Gesa tak pernah menyangka, suratan takdir kembali mempertemukannya dengan Evan, luka masa lalu yang membuatnya sulit move on. Gesa berpikir, dunia kadang tak adil. Laki-laki yang dulu kerap mem-bully, mengintimidasi, dan menjatuhkan mentalnya kini menjadi atasannya. Evan masih sama seperti dulu. Dia selalu mencari kesalahan Gesa, meremehkan, meragukan kemampuannya, dan tidak menghargai kinerjanya. Evan adalah cinta pertama sekaligus orang yang melukai Gesa begitu dalam. Gesa berpikir ia harus pergi sejauh-jauhnya dari kehidupan Evan jika ingin terbebas dari penyiksaan mental yang Evan lakukan terhadapnya. Ada satu peristiwa dramatis yang mengubah hidup mereka selamanya. Kenyataan bahwa ayah Evan bersahabat dengan almarhum ayah Gesa di masa lalu menautkan kisah mereka dalam perjodohan yang pernah disepakati keduanya. Mereka tak punya pilihan lain selain menuruti permintaan Baskara, ayah Evan. Keduanya terjebak dalam ikatan pernikahan tanpa cinta. Status pernikahan tak mengubah interaksi keduanya di kantor. Hubungan mereka tetap dingin. Evan bertahan dengan arogansinya. Akankah keegoisan Evan terus bertahan di kala Gesa lelah dengan segala perlakuan buruknya? Atau Evan sudah siap untuk kehilangan Gesa selamanya?
View MoreSeperti biasa Gesa terburu-buru menuju kantor. Kota besar ini tidak lagi memberikan ruang yang cukup untuk bernapas. Setiap hari harus bergelut dengan lalu lintas yang padat, kendaraan yang berlalu lalang, dan orang-orang yang berjalan dengan tergesa-gesa.
Hari ini perusahaan akan mengenalkan Chief Creative Officer yang baru. Gesa berharap bosnya kali ini bisa lebih memahami karyawan dan tidak asal memberikan tugas tanpa tahu batas kelelahan seorang karyawan. Tiba di kantor dengan napas tersengal-sengal adalah hal yang biasa. Gesa ingin memberikan kesan yang baik di depan bosnya yang baru. Gesa meletakkan tasnya di meja. Dia menghirup napas sejenak untuk menetralkan deru napas yang masih terdengar memburu. Suara Amy, rekan kerjanya memecah keheningan. "Bersiaplah teman-teman untuk rapat. Hari ini kita akan dikenalkan dengan CCO kita yang baru." Semua staf bersiap memasuki ruangan untuk menghadiri rapat internal divisi kreatif. Atmosfer ruangan terasa lebih dingin dari biasanya. Rasanya Gesa sudah tak sabar untuk mengetahui siapa CCO baru itu. Derap langkah terdengar syahdu. Semua mata tertuju pada sosok laki-laki tegap yang mengenakan jas hitam. Gesa mengerjakan matanya berkali-kali. Apa ini nyata? CCO baru itu adalah Evan Anderson? Pria yang dulu menghancurkan hatinya. Jantungnya serasa berhenti berdetak. Untuk sesaat dunia seolah berhenti berputar. Luka masa lalu yang masih membasah dan berusaha Gesa kubur kini seakan meluap kembali. Gesa tak percaya, tidak mungkin Evan menjadi atasannya. Gesa dan Evan dulu mengenal di dunia maya. Evan adalah sahabat dunia maya Gesa yang selalu setia berbagi cerita. Mereka mengenalkan diri masing-masing dengan nama samaran, tapi saling terbuka memberi tahu gender dan usia. Setiap ada masalah, Evan datang pada Gesa dengan chat-chatnya di salah satu aplikasi chat. Gesa pun akan chat Evan dengan beragam curahan hati entah hal yang remeh-temeh sampai masalah yang berat. Setelah satu tahun intens berkomunikasi via chat tanpa pernah melihat foto masing-masing, mereka memutuskan untuk janjian bertemu. Mereka bertemu di coffee shop. Keduanya begitu terkejut karena ternyata mereka kuliah di universitas yang sama. Evan adalah senior Gesa. Siapa yang tidak kenal Evan Anderson, salah satu cowok populer di kampus yang digilai banyak gadis. Namun, setelah pertemuan itu, mereka menjadi asing. Evan menjauh dan tak lagi menghubungi Gesa. Gesa berpikir mungkin Evan kecewa karena Gesa hanya gadis biasa, tak populer, tak cantik, dan dari strata bawah. Kenangan selama satu tahun itu seolah tiada arti. Evan bahkan kerap mem-bully dan merendahkan Gesa di depan teman-teman satu ekstrakurikuler. Dulu keduanya mengikuti ekstrakurikuler art design. Mata Gesa berkaca teringat bagaimana perlakuan buruk Evan padanya. Dan kini, Evan pun masih sama. Setelah mata Evan tertambat padanya, wanita itu bisa merasakan ada keterkejutan di mata tajam pria itu. Namun, Evan segera mengalihkan pandangannya, berpura-pura seolah tidak mengenal Gesa. "Silakan Pak Evan memperkenalkan diri." Eva, HR perusahaan mempersilakan Evan untuk mengenalkan diri. Semua mata tertuju padanya. Binar-binar kekaguman terpancar dari mata rekan kerja Gesa. Harus Gesa akui Evan memang tampan. Cambang tipisnya menambah kesan manly. Postur tubuhnya seperti seorang atlet. Yang Gesa tahu, Evan memang sangat menjaga makanan dan rutin berolahraga. Sementara yang lain menatapnya dengan kekaguman, Gesa menyambung kembali sisa-sisa kekuatan yang seakan mendadak lenyap. Susah payah Gesa rekatkan puing-puing hati yang dulu sempat retak, kini satu per satu kepingan itu kembali pecah. "Selamat pagi semua. Kenalkan, nama saya Evan Anderson. Umur saya 28 tahun. Saya akan memimpin divisi kreatif sebagai Chief Creative Officer. Saya percaya bahwa kreativitas adalah salah satu bentuk untuk mengeksplorasi imajinasi, inovasi, dan idealisme tanpa takut melanggar batasan. Karena itu, saya akan mendukung kalian untuk tidak takut mengembangkan ide dan mengeksplorasi lebih banyak tantangan demi kemajuan perusahaan. Saya juga yakin, kita semua berada di sini karena satu kesamaan, yaitu mencintai karya." Evan mengedarkan pandangan dan menatap para staf satu per satu. Namun, dia menghindari kontak mata dengan Gesa. "Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik dan menggapai misi perusahaan dengan segala daya yang kita punya," lanjut Elvan disambut dengan tepuk tangan yang meriah dari semua orang yang ada di ruangan ini, kecuali Gesa yang lebih memilih diam. Setelah acara perkenalan itu, semua staf kembali ke tempat m masing-masing. Semangat Gesa rasanya ikut melayang. Tak bisa Gesa bayangkan, dirinya akan bekerja di bawah kekuasaan Evan. Rasa trauma itu masih mengakar. Gesa takut, Evan kembali merendahkan dan menyiksa mentalnya. Teman-teman kerja Gesa membicarakan pesona Evan yang membuat mereka tergila-gila. Usia Evan yang masih terbilang muda untuk posisi CCO. Gesa baru tahu, ternyata Evan adalah anak dari Pak Andre, CEO perusahaan. Namun, sebelum Evan masuk sini, atasan lama Gesa membocorkan jika calon CCO baru ini pernah memenangkan penghargaan desain internasional. Yang artinya Evan tak sekadar aji mumpung. Dia memang benar-benar kompeten. Tangan Gesa masih gemetar. Dadanya masih berdebar hebat. Seperti ada yang menusuk-nusuk hatinya. Ada rasa sakit, takut, kecewa, sedih, semua bercampur-campur. Lamunan Gesa buyar kala Andy, rekan kerjanya memanggil namanya. "Gesa, Pak Evan ingin kamu menemuinya ke ruangannya sekalian bawa hasil rancanganmu." Gesa terperanjat. Hari pertama ia bekerja, Evan langsung ingin melihat rancangannya?Shera's POVMataku mengerjap, melihat sekeliling ruangan. Kepalaku masih pening. Kulirik segelas air putih dan obat-obatan di meja. Aku juga melihat jas hitam milik Evan yang dikalungkan di sandaran kursi. Apa dia yang mengantarku ke ruang kesehatan?Aku terlalu pusing untuk mengingat apa yang terjadi. Yang aku tahu, aku merasa kedinginan dan kepalaku seperti berputar-putar di ruangan Evan. Setelah itu, aku tak ingat apa-apa lagi. Apa aku pingsan? Dan Evankah yang membawaku ke sini?Tiba-tiba pintu berderit dan terbuka. Sosok yang tak asing memasuki ruangan. "Kamu sudah sadar? Bagaimana keadaanmu?"Suara Evan terdengar dingin meski ia tengah menunjukkan sedikit kepeduliannya. "Masih pusing sedikit," jawabku singkat.Evan duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang. Ia menghela napas sejenak dan menatapku, lagi-lagi dengan ekspresi yang datar dan tak terbaca."Kamu bisa pulang lebih awal," ucapnya lagi.Aku mengembuskan napas sejenak. Aku belum ingin pulang karena di rumah pun tak ada
Shera's POVSetiap akan menghadapi Evan, perutku serasa mual, napasku sesak, dan tanganku gemetaran. Aku sudah bekerja keras semalaman sampai kurang tidur dan hanya tidur tiga jam. Aku harap revisi rancanganku diterima. Aku tahu, penampilanku hari ini tidak begitu baik. Mataku cekung, wajahku pucat, dan badanku kurang sehat. Aku merasa suhu badanku naik, tapi aku harus tetap profesional.Saat aku menghadap Evan, kupaksakan untuk tersenyum semanis mungkin. Sepertinya aku salah strategi menghadapinya. Aku selalu tegang dan tak senyum sedikit pun. Kali ini aku akan menjelma menjadi gadis yang ramah dan tidak menunjukkan kesedihanku."Selamat pagi Pak Evan, saya akan menyerahkan hasil revisi yang aku kerjakan semalaman." Kusodorkan map coklat padanya. Evan membisu sesaat, menatapku penuh selidik. Sepertinya ada yang dia pikirkan atau dia menyadari penampilanku yang kacau dan kelelahan. Atau mungkin dia baru menyadari kalau aku juga bisa tersenyum.Evan mengambil map coklat dariku. Beber
Seharian Gesa mengerjakan revisi rancangannya. Gesa hanya beristirahat saat jam istirahat. Hingga petang berlalu, Gesa masih berkutat dengan pekerjaannya.Satu per satu rekan kerja Gesa telah pulang lebih dulu. Sementara, Gesa masih terpaku pada layar laptop. Evan masih ada di ruangannya. Gesa berpikir apakah Evan sedang menunggunya menyetor rancangan yang sudah ia revisi? Gesa berencana menyerahkan hasil revisi meski belum sempat mem-print. Biar Evan melihat langsung dari laptopnya. Evan memberinya waktu hingga hari ini saja.Gesa membawa laptopnya menuju ruangan Evan. Gesa mengetuk pintu. Terdengar jawaban dari dalam."Silakan masuk."Gesa membuka pintu dan melangkah masuk dengan sedikit ragu. Ia terperanjat melihat Pak Andre, CEO perusahaan sekaligus ayah dari Evan ada di ruangan itu juga."Kebetulan kamu datang, Gesa. Ada hal penting yang akan saya bicarakan." Andre tersenyum menatap Gesa.Gesa membeku sekian detik. Dadanya tiba-tiba berdebar. Ia takut Pak Andre akan mempermasal
Gesa mencoba menstabilkan napas, menenangkan diri, dan menguatkan hati. Ia membawa map berisi rancangan rebranding perusahaan. Jari tangannya gemetar. Dia kesulitan mengendalikan degup jantung yang terus berloncatan. Rasanya seperti akan menghadapi monster.Ketika Gesa masuk ke ruangan Evan, laki-laki itu menatapnya dingin. Tak ada ekspresi berarti. Ia mempersilakan Gesa duduk dengan bahasa yang begitu formal, seolah mereka tak pernah saling mengenal.Gesa menyerahkan map coklat pada Evan dengan debaran yang masih merajai. Bahkan Gesa tak sanggup menatapnya."Kamu yang bertanggung jawab membuat rancangan branding perusahaan, 'kan? Saya akan mengeceknya," ucap Evan datar.Gesa hanya mengangguk pelan. Suasana begitu menegangkan. Ingatan Gesa melayang ke masa kuliah ketika dirinya menyerahkan hasil desain logo ekstrakurikuler art design. Evan merobek rancangannya dan mencemooh karyanya seperti karya anak SD. Kini Gesa dihadapkan pada situasi yang sama. Sesaat Gesa merasa semesta seolah
Seperti biasa Gesa terburu-buru menuju kantor. Kota besar ini tidak lagi memberikan ruang yang cukup untuk bernapas. Setiap hari harus bergelut dengan lalu lintas yang padat, kendaraan yang berlalu lalang, dan orang-orang yang berjalan dengan tergesa-gesa.Hari ini perusahaan akan mengenalkan Chief Creative Officer yang baru. Gesa berharap bosnya kali ini bisa lebih memahami karyawan dan tidak asal memberikan tugas tanpa tahu batas kelelahan seorang karyawan.Tiba di kantor dengan napas tersengal-sengal adalah hal yang biasa. Gesa ingin memberikan kesan yang baik di depan bosnya yang baru.Gesa meletakkan tasnya di meja. Dia menghirup napas sejenak untuk menetralkan deru napas yang masih terdengar memburu. Suara Amy, rekan kerjanya memecah keheningan."Bersiaplah teman-teman untuk rapat. Hari ini kita akan dikenalkan dengan CCO kita yang baru."Semua staf bersiap memasuki ruangan untuk menghadiri rapat internal divisi kreatif. Atmosfer ruangan terasa lebih dingin dari biasanya. Rasan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments