"Argh!" teriak Ayesha kesal, ia pun melemparkan tas selempangnya dan kamera digitalnya ke atas kasur begitu saja. Sembari menyinggahkan tubuhnya duduk di sofa apartemen.
Thalia, sang Adik bungsunya hanya melongo heran menatap kondisi Kakaknya. Perempuan yang juga berkerudung itu sedang asyik menonton televisi di ruang kamar yang sama dengan Kakaknya. Sesaat Ayesha beralih melepas sepatu, kaus kaki, dan mengambil pakaian ganti.
"Aku ganti baju dulu," ujar Ayesha sembari pergi melewati Thalia. Sayangnya sang Adik hanya memaku tak mengerti mengapa tingkah Ayesha terlihat aneh.
"Kenapa sih, datang-datang malah langsung kesal gitu? Kak Ayesha aneh!" gerutu Thalia yang kali ini lebih mengalihkan pandangannya menonton acara televisi korea favoritnya.
Ayesha dan Thalia, mereka adalah Kakak Adik bersaudara yang terpaut usia delapan tahun. Saat ini Ayesha berusia 24 tahun dan ia sedang melanjutkan studi magister di ITB Bandung. Sedangkan Thalia, ia duduk di kelas 2 SMA di kota Bandung. Ya, rumah mereka memang di kota Bandung. Ayesha dan Thalia tinggal bersama Ayahnya yang biasa dikenal Pak Erlan. Sang Ayah ialah pekerja di salah satu kantor BUMN di kota Bandung. Sementara Bunda mereka telah wafat sekitar tujuh tahun yang lalu.
Ayesha Salshabila Senjaya. Sebut saja ia Ayesha. Sebuah nama yang ia dapatkan sejak lahir. Gadis itu penyuka traveling, menulis, membaca, dan pecandu senja. Hewan favoritnya ialah kura-kura. Dia juga suka memotret, tapi tak suka dipotret. Karena baginya, memotret adalah cara mengabadikan kenangan.
Dan setiap kali mengunjungi lokasi wisata, ia akan menyempatkan waktunya untuk memotret.Meski Ayesha suka jalan-jalan, namun bukan berarti ia akan traveling sendirian. Setiap kali Ayesha jalan-jalan, ia lebih sering mengajak Thalia. Kadang juga Ayahnya ikut serta ketika sang Ayah libur bekerja. Ayesha tak pernah mau jalan sendiri, karena bagaimanapun, ia mengerti bahwa Agama Islam tidak mengizinkan seorang perempuan melakukan perjalanan lebih dari tiga malam, kecuali bersama mahramnya.
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah seorang wanita safar sejauh tiga hari (perjalanan) melainkan bersama dengan mahramnya." (HR. Imam Bukhari).
Sebenarnya perjalanan ke Bali memang merupakan keinginannya. Namun di balik itu, Ayahnya lebih memihak agar Ayesha mengunjungi Bali. Karena sebelum Ayesha memilih pulau dewata sebagai tujuan, ada beberapa pilihan kota yang ingin sekali Ayesha kunjungi.
Ayah berpesan bahwa ia akan menyusul ke Bali setelah proyek pekerjaan selesai diurus. Alhasil, Ayesha pergi ke Bali hanya bersama Thalia. Dan hari ini adalah hari pertama mereka berada di pulau dewata. Dan ini bukan pertama kalinya bagi Ayesha mengunjungi pulau Bali.
Sudah sekitar dua tahun Ayesha memutuskan berhijrah, dan mengenakan kerudung sebagai penutup aurat bagi Agama Islam. namun sayangnya Ayesha belum berniat mengenakan gamis. Ia lebih menyukai mengenakan pakaian rok celana, kaus lengan panjang, dan kerudung yang menutupi dada untuk menutupi auratnya.
Dan setelah dari kamar mandi, Ayesha mendaratkan duduknya di samping Thalia. Ia mengambil popcorn milik Thalia yang berada di atas meja. Sembari popcorn yang berada di genggamannya kini dilahapnya dengan rakus. Sedangkan Thalia hanya bisa menggeleng pelan ketika memandang tingkah aneh sang Kakak.
"Kak, udahan kali. Nanti keselek, loh." Thalia memprotes tingkah Ayesha yang menurutnya kelewat batas.
"Kenapa, sih? Ada masalah?" Kali ini Thalia bertanya.
Ayesha perlahan menelan popcorn yang dikunyahnya. Sembari ia lekas menandaskan air minumnya sejenak. Ia pun mulai mengalihkan tatapannya ke arah Thalia.
"Dek, tadi di pantai Kuta, waktu Kakak ngelihat sunset, ada seorang cowok yang kira-kira ... nyaris seumuranlah sama Kakak. Nah, dia itu nyamperin Kakak, dan yang bikin Kakak kaget, selain dia tahu kalau Kakak suka senja, dia juga ngaku-ngaku kalau dia suami Kakak. Gila nggak, tuh? Masih zaman ya, orang yang ngaku-ngaku sebagai suaminya, sebagai istrinya, padahal jelas-jelas, Kakak nggak kenal sama tuh cowok. Dan sejak kapan juga, Kakak nikah sama dia? Kakak ini masih jomlo kali, belum nikah. Menurut Kakak nih, dia udah sinting, deh."
Thalia yang mendengarkan penjelasan Ayesha, ia melongo tak menyangka bahwa ada seorang lelaki yang mengakui bahwa Kakaknya adalah istri si lelaki itu. Perhatian Thalia mulai terfokus menyimak cerita Ayesha, ia tak lagi memedulikan acara televisinya.
"Udah sinting kan dia, Dek? Seumur-seumur, Kakak nggak pernah dideketin cowok yang sakit jiwa seperti Hazmi itu!" Lagi-lagi Ayesha menggerutu kesal.
"Oh, jadi namanya Hazmi? Keren juga namanya, pasti orangnya juga keren ya, Kak? Ganteng nggak, sih, Hazmi itu?"
Ucapan Thalia berhasil membuat Ayesha menautkan kedua alisnya kesal. Mengapa si Adik malah semakin kepo dengan laki-laki yang bernama Hazmi? Padahal Ayesha nyaris membencinya setengah mati.
"Nggak sama sekali! B aja! Dan Kakak nggak suka sama dia. No! Katakan No tentang Hazmi. Dan awas, kalau seandainya kamu ketemu sama cowok sinting itu, jangan sampai kamu naksir sama dia. Idih, amit-amit, Dek. Kalau memang suka sama Kakak, nggak usah langsung ngaku-ngaku kalau dia suami Kakak. Mana mau aku punya suami macam si Hazmi itu."
"Kak, tahu pepatah, nggak? Benci jadi cinta. Nah, tuh, hati-hati, Kak. Bisa-bisa Kakak malah jatuh cinta akhirnya, karena terlalu benci sama Hazmi. Gimana ayo?"
"Astagfirullah! Amit-amit ... nggak mau, nggak mau, nggak akan! Pokoknya nggak akan pernah! Ya udah, deh, chance aja topik obrolannya. Malas banget ceritain dia mulu. Bisa mules perutku."
"Ya udah, deh. Kali ini nggak usah cerita-cerita. Gimana kalau malam ini kita cari makan di luar? Di depan kayaknya ada kafe yang enak, tuh. Sekalian jalan-jalan bentar, Kak. Mau ya?"
"Ok, deh." Ayesha menyetujui permintaan Thalia dengan terpaksa. Padahal malam ini ia terasa malas jalan-jalan. Akibat pertemuannya bersama Hazmi, membuat Ayesha membenci laki-laki itu sejak kali pertama.
🌞
Suasana malam di jalan raya sekitar pantai Kuta, masih ramai seperti biasanya. Tak hanya kendaraan yang memadatkan jalanan, namun juga pejalan kaki yang berlalu lalang pun ikut memadatkan kota. Sayangnya Ayesha dan Thalia berada di antara para pejalan kaki yang menikmati suasana pulau wisata ini. Mereka baru saja menuntaskan rasa lapar setelah memutuskan mengunjungi salah satu kafe.
Setelah mengunjungi kafe, akhirnya dua kakak beradik itu memilih menikmati jalanan sekitar pantai Kuta. Mengingat lokasi apartemen mereka sangat berdekatan dengan pantai. Mencoba melepaskan penat pikiran, terutama bagi Ayesha. Ingin sekali ia menghilangkan rasa badmood-nya malam ini. Dan tak lagi mengingat kejadian yang membuatnya kesal karena kehadiran Hazmi.
"Kak, mampir ke toko accessories, yuk? Thalia lagi pengin cari accessories, nih. Siapa tahu ada sesuatu yang pengin dibeli," ajak Thalia yang kemudian ia merangkul lengan Ayesha, agar Kakak perempuannya itu mau mengikuti dirinya. Hingga akhirnya mereka memasuki salah satu toko accessories yang ingin Thalia kunjungi.
Sesampainya di ruangan, Thalia sengaja meninggalkan Kakaknya yang masih ogah-ogahan mengikutinya. Adiknya itu lebih senang memerhatikan beberapa benda yang berada di dalam ruangan. Sementara Ayesha, ia memilih bersinggah di luar toko. Untung saja di depan toko terdapat beberapa kursi yang disediakan untuk pengunjung.
Sambil menunggu Thalia, Ayesha memilih memainkan ponselnya. Dan kali ini jarinya tertuju pada aplikasi instagram. Namun ketika jarinya menekan aplikasi instagram, Ayesha mendadak tak percaya, ia menerima satu pesan dari seseorang yang bukan sebagai followers. Bahkan setelah Ayesha menatap foto pemilik akun tersebut, Ayesha baru ingat bahwa foto itu adalah foto Hazmi. Rupanya laki-laki itu menemukan akun instagram-nya dan sekarang ia mengirimkan satu pesan untuk Ayesha.
"Ay, kamu dimana? Aku kangen."
Begitu isi pesan yang Hazmi kirimkan lewat DM instagram. Membaca isi pesan itu, Ayesha tak berniat sama sekali membalas. Ia malah sengaja mengabaikan pesan yang Hazmi kirimkan. Kali ini Ayesha lebih memilih melihat isi beranda instagram dibandingkan berniat menjawab pesan Hazmi.
"Segitu nggak sukanya sama aku? Sampai DM instagram aja nggak dibalas."
Suara itu sukses membuat Ayesha menoleh ke depan. Ayesha justru kaget, mengapa laki-laki gila itu harus menemukan keberadaannya di sini?
Ayesha belum menjawab perkataan Hazmi. Ia pun lekas bangkit dan ingin meninggalkan laki-laki itu. Namun sayangnya Hazmi menahan jemari Ayesha agar perempuan itu tak pergi darinya. Lagi-lagi Ayesha tak bisa lekas menjauhi Hazmi, laki-laki itu malah berani menyentuh Ayesha.
"Lepasin, nggak?" pinta Ayesha. Ia mengernyitkan dahinya menatap Hazmi dengan rasa kesalnya.
"Kenapa, sih, mengabaikan pesanku? Segitu menjijikkan ya, aku buatmu?"
"Apaan, sih, Mi! Lepasin! Kalau nggak, aku teriak, nih?" Ayesha balik mengancam.
"Teriak aja, orang-orang nggak bakal berani mengusirku. Karena aku akan bilang sama mereka, kalau aku itu suamimu. Dan ini bukan main-main. Aku memang suami sah kamu, Ayesha."
Pertahanan tangan Hazmi akhirnya terlepas dari jemari Ayesha. Gadis itu semakin memberontak saat Hazmi memegangnya kuat-kuat.
"Aku nggak merasa nikah sama kamu. Mimpi kamu itu udah kelewat batas. Kalau kamu suka aku, ya bukan gini caranya. Bisa kek, PDKT dengan baik-baik. Kalau sikapmu kayak gini, aku makin nggak suka kamu."
"Ok, sorry kalau aku maksa kamu, Ay. Tapi kamu harus percaya kalau aku suamimu. Aku nggak bohong, Ay."
"Aku nggak kenal sama kamu!" bentak Ayesha.
"Hei, aku suami kamu, Ay. Aku nggak mungkin lupa sama wajah istriku sendiri. Ini buktinya." Laki-laki itu menunjukkan sebuah cincin yang tersemat di jari manisnya.
"Nggak percaya!" Ayesha mengelak.
"Aku Hazmi, Ay. Aku tahu, kamu pasti lupa sama aku. Itu tujuannya aku jemput kamu di sini. Pulang, Ay, aku kangen sama kamu," pinta lelaki yang bersapa Hazmi itu. Permintaannya begitu memohon pada Ayesha. Begitu Hazmi berusaha menarik jemari Ayesha, sayangnya Ayesha berusaha menghindar.
"Nggak mau! Jangan paksa aku! Mau berapapun bukti yang kamu berikan, aku tetap nggak percaya sama kamu."
"Terus, aku harus gimana? Biar kamu percaya sama aku, Ay." Hazmi masih tak jera menginginkan Ayesha agar perempuan itu mempercayainya.
"Ah, udah, deh! Kamu pulang aja, aku nggak mau kamu di sini."
"Kak Ay ..." Thalia terhenti saat ia menyebut Kakaknya. Tubuhnya terasa kaku saat mengamati Ayesha sedang bersama seorang laki-laki yang sama sekali belum Thalia kenal.
Apa ini yang namanya Hazmi? Hazmi yang mengaku suami Kak Ayesha, bukan? Pikir Thalia.
"Thal, kita pulang aja." Ayesha melewati Hazmi setelah menarik lengan Thalia pergi.
"Ay! Aku nggak akan nyerah!" Hazmi berteriak saat panggilannya terdengar jelas ke telinga Ayesha dan Thalia. Sayangnya meskipun laki-laki itu berteriak memanggil sekeras apapun, Ayesha malah mengabaikan.
Sabar, Haz ... ini baru pertama kamu berusaha. InsyaAllah masih ada hari berikutnya, aku harus bisa buat Ayesha percaya bahwa aku suaminya. Hazmi menghela napasnya pasrah. Kemudian ia pun meninggalkan tempat itu dan mengikuti arah Ayesha dan Thalia dari belakang. Diam-diam ia mengikuti, agar Ayesha tak mengetahui keberadaan dirinya.
Bersambung 🐢
Tok .... Tok .... Tok ..., sudah kesekian kalinya Hazmi mengetuk pintu kamar mandi. Ia tampak cemas, bingung, bahkan pikirannya heran menunggu Ayesha yang belum juga ke luar dari kamar mandi.Terhitung nyaris setengah jam belum ada tanda-tanda Ayesha ke luar menemuinya. Bahkan suara Hazmi saja yang menyebut sang istri berkali-kali belum ada sahutan juga dari dalam.Kali ini Hazmi tak ingin terjadi apa-apa. Lalu jemarinya sengaja memutar gagang pintu. Dan sayangnya gagang tersebut terkunci dari dalam. Hazmi semakin khawatir. Ia kembali mengetuk pintu dengan menimbulkan nada keras."Ayesha .... Ay! Ayesha kamu benar nggak apa-apa di dalam? Kenapa kamu belum ke luar juga, Ay? Ayolah, ada apa, sayang?" Begitu sahutan Hazmi ketika memanggil sang istri.Sementara di ruang kamar mandi, terlihat Ayesha yang masih bergeming di balik cermin. Ia meletakkan testpack yang baru saja dikenakannya ke atas wa
Krakk!Hazmi baru saja masuk ke dalam kamar. Ia pun meletakkan rentengan kresek berisikan dua cup es krim ke atas nakas. Sambil lalu ia menyambut senyuman Ayesha dengan senyum tipsinya. Perlahan lelaki itu memposisikan dirinya duduk di sofa yang berada di ruangan kamarnya."Kak, kamu kenapa? Gak ikhlas aku nyuruh kamu beli es krim? Tahu gitu, aku sendiri tadi yang jalan," oceh Ayesha. Ia mengerutkan keningnya setelah melihat raut wajah Hazmi yang sangat melelahkan."Gak kok, Ay. Aku ikhlas banget malah. Kamu mah, bisanya nethink mulu sama suami." Hazmi menegakkan posisi tubuhnya sejenak."Nethink? Sejak kapan aku nethink? Aku cuma nebak, bedain itu nethink sama nebak doang," gerutu Ayesha tak terima. Ia berkacak pinggang sembari menyenderkan tubuhnya ke punggung ranjang.Loh, bukannya nething sama nebak itu sama? Si Ayesha kenapa jadi ngambekan gini, sih? Hazmi membatin.
Ke mana sih, si Bara? Jam segini masih belum datang juga, bilangnya aja kemarin nggak boleh telat, batin Thalia. Hari ini ia dan Bara telah mengadakan janji di depan ruang redaksi. Terhitung dua puluh menit ia menanti kedatangan Bara sambil menposisikan dirinya duduk di depan ruangan.Beruntung anak-anak redaksi banyak yang belum hadir ke ruangan. Dirinya saja bersyukur bila nanti bertemu Bara, tak ada anak redaksi yang akan melihatnya. Lebih tepatnya Thalia enggan mendengar komentar atau pun gosip apapun. Ia hanya ingin tugas wawancaranya selesai."Assalamulaikum," sapa suara seorang lelaki yang berdiri di hadapannya. Dengan jarak yang cukup mencelahkan, Bara menemui Thalia di siang itu.Menangkap Bara ke dalam pandangannya, Thalia pun langsung bangkit dan menyamai posisinya di depan lelaki itu. "Waalaikumsalam, Bar.""Maaf, aku telat?"Thalia mengangguk dengan cengirannya. "Nggak apa
Netra Carisa masih terarah fokus ke balik kaca mobil. Ia menangkap lalu lalang kendaraan ke dalam pandangannya yang nanar. Padahal sudah jelas ia menyingkap patah dan memuakkan emosi di hadapan laki-laki yang justru menyakitinya. Namun hati Carisa merasa masih tak nyaman. Ia seolah bimbang dan bertanya dalam pikiran. Bagaimana bisa ia melepas Tara yang telah datang melamar?"Car," panggil Rafli. Sedari tadi ia sedang fokus menyetir mobil. Sudah cukup ia terdiam selama beberapa menit dalam perjalanan bersama Carisa."Kamu benar nggak apa-apa, kan?" ungkap Rafli lagi.Sontak Carisa menolehkan wajahnya ke arah Rafli. Bola matanya masih tampak berkaca-kaca. Menunjukkan pertanda pada lelaki di sisinya bahwa ia belum sepenuhnya membaik. Namun Rafli ingin mendengar langsung dari Carisa.Bukannya menjawab, kini Carisa malan menguakkan air matanya. Ia membiarkan tangisnya pecah seketika. Seolah ia ingin mengeluarkan ra
Slapp!Revan menarik pintu kedai secara perlahan. Malam itu ia beranjak meninggalkan kedai setelah berbincang bersama Kayla selama kurang lebih sejam. Tampaknya Revan masih bertahan memerhatikan layar ponselnya. Ia saja memberikan alasan untuk Kayla agar dirinya lekas tak lagi mengobrol bersama perempuan itu.Revan memang terkesan memberi batas bagi dirinya bersama Kayla. Ia hanya tak mau membiarkan perempuan itu masuk ke dunianya secara keterlaluan, atau bahkan memberikan harapan lebih untuk gadis itu. Revan murni hanya menganggap Kayla sebagai teman kursusnya, teman biasa, dan tak akan lebih baginya.Lalu ....Klik! Telepon baru saja tersambung pada nomor yang Revan hubungi. Sesekali ia menarik napasnya perlahan, dan membuangnya sejenak. Saat ini dirinya benar-benar gugup. Sebab ini adalah kali pertama ia menghubungi seseorang yang dirindukannya."Halo?"
"Ish! Nyebelin banget nih anak!" Kesal Ayesha. Siang ini ia berada di club La Risa Kuta bersama sang suami. Menikmati makan siang dengan nuansa kedai club yang cukup menarik pandangan. Sebab club ini terletak di pinggir pantai.Seharusnya timing yang tepat ialah ketika di malam hari. Sayangnya Hazmi telanjur mengajaknya ke lokasi ini. Sembari menikmati keindahan pemandangan pantai dan isi club, Ayesha masih memainkan ponselnya dan menunggu kedatangan Hazmi.Lelaki kesayangannya itu sedang mengunjungi loket pelayanan untuk memesan pesanan. Sambil menunggu suami, sedari tadi Ayesha sengaja menelepon Thalia. Namun sayangnya saja ia tak mendapat respons baik dari adik perempuannya itu. Pantas saja kali ini Ayesha tampak menggerutu sebal.Ia tak habis pikir dengan kelakuan Thalia yang makin hari makin bucin akibat Revan. "Hei, Sayang ... nah, pesanan sudah datang ...," sambut Hazmi seca