masalah, Sindy bergegas datang untuk menawarkan perhatian dan kepeduliannya. Sepertinya, masalah ini ada hubungannya dengannya."Sudahlah." Jason mengerutkan kening. "Aku antar dia pulang dulu."Sindy tersedak. Dia hanya bisa menyaksikan Jason menggendong Clara ke dalam mobil. Pria itu sama sekali tidak peduli denganya.Melihat mobil itu menghilang di kejauhan, Sindy mengepalkan tangannya.Di dalam mobil, Clara juga memperhatikan sosok Sindy yang menghilang melalui kaca spion. Dalam keadaan linglung, dia seakan melihat dirinya yang dulu dalam wujud Sindy yang sekarang.Lucu juga…Di tahun-tahun di mana dia paling mencintai Jason, Jason tidak menganggapnya serius. Sekarang di saat dia memutuskan untuk melepaskannya, Jason malah peduli dengannya.Jason sedang melihat hasil CT Clara. "Bagaimana kamu bisa jatuh?""Bagaimana kalau aku bilang aku didorong sama seseo
Dua hari kemudian.Saat Clara berjalan keluar dari gedung bedah rumah sakit, dia mendongak dan melihat Nando berdiri di dekat pintu putar, dengan orang-orang yang keluar masuk melewatinya.Dia berjalan ke arahnya. "Kak Nando?"Nando menoleh padanya. Ada senyum tipis muncul di wajahnya. "Kamu rupanya.""Kenapa kamu berdiri di sini?"Pria itu menghindari tatapannya. "Lagi tunggu orang."Sebenarnya, Nando datang untuk mencarinya, tetapi dia tidak tahu alasan apa yang harus dia gunakan. Pria itu juga khawatir kalau Clara akan mengambil hati kata-kata Jason dan tidak mau menemuinya lagi.Clara tiba-tiba tersadar, lalu berkata dengan nada bercanda, "Duduk di lobi gratis, kamu bisa tunggu di sana.""Aku sangat gelisah sekarang." Tatapan Nando jatuh ke perut bagian bawah Clara, tetapi tidak lama. "Bagaimana kabar Tante?"Clara mengangguk. "Baik-baik saja.""Hari itu…" Nando menatap Clara dan membuka mulutnya dengan susah payah. "Aku pergi tiba-tiba tanpa berpamitan padamu dan Tante. Apa kamu n
Jason berhenti sejenak, lalu menoleh ke orang di belakangnya. Dia menatap wajah wanita itu yang sedikit gugup. "Ada apa?"Clara membuka mulutnya. "Kamu mau sarapan apa?""Kamu mau buatkan?"Dia menggumamkann 'hm', sambil terus menatap Jason, seakan takut pria itu tiba-tiba mengalihkan pandangannya.Penampilannya yang gugup tampak sangat menawan di mata Jason. Tidak dimungkiri, Jason lebih menyukai sisi Clara yang ceria."Aku nggak buru-buru." Jason mendekatkan diri padanya dan berbisik di telinganya, "Aku makan lagi malam ini."Sebelum Clara sempat bereaksi, pria itu sudah pergi dengan ekspresi senang.Begitu pintu tertutup, Bi Sari perlahan tersadar. Dia baru menyadari bahwa dirinya hampir membuat masalah. Dia tampak merasa bersalah. "Nyonya Clara, aku nggak tahu ini... pil KB. Kamu dan Tuan belum punya anak, apa karena kamu minum pil ini selama ini?""Nggak." Clara mengambil kembali kotak obat itu. Awalnya, dia berencana untuk membuangnya sendiri besok pagi, tetapi Bi Sari melihatnya
Clara kembali ke kediaman Sengadi untuk mengunjungi ibunya.Pengasuh membukakan pintu untuknya, tetapi sebelum dia sempat bertanya, suara ibunya terdengar dari dalam. "Siapa yang datang?"Saat ibunya Clara berjalan ke ruang tamu dan melihat putrinya, dia terkejut. "Clara?"Setelah pengasuh pergi melanjutkan kesibukannya, Clara pun membantu ibunya duduk di sofa. "Bu, apa ada yang menjagamu beberapa hari ini?""Jangan khawatir. Dia nggak memperlakukanku dengan buruk." Ibunya duduk dengan tenang. Rencana yang diatur Jason memang tepat.Hanya saja, ibunya Clara tidak akan berterima kasih pada Jason. Teringat sesuatu, dia melirik ke arah dapur, lalu menggenggam tangan Clara, sambil berbisik, "Apa kita benar-benar akan meninggalkan Kota Bovia? Adikmu bisa pergi?"Clara mengangguk. "Semuanya sudah diatur. Aku juga sudah menemukan tempat tinggal."Ibunya Clara menatap rumah besar itu dengan penuh kerinduan. "Ini rumah peninggalan ayahmu. Karena sudah lama tinggal di sini, aku nggak tega menjua
Sebuah pemikiran melintas di benaknya.Penyiksaan anak!Clara berhenti dan menoleh ke arah Stefan yang sedang meringkuk di balik hamparan bunga sambil terisak-isak. Setelah ragu beberapa saat, dia pun berjalan mendekatinya.Stefan menyeka air matanya. Dia melihat ada orang memberinya tisu.Dia mendongak dan menatap kosong selama beberapa detik, lalu menepis tangan Clara. "Kamu wanita jahat. Aku nggak mau barang pemberianmu!"Clara juga tidak mengambil hati. "Kalau aku wanita jahat, aku pasti sudah mengusirmu dari awal."Stefan mengepalkan tangan kecilnya, lalu cemberut, dan tidak berbicara."Apa yang terjadi dengan cedera di kakimu?"Mendengar itu, Stefan dengan gugup menarik celananya untuk menutupi lukanya. Matanya memperlihatkan ketegangan dan ketakutan yang sulit dijelaskan.Clara bisa menyadarinya dari raut wajah anak itu. "Ibumu pukul kamu?""Bukan." Stefan menyangkal dengan suara rendah.Ibunya memukulnya karena dia tidak patuh. Ibunya mencintainya…"Kamu pernah cerita sama Om J







