Share

Aku Tidak Salah

Hari ini sangat meletihkan juga menyenangkan, aku merasa hubungan kita semakin dekat Chall. Disisi lain si brengsek Ben selalu muncul jadi penghalang kita.

"Zach.." suara Paco menyapaku di pintu masuk apartemen.

"Pac, hey. Kenapa? Sedang apa kamu diluar?"

"Si Ron." Paco bercerita sambil meneteskan air matanya. "Pulang pulang dia mabuk dan berteriak, dia bilang aku sok pintar, membaca buku dan merendahkan dia."

"Huh... apa yang terjadi? Apa dia melukaimu?" aku memeriksa tubuh Paco. Aku khawatir dia terluka.

"Tidak, dia sama sekali tidak menyentuhku." Paco mengeluarkan buku yang kupinjamkan. Sampulnya kini dalam keadaan robek. "Aku sudah coba menghentikannya. Maaf." Air mata Paco makin menetes deras. Aku segera menenangkan sahabat kecilku ini.

"Paco, Paco, tak apa-apa..." sahutku. "Sungguh, tak apa-apa. Bagaimana jika kamu ikut denganku. Mari kita perbaiki ini bersama-sama, ok?" Aku mengajak Paco ke basement toko buku, untuk memperbaiki bukunya. "Jadi, langkah pertama dalam memperbaiki sesuatu itu adalah tetap yakin bahwa separah apapun kerusakannya, itu akan tetap bisa kita perbaiki. Termasuk buku. Apa kau mengerti?"

Paco menganggukkan kepalanya. "Aku mengerti."

"Ini adalah sebuah line press. Dasarnya ini hanya sebuah jepitan besar. Kita gunakan Lem Polyvinyl Acetate supaya tidak membakar halamannya. Ada jarum, benang, dan...senjatanya "Bugs Bunny"... Martil yang bagus." Aku coba membuat Paco tersenyum. "Lihat ini? Kita tidak butuh ini." Aku robek sampul buku yang sudah terkoyak karena kemarahan Ron. Dengan semua peralatan yang ada aku mulai perbaiki bukunya, Paco memperhatikan aku dengan sangat seksama. "Ok, punggungnya sudah kita jahit. Ambil ini. Tarik yang kuat." Kusuruh Paco membantuku menarik benang yang aku gunakan untuk menguatkan lagi tiap lembaran yang rusak. "Ya, bagus," pujiku pada Paco. "Sudah di lem. Dan kita pasang covernya. Sekarang...Kamu harus teliti dan jangan terlalu kuat ataupun lemah." Aku angkat martil dan kuhantam lembut sampul buku agar menempel erat pada tempatnya.

Setelah memperbaiki buku, aku dan Paco kembali ke apartemen. Kali ini aku sedang mempersiapkan dan merencanakan sesuatu untuk mendapat perhatianmu, Chall.

===

Apartemen Grace view memang diperuntukkan untuk orang-orang kaya. Tak heran Ben betah tinggal disana. Dan siang itu pastilah hari yang paling membahagiakan untuk Ben. Dengan email palsu aku mengirim pesan pada Ben. "Pak Ben, saya mendengar tentang perusahaan soda anda. Saya tertarik untuk bergabung dan mencoba produkmu. Jika ada waktu mari kita jadwalkan meeting. Jeff Preven." Ben hanya membutuhkan nanodetik untuk membalas: "Tentu saja, Jeff.  Saya tersanjung dan saya sedang dalam perjalanan. Aku tidak menanggapi.  Orang brengsek macam apa yang mengatakan dalam perjalanan?

Aku tidak akan pernah sepenuhnya mampu menjalankan toko buku. Aku bukan pebisnis multitasking. Aku hanya seorang penyair, itulah sebabnya aku hanya tahu empat pemberhentian, satu atm, tiga blok perumahn, dua jalan, dan satu toko yang lengkap untuk membeli beberapa suguhan untuk Ben. Aku lalu mengirim SMS ke Nathan: Tidak perlu masuk hari ini, aku sudah menutup toko. Dia hanya membalas:

Bagus sekali!

~~~~

Ben datang dengan membawa kotak soda di tangan. Lalu dengan percaya diri dia mengulurkan tangannya.

"Hey! Jeff, Senang bertemu denganmu."

"Aku juga. Pernah ke daerah sini?" tanyaku berbasa-basi. "Memang kurang terkenal. Tapi terlihat luar biasa jika malam hari. Sangat ekslusif," ujarku mengalihkan perhatian nya.

"Ya, rasanya aku pernah kesini beberapa kali."

"Ya? Huh. Baguslah. Kamu tidak akan merasa asing kalau begitu. Silahkan." Aku mempersilahkan Ben untuk berjalan di depanku dan aku mengarahkannya dari belakang. "Belok kiri saja." Pria ini memang bodoh, mau-maunya aku jebak. Dia aku suruh jalan duluan ke basement, dan saat tersadar ada yang aneh dengan tempat itu. Sudah terlambat, di belakangnya aku sudah bersiap dengan martil buku di tangan. Aku hantam kepala Ben, seketika dia jatuh pingsan dengan kepala berdarah. Aku berjalan ke lantai utama lalu mengangkat kakinya. Dia tidak bangun saat aku menyeretnya ke dalam kandang dan aku menguncinya di sana lalu tersenyum dan berkata. Bagus sekali!

===

Keesokan harinya tepat jam 2:00 siang. Dan bell toko berbunyi, aku sudah siap dengan kedatanganmu. Kau beritahu teman-temanmu bahwa kau akan kemari. Aku tau karena aku baca di HP mu.

"Hey. Masih ingat aku?" sapamu sambil tersenyum manis padaku. "Kejadian di rel kereta?"

"Uh, aku sepertinya ingat, tapi... Tunggu..tunggu..." aku pura-pura amnesia membuat senyummu semakin lebar.

"Aku ingin berterima kasih," ucapmu.

"Kan sudah?"

"Terima kasih lagi kalau begitu Dan maafkan aku karena telah meninggalkanmu malam itu."

"Kamu harus menyambut tamu kan?" aku menyindirnya.

"Gak juga. Aku punya hadiah untukmu."

"Tidak, kamu tidak perlu repot-repot."

"Bawel, lihat saja ini."

Aku terima hadiahmu, sebuah buku dengan tulisan di dalamnya. "Engine, engine number nine on the Arana Transit line. If your girl falls on the track, pick her up, pick her up, pick her up."

"Itu saja, dan sebaiknya aku pergi..." kau berpamitan.

Aku langsung memberanikan diri mengajakmu kencan. "Jika kamu tidak sibuk, maukah kapan-kapan kau pergi minum bersamaku?"

"Boleh. Tapi aku masih belum menemukan HP ku," katamu penuh sesal.

"Aku tau, lewat email saja."

"Betul. Sampai jumpa, Zach."

"Sampai jumpa, Chall"

Bagus. Bagus sekali. Terkadang aku salah. Aku manusia. Aku tidak selalu benar. Nanti kita lihat. Aku mencari Nathan untuk menggantikan ku di kasir. "Aku harus mengecek jadwal pengiriman di basement. Bisakah kau jaga sebentar?"

"Ya..." jawab Nathan.

Mungkin aku hanya seorang budak cinta. Tapi aku tidak salah menilaimu. dan aku akan membuat hidupmu bahagia Chall. Dalam kurungan kaca tampak Ben sudah siuman. Dia berdiri lantas bicara memelas padaku. "Tolonglah, sepertinya kamu salah, aku bukan orang yang kau cari."

Aku menjawab. "Tidak...Aku tidak salah."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status