Share

Penulis Yang Terabaikan

Apakah kau tau Chall? Hukum di kota kita mengharuskan setiap laporan kebocoran gas untuk di inventigasi? Aku banyak belajar dari internet semenjak pertemuan kita. Pelan-pelan kubuka pintu rumahmu yang memang tidak terkunci. Petugas gas datang sesuai dengan perkiraan ku  "Hey, Chall, kamu buka pintu sembarangan lagi. Bukankah kita sudah berjanji untuk selalu menutup pintu?" aku berjalan pelan-pelan menuju bagian belakang rumah. "Aku yang memanggil perusahaan gas di hari dimana kau sibuk seharian. Aku tak ingin menakutimu." Orang itu tampaknya telah selesai memeriksa kebocoran. "Hey, Chall kemana?" tanyaku.

Dia menjawab sambil bersiap-siap untuk pulang. "Entah, ibu kos yang membuka pintu. Karena ada yang melaporkan kebocoran gas."

"Betul, Chall bilang itu padaku. Apakah semua baik-baik saja?" tanyaku dengan berpura-pura khawatir.

"Yeah, semua aman. Sampaikan pada pacarmu bahwa tidak ada kebocoran gas. Pekerjaanku sudah beres, jadi..."

Langsung saja kupotong ucapannya. "Ok, terima kasih. Biar aku yang mengunci pintu." Aman sudah. Akhirnya dengan sedikit trik aku berhasil masuk ke dalam rumah mu. 

Aku melakukan ini karena aku ingin tahu siapa sebernarnya dirimu, di samping seorang puitis bangkrut yang tinggal di

apartment mahal di luar kapasitas uangmu. Hmmm berantakan sekali ... kalau kita tinggal bersama, tempatmu tidak akan berantakan seperti ini. Aku yang akan bersih-bersih. Kau tidak perlu makan makanan sisa...aku melihat sepiring nasi goreng yang kau hangatkan, kasian kamu ... tiap hari aku akan memasak untukmu nanti, aku janji.

Aku mulai masuk ke dalam rumahmu, wangi sekali. Parfum yang sama yang kau pakai saat kita bertemu di toko buku.

Baju kotormu dimana-mana, aku ikhlas jika aku harus memcuci bajumu...merawat semua koleksi bukumu.

Kuambil celana dalam berwarna merah dari kotak cucian kotormu. Aku yakin kau tidak akan sadar. Lalu aku berjalan lagi mendekati ranjangmu. Ranjang yang nyaman, hanya saja tetap berantakan. Aku akan merapikan tempat tidur setiap pagi. Nah, ini dia. Kutemukan laptop dibawah bed cover. Aku tersenyum geli, nanti ku akan selalu menyuruhmu, untuk memberi password di semua gadgetmu.

Challandra Aluna

"Suatu hari, kau tidak akan butuh cinta. Suatu hari, kau tidak akan butuh pekerjaan untuk mendukung hidupmu di dunia. Matahari, langit, malam yang kelam." Sekali lagi aku mengagumi karyamu." Bagus. Ini cukup bagus. Tapi Chall, mana sisanya? Masih kurang 20 halaman tanya profesor Andi.

"Aku sudah berusaha keras setiap hari," jawabku apa adanya pada profesor Andi.

"Jika jadwalmu terlalu padat, maka kembalilah bekerja part-time. Tapi kalau begitu aku tidak akan lulus," ujar Profesor Andi.

"Aku butuh uang, dan sewa rumah," tuturku, berharap Profesor Andi bisa memahami.

"Aku yakin kamu akan menemukan jalan. Kamu pintar, buktinya kamu ada disini sekarang," ujar prof. Andi datar.

"Tolonglah, Professor Levin."

"Andi," sela professor Levin ingin lebih akrab lagi.

"Andi...Aku akan menyerahkan sisa 20 halaman di akhir pekan. Aku tidak bisa bekerja part-time. Ok?"

"Aku mendukungmu. Tapi kamu perlu menunjukan hasil. Aku bisa meluangkan waktu, untuk berdiskusi di luar jam kelas. Tapi jika kita akan serius membahas puisi, tentunya harus disertai minum-minum," aku sangat hafal kemana arah pembicaraan ini. Ada sebuah bar yang aku suka."

Aku mencoba menolaknya dengan lembut. "Aku mau saja Ansi. Cuma, uh, bagaimana perasaan istrimu...?

"Tentang aku yang menolong penulis berbakat? Dia sudah sangat terbiasa dengan sikap baikku ini. Kamis malam, bisa?"

Aku benar-benar tak punya pilihan selain menyanggupi ajakan Professor Levin. "Baiklah kamis malam."

"Bagus. Beristirahatlah selama beberapa hari ini, Pulang dan bersenang-senang," sahut prof. Levin sambil memandangku dengan tatapan menggoda.

Aku masih membaca tulisanmu ketika pemberitahuan itu muncul. Bip...

Suara WA dekstop mu berbunyi, itu pertanda kau sedang ngobrol dengan si Ben.

Chall: Aku butuh kamu malam ini.

Ben: Baiklah jika ada waktu sayang. Lembur. Aku masih bisa mencium aromamu ...

Menjijikan, aku terus mengumpat di dalam hati. Aku melihat ada 2 hal baru berdasarkan dari laptopmu. Pertama, tidak ada poto terbaru dari ayahmu karena dia wafat. Dia overdosis, dan kau yang pertama menemukannya. Semenjak hari itu kau mulai menulis puisi, tapi tidak pernah sampai beres. Maafkan aku Chall. Aemua hal ini tidaklah penting karena hal kedua yang aku dapati sangatlah penting.

11:06 pagi., satu jam setelah pertemuan kita di toko buku, di suatu group chat kamu menulis "Wow, baru saja bertemu dengan pria yang gemar membaca. Bukankah itu luar biasa? Bagaimana jika ini adalah waktu yang tepat untuk aku berkencan dengan pria baik?" aku terbang melayang membaca tulisanmu. Terima kasih Shall telah membuatku tahu. Dugaanku ternyata benar.

Terdengar suara pintu ruang tamu terbuka. Gawat! kau pulang lebih cepat ternyata, untung saja kau telfon seseorang..Jadi aku bisa mendengarnya sambil mencari tempat.sembunyi yang aman.

"Ya. Aku ingat apa yang kamu katakan ketika ibu mengirim uang," ternyata Shall sedang bicara dengan ibunya. "Ya, aku berterima kasih....Aku bekerja keras....Tidak ada tempat yang lebih murah. Ya sudah....Dia terang-terangan ingin tidur denganku. Tidak, aku tidak bisa melaporkannya. Bukan seperti itu caranya. Aku tidak takut."

Soal! Chall masuk ke kamar mandi. Padahal aku sedang bersembunyi di balik tirai dalam bathtub. Dan dengan santainya sambil menelepon ibunya, Chall menyalakan kran. Sebenarnya aku banyak menonton film komedi romantis tentang bagaimana perasaan seseorang dalam kondisi terjepit seperti ini.." Badan dan bajuku kini basah semua. Ya nasib...

Chall masih bicara di telepon. "Bukan hanya sekolah, tapi dunia. Bukan caranya seperti itu." Aku masih bisa ngintip dan melihat air matanya mulai berkaca-kaca. "Aku tahu ibu banyak membantuku. Hanya kondisinya keras disini bu." Tampaknya ibunya tidak ingin membantunya. Air mata Chall makin deras mengalir. Sementara itu bajuku kini basah semu tanpa tahu harus kemana untuk kabur. Aku hanya bisa pasrah saja.

"Ok. Aku akan mencari jalan keluar...Baiklah, aku sayang ibu.

Bye, mam," ucapmu. Aku bisa mendengar kau menangis sejadi jadinya. Tak apa-apa, Shall ... menangis lah.

"Hey, Chall, ayo bermain!" Ajak Peach yang bicara via video call.

"Oh, Aku tidak bisa. Hariku buruk sekali," jawabmu.

Peach dan Alica tertawa sangat keras."Aww, Challicious, apapun itu, kamu pasti akan kembali senang jika bersama kami, ok?"

"Betul, kita semua dan beberapa alkohol. Ya ampun. Ada diskon," Alica menambahkan.

"Kalian sayang aku?" gumammu sambil berkaca dan aku masih tetap kebasahan di bawah shower.

"Tentu saja! Tidak perlu kamu tanya," jawab Peach berusaha meyakinkanmu.

"Ok, baiklah. Temui aku di Greenpoint," kau ajak temanmu bertemu di suatu tempat yang namanya saja baru aku dengar.

"Hmm, bagaimana jika kamu yang kesini, ok?" cetus Alica. "Kemarilah, disini sangat menyenangkan percayalah. Aku tidak bohong."

"Yeah. Ada sesuatu yang harus aku lakukan terlebih dahulu. Aku akan memberi kabar di jalan. Sampai jumpa."

"Bye..."

Ya ampun untung saja kau buru-buru dan batal untuk mandi. Mari kita ke Greenpoint Chall.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status