Share

Dua

Aku tidak bisa berkomentar apapun. Bahkan, tubuhku membeku begitu mendengar jawaban lelaki berambut hijau ini.

"Kami Calon Pilar Historian."

Kalau boleh aku memaki, aku akan melakukannya. Tapi, rasanya sungguh tidak sopan jika aku melakukannya di hadapan orang-orang calon pahlawan di masa depan.

Mereka berempat sedang melakukan pelatihan di bawah bimbingan dua Pilar Historian saat ini, yaitu Joanne dan Cedric. Lalu, Saintess Serena yang melayani Historian III Gavril meberitahu bahwa ia diberitahu oleh Dewi yang memberkatinya tentang musibah akan menimpa pasukan yang pergi ke dungeon di Leymar. Karena itulah, mereka berempat memutuskan untuk pergi memberikan bantuan.

Keempat Calon Pilar Historian ini adalah orang-orang terpilih yang datang dari berbagai daerah. Alaric yang betambut hijau ini adalah Pangeran III Kerajaan Sevelstan. Lalu, lelaki berambut perak adalah Kaladin dari Kerajaan Beslama yang merupakan Penyihir Agung dari Menara Cahaya Amulael. Sementara itu, perempuan satu-satunya yang ada di kelompok ini adalah Nymeria dari Kerajaan Alinzan yang sama denganku, namun ia lahir dan besar di Ibu Kota Ishlunande dan memiliki pekerjaan sebagai mata-mata dan pembunuh bayaran dari Guild Swords & Wands, guild yang sama dengan Ibu dan Ayah bekerja. Terakhir, lelaki berbadan besar bak beruang yang bernaa Hadeon adalah mantan Ketua Pasukan Singa Gurun dari Kerajaan Balantia.

Intinya, mereka berempat adalah orang-orang kuat.

"Jadi, kamu Penyihir Kegelapan? Kapan sihirmu bangkit? Kamu masih 10 tahun. Rata-rata, sihir bangkit mulai umur 12 tahun," tanya Alaric.

Kuda-kuda kami berpacu dengan sangat cepat sampai suara hujan dan angin seperti menutupi seluruh telingaku. Tapi, untunglah Alaric berbicara dengan cukup keras. "Dari kecil. Kata Ibu, sudah dari umur 3 atau 4 tahun. Ibu saya Penyihir Kegelapan dari Guild Swords & Wands. Ayah saya petualang di sana juga."

"Wah!" seru Nymeria yang berkuda di belakang kami. Hebat sekali ia bisa mendengar ucapanku, padahal suaraku tak keras seperti Alaric. "Berarti dia seniorku. Siapa nama mereka?"

"Tommy dan Marianne Nevrione."

"Hah?! Kamu serius?! Mereka adalah Petualang Kelas SS. Mereka kebanggaan kami!" tanggap Nymeria dengan sangat antusias.

Aku tahu kehebatan Ayah dan Ibu saat mereka masih muda. Bahkan, aku tahu bahwa Ayah adalah anak bungsu dari seorang bangsawan yang memilih untuk melepas nama keluarganya dan mendapatkan nama keluarga sendiri karena prestasinya sebagai petualang dan diakui di kerajaan ini. Karena itu, tidak aneh jika Nymeria mengenal mereka.

Ayah dikenal sebagai ahli pedang besar di guild itu, sementara Ibu dikenal sebagai Penyihir Kegelapan yang sikapnya sangat dingin sehingga dipanggil Ratu Es. Lalu, kisah cinta mereka begitu terkenal dan bahkan dijadikan sebagai cerita pertunjukan boneka di jalanan. Meski orang-orang tahu nama dan prestasi mereka, tapi tidak semua tahu bagaimana wajah mereka.

Kehebatan mereka inilah yang membuat mereka dipanggil untuk membantu Historian III.

"Lalu, bagaimana kalau ramalan itu menjadi kenyataan? Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Alaric dengan suara yang lembut, tapi tetap terdengar sangat jelas. Aku tidak tahu bagaimana ekspresinya, karena terlalu gelap. Tapi, sepertinya dia mengkhawatirkanku.

Pertanyaan Alaric tentu sudah berkali-kali terlintas di kepalaku. Namun, sulit sekali untuk menemuka jawabannya. Padahal, aku yang dulu bisa hidup sendiri meski sakit-sakitan. Seharusnya, kali ini pun aku bisa baik-baik saja. Tapi, ini adalah pertama kalinya aku merasakan hidup bahagia bersama orang tua. Tak kusangka, itu hanya berlangsung selama 10 tahun. Sampai aku berpikir, mungkin aku memang ditakdirkan untuk tidak bisa berbahagia bersama kedua orang tuaku.

Meski begitu, ada satu jawaban yang sudah pasti. "Saya hanya perlu melanjutkan hidup tanpa mereka. Saya yakin, itu yang mereka inginkan."

***

Aku memang berbicara seperti itu dengan amat sangat tenang, seakan sudah yakin. Tapi, begitu dihadapi kenyataan, aku merasa seperti dipukuli habis-habisan dengan tangan kosong. Otakku langsung berhenti bekerja saat itu. Bahkan, rasanya aku seperti tak bernyawa lagi.

"Aisha?"

Pundakku digoyangkan dengan pelan. Mataku berkedip cepat dan aku pun segera tersadar. "Ternyata, saya tidak bisa mengubah masa depan." Aku pun medongak, menatap Kaladin yang perlahan merendahkan tubuhnya untuk mensejajarkan tinggi kami. "Lalu, untuk apa saya harus meramalkannya? Saya tidak bia menyelamatkan Ayah dan Ibu, Tuan Historian, dan kedua Pilar-nya."

Kaladin mengelus-elus kepalaku. "Tidak ada kematian yang bisa dihindari. Kematian adalah takdir."

Memang semua hal yang terjadi di dalam hidup adalah takdir, namun dari semua itu hanya takdir kematian yang tidak bisa dihindari maupun dicegah. Jika sudah waktunya, maka sesuatu yang bernyawa pun akan mati. Baik di kehidupanku yang sekarang, maupun yang lalu, peraturan hidup ini tetaplah sama.

Anehnya, meski Ayah dan Ibu telah meninggal dalam tugasnya bersama seluruh pasukan Historian III, sama sekali tak tertinggal jejak keberadaan mereka di hutan itu. Suasana tetap terlihat tenang, bahkan seperti hutan pad umumnya. Sepertinya, kekuatan Iblis Belzeebub benar-benar mengerikan. Aku tak bisa membayangkan, bagaimana Kaladin, Alaric, Nymeria, dan Hadeon harus menaklukkannya nanti. Kini, mereka sudah menjadi Pilar Historian. Mereka hanya perlu mencari siapa yang terpilih menjadi Historian IV yang harus mereka layani.

"Lalu, apa yang mau kamu lakukan sekarang?" tanya Kaladin.

"Saya akan kembali ke desa untuk menyampaikan kabar ini. Setelah itu, saya mungkin akan melanjutkan usaha Ibu yang mejual obat-obat herbal. Atau, mungkin ... entahlah. Saya belum bisa menentukan. Ini semua terlalu mendadak." Aku terkekeh-kekeh usai menjawabnya. "Lalu, apa kalian akan tetap di sini untuk beberapa hari?" Aku harus mengalihkan topik, karena ekspresi Kaladin terlihat seperti ia akan menangis.

Kaladin tak langsung menjawab, seakan ia sedang memantapkan hati. "Bagaimana kalau kamu ikut kami ke Pulau Tolava. Di sana, kamu bisa bekerja di biara sambil belajar. Kamu juga bisa membantu tabib, kalau kau sudah terbiasa membuat obat-obatan herbal. Bagaimana?"

Tentu saja tawarannya sangat menggiurkan. Tapi, aku yang tidak punya apa-apa ini pasti hanya akan menyusakannya dan yang lainnya. Aku pun masih 10 tahun, meski aku sudah hidup 27 tahun jika ditambah dengan lama aku hidup di kehidupan sebelumnya. Karena itu, alangkah baiknya jika aku tidak menyusahkan siapapun untuk saat ini. Aku pun masih membutuhkan waktu untuk memantapkan hati dan menata kembali pikiranku.

"Terima kasih, Tuan. Tapi, saya harus kembali ke Elsira. Ada banyak hal yang masih harus saya lakukan." Aku pun tersenyum padanya, berharap senyumku bisa menenangkannya yang mengkhawatirkan dan memikirkan nasibku ke depannya.

Kaladin mengangguk. "Kami akan mengantarmu. Karena itu, maukah kamu menunggu dengan bermalam di Leymar satu malam?" tanyanya.

Aku mengangguk. "Baik. Terima kasih, Tuan."

Selagi keempat Pilar itu memeriksa dan menyelidiki kejadian yang menimpa Historian III dan seluruh pasukannya, aku menginap di sebuah penginapan kecil milik sebuah keluarga yang juga membuka usaha restoran. Memang ini bisa disebut kota, karena lebih maju dibanding Elsira. Namun, kota terpencil seperti ini tentu tidak bisa menarik orng-orang untuk berkunjung, sehingga hanya ada satu penginapan di sini. Namun, aku yakin, begitu kabar tentang Dungeon Belzeebub ini telah membunuh Historian III dan seluruh pasukannya, Leymar pasti akan menjadi salah satu destinasi di Alinzan yang akan didatangi setiap petualang dan penyihir.

Bahkan, aku pun sudah bertekad bahwa aku akan mejadi petualang dan menaklukkan dungeon ini untuk membalaskan dendam kematian Ayah dan Ibu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status