Share

Diikuti

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2022-10-31 20:42:38

 “Udah mau pulang, Lyd?” Revan langsung bangkit dari kursinya, ketika Lydia berjalan menuju pintu ruangan sambil melihat ponselnya.

 

 “Yupz. Tapi aku mau cari taksi online dulu.” Lydia menunjukkan ponselnya sambil tersenyum.

 

 “Aku juga sudah mau pulang, gimana kalau sekalian kuantar pulang?” Revan terlihat buru-buru mengambil tas ranselnya. “Kebetulan aku ada bawa helm lebih hari ini.”

 

 Langkah Lydia terhenti untuk menatap rekan kerjanya sebentar. Kalau mau jujur, sebenarnya Lydia kurang nyaman dibonceng oleh lawan jenis yang belum terlalu dekat dengannya. Karena itu dia selalu memilih taksi online dibandingkan ojek. Tapi karena ini masih pertengahan bulan dan keuangannya sedang menurun, Lydia akhirnya mengiyakan.

 

 “Tapi aku gak langsung pulang ke rumah nih. Aku ada janji dulu sama teman-temanku dan sepertinya tempatnya agak jauh.”

 

 “Memangnya di mana?”

 

 Lydia menyebut nama sebuah cafe dan Revan langsung menyanggupi untuk mengantar. Katanya kebetulan dia ada urusan disekitar situ.

 

“Cieh,” goda Kiara tepat sebelum dua orang itu menghilang. Tapi hanya Revan yang menanggapi dengan malu-malu.

 

 “Gak apa kan naik motor butut?” tanya Revan malu-malu.

 

 “Seenggaknya kamu masih punya motor, Van. Daripada aku yang gak punya apa-apa,” balas Lydia menerima helm dari pria itu.

 

 Yah, keluarganya punya satu mobil tua sih. Tapi mobil itu digunakan oleh ibu Lydia untuk pergi bekerja. Tidak mungkin kan dia meminta ibunya saja yang menggunakan taksi online?

 

 Sementara Lydia memakai helmnya, matanya yang masih sangat bagus dan tajam itu bisa melihat Reino dari kejauhan. Tempat parkir motor yang tak begitu jauh dari tempat drop off depan lift, membuat Lydia bisa melihat pria itu keluar dari pintu lift

 

 Sialnya, Reino yang baru mau masuk ke mobil dinasnya, secara tak sengaja menatap ke arah Lydia. Dan tatapan mata mereka bertumbukan, membuat Lydia refleks membuang muka.

 

 “Yuk, Lyd. Buruan naik, biar kita gak kena macet.” Suara Revan membuat Lydia bergegas untuk naik ke boncengan motor rekan kerjanya itu. Ransel pria itu sudah dia taruh di bagian depan, agar penumpangnya tidak merasa sesak.

 

 Lydia duduk dengan canggung di belakang Revan. Dia ingin memegang sesuatu karena takut terjatuh, tapi enggan memeluk Revan atau sekedar memegang ujung jaket pria itu. Dia bahkan tidak pernah semesra itu dengan adik lelakinya, apalagi pria lain kan?

 

 Pilihan Lydia tinggal besi di bagian belakang jok motor dan dia memegangnya tepat sebelum motor Revan melaju. Lydia sempat melihat lagi ke arah Reino dan dia terkejut karena Beruang Kutub itu masih menatapnya, bahkan mengikuti laju motor Revan.

 

 “Udah pegangan kan, Lyd?” Revan berteriak untuk memastikan penumpangnya aman.

 

 “Udah kok,” jawab Lydia setelah berhasil mengatasi keterkejutannya soal Reino tadi.

 

 Wanita muda itu tidak habis pikir kenapa juga mantan suaminya yang dingin itu terus menatapnya. Dia ingin sedikit ge-er, tapi itu juga hal yang tidak mungkin.

 

 “Kamu sering ya hang out sama teman-temanmu?” tanya Revan tidak tahan untuk tidak bicara.

 

 “Lumayan lah,” jawab Lydia singkat.

 

 “Udah lama kalian temanan?”

 

 “Sejak SMA.”

 

 “Boleh gabung makan malam gak?” tanya Revan memberanikan diri.

 

 “Bukannya tadi kamu bilang ada urusan ya?” tanya Lydia dengan bingung.

 

 “Eh, maksudku lain kali,” jawab Revan agak gugup. “Siapa tahu ada yang masih jomblo.”

 

 Vanessa dan Erika masih jomblo sih, tapi sepertinya mereka tidak cocok dengan Revan. “Nanti aku coba tanya deh,” akhirnya Lydia memilih jawaban paling aman.

 

 Dan saat bersamaan, Lydia tidak sengaja melihat ke arah spion motor Revan. Dia mengenali mobil yang berada tepat di belakang mereka sekarang ini. Merasa tidak yakin, Lydia mencoba berbalik. Dan ternyata memang benar mobil Reino berada tepat di belakang mereka.

 

 “Van, bisa cepet dikit gak? Aku sudah agak terlambat nih,” seru Lydia agak panik. Entah apa yang terjadi Lydia merasa bosnya itu sedang mengikutinya.

 

 “Ok,” jawab Revan terdengar santai.

 

***

 

 “Ada apa denganmu?” tanya Vanessa yang sampai bersamaan dengan Lydia. Lydia terlihat buru-buru turun dari motor, sambil melihat sekelilingnya.

 

 “Aku rasa aku diikuti,” bisik Lydia pelan agar tidak didengar Revan.

 

 “Hah?”

 

 “Udah masuk aja dulu deh. Nanti kuceritaiin. By the way, thanks ya Van.” Lydia melambai pada Revan, kemudian menarik Vanessa masuk ke cafe mewah di depannya.

 

 “Ada apa dengan rambut berantakanmu?” tanya Cinta yang sudah duluan datang. Erika juga sudah datang, selisih dua menit dari Vanessa dan Lydia.

 

 “Dia tadi dibonceng entah oleh pria mana dan katanya juga diikuti,” Vanessa yang menjawab. Dan itu mengundang banyak tanya dari semua orang.

 

 Lydia kemudian mulai menceritakan hal aneh yang dilihatnya setelah memesan makanan. Dia kelaparan dan butuh asupan nutrisi sesegera mungkin.

 

 “Kamu yakin diikuti? Siapa tahu kebetulan saja searah,” sahut Erika setelah Lydia selesai bercerita dan mulai makan dengan lahap.

 

 “Masalahnya dia terus menatapiku saat di parkiran. Jelas saja aku curiga,” jawab Lydia setelah berhasil menelan makanannya.

 

 Diantara empat sekawan ini memang Lydia yang punya nafsu makan paling besar. Tapi herannya justru dialah yang paling kurus dan nyaris tak berlekuk. Karena itulah para sahabatnya ini memanggilnya Rata.

 

 “Kamu yakin kamu yang ditatap?” kali ini Cinta yang bertanya.

 

 “Yakin seratus persen. Orang tatapan kami bertemu kok dan kalian tahu penglihatanku sangat bagus,” jawab Lydia amat sangat yakin.

 

 “Tapi kenapa dia mmenatapmu? Katamu waktu di lift juga seperti itu kan?” Erika kembali bertanya karena penasaran.

 

 “Aku yakin dia pasti merasa amat sangat terpuaskan di ranjang tempo hari, makanya dia cari kesempatan untuk memakanmu lagi,” Vanessa yang menjawab dengan gaya yang dibuat-buat.

 

 “Yang benar saja. Jangan aneh-aneh deh.” Lydia mendelik tajam ke arah Vanessa. Menampik kalimat sahabatnya itu.

 

 “Who knows? Siapa tahu dibalik tubuhmu yang biasa saja ini, kamu punya kemampuan luar biasa di atas ranjang. Ya gak sih?” Vanessa tidak akan membiarkan Lydia tenang dan terus mengerjai sahabatnya itu.

 

 Ejekan Vanessa mungkin kadang terdengar menyakitkan, tapi tidak ada satupun dari mereka yang pernah marah. Toh yang dikatakan Vanessa itu biasanya benar dan konteksnya hanya bercanda. Semua orang sudah tahu dan tertawa karena terdengar lucu bagi mereka.

 

 “Tapi aku penasaran deh, Lyd,” seru Cinta yang kali ini tidak tertawa. “Polar Bear-mu itu wujudnya seperti apa sih?”

 

 Lydia tidak langsung menjawab karena perlu memikirkan detailnya terlebih dulu. Dia perlu membayangkan Reino di dalam kepalanya.

 

 “Dia lebih terlihat seperti bule tampan. Rambutnya hitam lebat, tapi tidak legam. Matanya berwarna biru dan tatapannya dingin. Ekspresinya juga agak menyeramkan,” Lydia menerawang.

 

 “Rahangnya tegas, hidungnya tinggi, alisnya juga lebat dan tegas. Kulitnya putih, dadanya bidang dan dia sangat tinggi.”

 

 “Apakah hari ini dia menggunakan jas berwana navy?” tanya Cinta menatap ke satu titik di belakang Lydia.

 

 “Dari mana kau tahu?” tanya Lydia dengan kening berkerut.

 

 “He is truly handsome,” Vanessa menjawab pertanyaan Lydia, tapi sama sekali tidak nyambung.

 

 “Kenapa kalian aneh banget sih?” tanya Lydia bingung. Apalagi ketika Erika mengedikkan dagunya, meminta Lydia untuk  berbalik ke belakang.

 

 Lydia melakukannya karena penasaran. Tapi baru juga beberapa detik, dia berbalik lagi dengan tangan menutupi mulut. Dua meja di belakangnya, Reino terlihat sedang menatapnya sambil makan malam dengan seorang wanita.

 

 

***To Be Continued***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
buaya buntung reino emang
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Tempat Pulang

    “Amadeus Andersen?” Kenzo mengucapkan nama keponakannya yang kedua dengan kedua mata berkedip. “Apa kau ingin anak-anakmu jadi musisi?”Anak kedua Reino yang berjenis kelamin lelaki, baru saja dilahirkan dan lagi-lagi Reino baru terpikirkan soal nama. Alhasil, itu sempat membuat Lydia kesal. Untung saja, nama pemberian Reino cukup bagus. Amadeus. Diambil dari nama komposer terkenal dunia, Wolfgang Amadeus Mozart. Dengan nama anak pertama yang bernama Melody, tentu saja orang-orang akan berpikir kalau Reino ingin anaknya jadi musisi. “Tidak. Aku hanya ingin anak-anakku punya nama dengan tema yang sama.” Reino menjelaskan dengan santai. “Karena yang pertama sudah berhubungan dengan musik, jadi yang kedua pun harus sama.” “Tapi setidaknya tolong jangan membuat nama secara tiba-tiba.” Lydia menegur untuk yang kesekian kali. “Aku kesal karena nama yang sudah kusiapkan malah tidak jadi dipakai.” “Kita bisa memakainya sebagai nama tengah.” Reino memberi ide. “Sudah tidak mungkin. Aktanya

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Maaf

    “Selamat atas kehamilan keduanya. Janinnya sudah berumur hampir empat minggu.” Lydia melongo mendengar apa yang dikatakan dokter barusan. Sungguh, dia sama sekali tidak menyangka akan mendengar kalimat seperti itu karena memang belum ingin menambah momongan. Bukannya Lydia tidak mau tambah anak, tapi rencananya nanti. Mungkin setelah Melody berumur lebih dari setahun atau bahkan setelah anaknya berumur tiga tahun. Namun, ternyata itu semua tidak bisa lagi. Di usia Melody yang ke enam bulan, Lydia sudah hamil lagi. “Makanya aku bilang juga apa?” Lydia menghardik suaminya ketika mereka sudah duduk manis di dalam mobil. “Pakai pengaman. Apa susahnya sih?” “Katanya menyusui itu KB alami kan?” tanya Reino takut-takut. “Jadi kupikir tidak masalah.” “Iya, tapi kan ada syaratnya juga. Kau pikir aku menyusui dua puluh empat jam?” Lydia makin menghardik suaminya. “Sudah kejadian juga. Kita hanya bisa pasrah.” Reino mengatakan kalimat pamungkas itu. Lydia mendesah pelan. Memang sudah tak

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Hamil Lagi

    Waktu berlalu dengan cepat. Setelah pencarian nama yang kilat, kini dua bayi kembar yang diberi nama Meyer dan Meidi itu sudah berusia lima bulan. Hanya berbeda satu bulan kurang dua hari dari keponakan mereka, Melody. Nama mereka bertiga bahkan serupa, bahkan wajah pun agak mirip. Tidak heran kalau mereka bertiga kadang dikira kembar. “Aduh lucunya mereka.” Kenzo memekik senang ketika adik dan keponakannya berkumpul dan bermain bersama. “Kalau kau begitu suka dengan bayi, kenapa tidak segera menikah dan punya anak sendiri?” Lydia geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya itu. Hari ini, Lydia berkunjung ke rumah mamanya. Kebetulan dia sudah agak lama tak berkunjung karena sibuk dan baru saja sembuh dari sakit. Anak-anak dibiarkan bermain di lantai yang sudah dialasi karpet tebal. Tak lupa juga para pengasuh dan pengurus rumah berjaga di sekitar bocah-bocah itu. “Aku suka bayi, tapi masih terlalu muda untuk menikah. Lagi pula, aku baru masuk kerja. Aku harus kumpul banyak uan

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Belum Siap

    “Bagaimana?” Lydia berlarian mendatangi adiknya yang berdiri di depan ruang operasi. Liani sudah diatur akan dirujuk ke rumah sakit mana ketika melahirkan nanti. Letaknya berada di antara rumahnya dan rumah Lydia. Sengaja seperti itu agar bisa memudahkan semua orang. Rumah sakit yang sama dengan Lydia dulu. Lydia bahkan sempat menyusui Melody dulu sebentar, sebelum meninggalkan bayinya dengan mama Clarissa. Untung saja bayinya anteng dan tidak terlalu rewel, sehingga Lydia dan Reino bisa segera ke rumah sakit. “Mama masih di dalam. Dia baru masuk sekitar lima belas menit lalu karena tadi diperiksa dulu,” jelas Kenzo dengan panik. “Tidak apa-apa. Kau tidak perlu sepanik itu. Mama hanya melahirkan.” Lydia mengusap lengan adiknya. “Ya, tapi ... perut mama akan dibedah untuk mengeluarkan dua bocah itu. Itu tetap saja menakutkan.” Kenzo malah bergidik ketika membayangkannya. “Bagaimana nanti kau menemani istrimu melahirkan kalau kau selemah itu?” tanya Reino sambil menggelengkan kepal

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Adik Baru

    “Bagaimana rasanya jadi seorang ibu?” Erika menanyakan hal itu pada Lydia. “Luar biasa,” jawab perempuan yang baru saja melahirkan beberapa minggu lalu itu. “Ternyata cukup menyenangkan.” “Cukup menyenangkan?” tanya Cinta dengan mata melotot. “Memangnya anakmu tidak pernah terbangun tengah malam? Tidak pernah rewel?"“Rewel.” Lydia mengangguk pelan, sambil melihat anaknya yang baru saja tertidur itu. “Tapi kan banyak yang bantuin.” “Yeah, the power of money. Ada pengasuhnya.” Vanessa memutar bola matanya karena gemas. Lydia tertawa cukup keras. Yang dikatakan Vanessa itu memang tidak salah. Reino memang menyewa pengasuh untuk membantu Lydia mengurus Melody. Ada juga mama mertua baik hati yang mau membantu dan Reino juga cukup siaga. Bisa dikatakan hidup Lydia benar-benar nyaman. Dia benar-benar hanya menyusui putrinya dan membantu memakaikan baju. Selebihnya akan dilakukan pengasuh atau mama mertua. “Kalau kau kewalahan, coba ambil pengasuh. Punya dua bayi pasti lebih repot.” L

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Melody Andersen

    “Aku takut.” Lydia terlihat sudah ingin menangis ketika mengatakan itu. “Tidak perlu takut. Kau akan baik-baik saja.” Reino mengecup istrinya yang sudah berganti pakaian dengan jubah operasi yang steril. Yap. Hari ini pada akhirnya ibu hamil itu akan melahirkan dengan prosedur operasi cesar menggunakan metode ERACS. Itu adalah jenis operasi yang bisa membuat Lydia tak perlu tinggal lama di rumah sakit karena pemulihannya lebih cepat. Sebenarnya Lydia ingin mencoba normal, tapi dia tak bisa melakukan itu. Ukuran bayinya terlalu besar, sementara panggulnya agak kecil. Tidak tanggung-tanggung berat bayi dalam kandungan diperikan sudah melebihi tiga koma lima kilo. Itu membuat Lydia kesulitan berjalan selama trisemester akhir.“Kau tidak perlu takut.” Ibu mertua Lydia menenangkan menantunya. “Zaman sudah modern dan alat kedokteran juga sudah canggih. Semua akan aman.” “Aku juga akan mendampingimu.” Reino mengelus lengan istrinya yang makin bertambah gemuk, seiring pertumbuhan si bay

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status