Share

Ucapan Selamat

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2022-10-13 06:56:02

 “Ugh…” Lydia mengernyit kemudian meringis pelan menahan sakit saat bangkit dari toilet duduk, tuk kemudian berjalan ke wastafel.

 

 Setelah mencuci tangan, Lydia menatap pantulan dirinya di cermin. Dengan mata telanjang sekalipun bisa terlihat dengan jelas bintik-bintik merah di area lehernya. Tidak banyak sih, tapi ada satu hal yang paling mencolok.

 

 Di sekitaran pangkal leher Lydia, ada bekas serupa jari yang agak samar. Seolah dirinya pernah dicekik. Dan tak usah ditanya jejak jari siapa itu. Itu adalah milik Reino Andersen.

 

"Ini benar-benar gila. Bagaimana mungkin jadi seperti ini sih? Polar Bear itu nyaris memhunuhku."

 Lydia yang sudah teringat kejadian semalam, jadi merinding. Itu benar-benar malam yang panas dan brutal. Lydia harus ingat untuk menutupi ini sebentar sore, sebelum ibu dan adiknya pulang ke rumah.

 

 “Mau buang hajat aja menderita banget ya Tuhan,” gumam Lydia setelah berhasil kembali berbaring di ranjangnya.

 

 Sumpah demi apapun, Lydia merasa sangat kesakitan sekarang ini. Mana yang katanya surga dunia itu? Pada prosesnya memang enak, tapi kalau sesudahnya sakit begini jelas tidak menyenangkan lagi. Apalagi perut bagian bawah Lydia ikutan sakit.

 

 Lydia berpikir sebentar. Dia sedang menimbang, perlukah dia bertanya pada sahabatnya yang sudah lebih berpengalaman? Siapa tahu saja salah satu dari mereka tahu cara mengatasi rasa sakit ini. Soalnya besok dia sudah harus kembali bekerja lagi. Lydia tidak bisa izin sakit 2 hari tanpa surat keterangan dari dokter.

 

 “Tidak mungkin kan aku dapat pengantar dari dokter kandungan dengan keterangan ‘olahraga’ berlebihan?” gumam Lydia menutup wajahnya dengan bantal.

 

 “Astaga.” Lydia terlonjak kaget karena ponselnya berdering nyaring. Dan dia segera mengangkatnya.

 

 “Ya, halo Ma. Ada apa menelepon?”

 

 “LYDIA,” teriak sang mama keras sekali. Lydia sampai harus menjauhkan ponselnya dari kuping.

 

 “Astaga, Nak. Kamu semalam dari mana aja? Kenapa gak pulang? Kamu tahu betapa syoknya Mama waktu lihat kamar kamu kosong dan masih rapih banget? Mana Mama telepon dari kemarin, tapi kamu gak angkat. Tadi telepon ke kantor katanya kamu tidak masuk kerja.”

 

 “Mama bahkan hampir gak ngantor buat nyariin kamu. Kenzo juga nyaris mama suruh bolos kuliah buat nyari kamu. Bukannya balik telepon, malah kirim chat saja. Seolah gak ada apa-apa.”

 

 “Sorry, Ma,” ringis Lydia pelan. Dia benar-benar lupa menelepon balik ibunya itu. Untung saja Lydia sempat mengirim chat untuk mengabarkan kalau dia sudah di rumah.

 

 “Kamu ke mana saja semalam? Kemarin kan cuma izin lembur.”

 

 Lydia makin meringis karena kebohongan yang dia katakan kemarin. Dia tidak yakin akan diberi izin kalau bilang mau pergi club malam.

 

 “Habis lembur diajak makan bersama teman kantor, Ma. Acara divisiku gitu. Gak enak nolaknya,” jawab Lydia dengan kebohongan lain.

 

 “Terus kenapa gak pulang?”

 

 “Karena kemalaman, aku nginap,” jawab Lydia takut-takut.

 

 Andaikata sang mama menanyakan dia menginap di mana, Lydia pasti tak akan bisa menjawab lagi. Kalaupun dia bisa menjawab, mamanya bisa saja menelepon orang yang disebut namanya itu untuk konfirmasi. Dan kalau itu terjadi, nyawa Lydia bisa melayang.

 

 “Berterima kasihlah pada Erika karena mau menampungmu. Untung kamu punya teman yang baik.”

 

 “Mama menelepon Erika?” tanya Lydia sedikit bingung.

 

 “Tentu saja. Mama menelepon semua temanmu. Dan akhirnya tenang setelah menelepon Erika.”

 

 Lydia bernapas lega. Sahabatnya itu telah menyelamatkan dirinya. Lydia harus ingat menelepon sahabatnya itu untuk berterima kasih, setelah omelan ibunya selesai. Dan sekarang Lydia jadi tahu harus bertanya ke mana.

 

 “Thanks buat bantuannya semalam.”

 

 “Anytime. Tapi kau ke mana sih gak pulang ke rumah? Aku jadi harus bohong sama mamamu biar dia gak panik,” Erika yang penasaran langsung bertanya.

 

 “Gimana ya ngomongnya,” jawab Lydia tiba-tiba saja meragu untuk bertanya pada Erika.

 

 Kalau Lydia bertanya, itu berarti dia harus menceritakan banyak hal. Dan kalau Erika sangat kepo, bisa jadi pernikahan kontraknya pun terpaksa diceritakan. Padahal pada ibunya saja Lydia tidak pernah bercerita.

 

 Erika sih sama sekali tidak memaksa kalau sahabatnya itu tidak mau bicara, tapi Lydia jadi merasa bersalah karena sudah menyusahkan.

 

 “Aku katakanlah berbuat kesalahan semalam,” jawab Lydia ragu-ragu.

 

 “Biar kutebak. One night stand dengan orang asing?”

 

 “Kind of,” jawab Lydia dengan ringisan pelan. Sama sekali tidak kaget Erika bisa menebak dengan tepat.

 

 “Kok kind of? Kau udah punya pacar atau punya FWB?”

 

 “Nope. Aku belum punya pacar atau sejenisnya. Maksudku aku melakukannya dengan seseorang yang kukenal dan... begitulah.”

 

 “Begitulah bagaimana?”

 

 “Dia atasanku dan...”

 

 “Excuse me? Atasan?” Erika memotong kalimat sahabatnya itu.

 

 Lydia mengangguk, kemudian segera sadar kalau dia sedang menelepon dan Erika tidak bisa melihatnya.

 

 “CEO lebih tepatnya.”

 

 Lydia mulai menceritakan beberapa hal terkait pekerjaan. Para sahabatnya sudah tahu hal itu, tapi belum dengan dirinya yang dipanggil bos besar. Kemudian berlanjut ke pertemuan tak disengaja semalam.

 Oh, dan Lydia juga tentu tidak menceritakan adegan panasnya. Dia hanya bercerita soal bekas sidik jari di lehernya.

 

 “Sampai ada sidik jari?”

 

 “Ya. Dan aku juga kesakitan di bagian perut bawah dan di bagian bawah juga.”

 

 “Itu masih normal karena baru pertama kali, tapi sidik jari? It’s truly hard and rough. Tidak heran kalau perutmu sampai sakit. Dia gak kelainan kan?”

 

 “Kelainan seksual gitu? Kalau itu aku tidak tahu,” jawab Lydia jujur. Dia nyaris tidak pernah berinteraksi dengan Reino, bagaimana bisa dia tahu?

 

 “Kalau pun ada itu bukan urusanmu lagi. Kau berniat menghindarinya kan?”

 

 “Yah. Sebisa mungkin.”

"Ya udah. Artinya kau tidak perlu pusing dengan hal lain. Fokus saja pada dirimu sendiri."

"Kuharap juga bisa seperti itu," balas Lydia terdengar lesu sekali. " Soalnya dia kan bosku. Bukan tidak mungkin kami papasan lagi."

"Asal dia tidak mengajakmu bercinta seperti Mr. Grey di Fifty Shades."

"Jangan gila dong."

 

 Setelah pembicaraan lumayan panjang, Erika mengakhiri pembicaraan dengan menyuruh sahabatnya istirahat. Hanya itu saja, tidak ada lagi yang lain. Dan Lydia juga lupa memberitahu Erika untuk merahasiakan ini dari yang lainnya.

 

 Sayangnya Lydia melupakan satu hal. Hal seperti ini, nyaris tidak pernah menjadi rahasia diantara para sahabatnya. Itu juga yang dipikirkan oleh Erika saat mengirimkan pesan di grup chat mereka.

 

 “Astaga Erika,” teriak Lydia begitu membaca pesan teks sahabatnya itu.

 

 [Erika Bego: Congrats untuk Si Rata yang akhirnya berhasil melepas virginity.]

 

***To Be Continued***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
ngakakkkk juga liat tingkah lidia
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Tempat Pulang

    “Amadeus Andersen?” Kenzo mengucapkan nama keponakannya yang kedua dengan kedua mata berkedip. “Apa kau ingin anak-anakmu jadi musisi?”Anak kedua Reino yang berjenis kelamin lelaki, baru saja dilahirkan dan lagi-lagi Reino baru terpikirkan soal nama. Alhasil, itu sempat membuat Lydia kesal. Untung saja, nama pemberian Reino cukup bagus. Amadeus. Diambil dari nama komposer terkenal dunia, Wolfgang Amadeus Mozart. Dengan nama anak pertama yang bernama Melody, tentu saja orang-orang akan berpikir kalau Reino ingin anaknya jadi musisi. “Tidak. Aku hanya ingin anak-anakku punya nama dengan tema yang sama.” Reino menjelaskan dengan santai. “Karena yang pertama sudah berhubungan dengan musik, jadi yang kedua pun harus sama.” “Tapi setidaknya tolong jangan membuat nama secara tiba-tiba.” Lydia menegur untuk yang kesekian kali. “Aku kesal karena nama yang sudah kusiapkan malah tidak jadi dipakai.” “Kita bisa memakainya sebagai nama tengah.” Reino memberi ide. “Sudah tidak mungkin. Aktanya

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Maaf

    “Selamat atas kehamilan keduanya. Janinnya sudah berumur hampir empat minggu.” Lydia melongo mendengar apa yang dikatakan dokter barusan. Sungguh, dia sama sekali tidak menyangka akan mendengar kalimat seperti itu karena memang belum ingin menambah momongan. Bukannya Lydia tidak mau tambah anak, tapi rencananya nanti. Mungkin setelah Melody berumur lebih dari setahun atau bahkan setelah anaknya berumur tiga tahun. Namun, ternyata itu semua tidak bisa lagi. Di usia Melody yang ke enam bulan, Lydia sudah hamil lagi. “Makanya aku bilang juga apa?” Lydia menghardik suaminya ketika mereka sudah duduk manis di dalam mobil. “Pakai pengaman. Apa susahnya sih?” “Katanya menyusui itu KB alami kan?” tanya Reino takut-takut. “Jadi kupikir tidak masalah.” “Iya, tapi kan ada syaratnya juga. Kau pikir aku menyusui dua puluh empat jam?” Lydia makin menghardik suaminya. “Sudah kejadian juga. Kita hanya bisa pasrah.” Reino mengatakan kalimat pamungkas itu. Lydia mendesah pelan. Memang sudah tak

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Hamil Lagi

    Waktu berlalu dengan cepat. Setelah pencarian nama yang kilat, kini dua bayi kembar yang diberi nama Meyer dan Meidi itu sudah berusia lima bulan. Hanya berbeda satu bulan kurang dua hari dari keponakan mereka, Melody. Nama mereka bertiga bahkan serupa, bahkan wajah pun agak mirip. Tidak heran kalau mereka bertiga kadang dikira kembar. “Aduh lucunya mereka.” Kenzo memekik senang ketika adik dan keponakannya berkumpul dan bermain bersama. “Kalau kau begitu suka dengan bayi, kenapa tidak segera menikah dan punya anak sendiri?” Lydia geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya itu. Hari ini, Lydia berkunjung ke rumah mamanya. Kebetulan dia sudah agak lama tak berkunjung karena sibuk dan baru saja sembuh dari sakit. Anak-anak dibiarkan bermain di lantai yang sudah dialasi karpet tebal. Tak lupa juga para pengasuh dan pengurus rumah berjaga di sekitar bocah-bocah itu. “Aku suka bayi, tapi masih terlalu muda untuk menikah. Lagi pula, aku baru masuk kerja. Aku harus kumpul banyak uan

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Belum Siap

    “Bagaimana?” Lydia berlarian mendatangi adiknya yang berdiri di depan ruang operasi. Liani sudah diatur akan dirujuk ke rumah sakit mana ketika melahirkan nanti. Letaknya berada di antara rumahnya dan rumah Lydia. Sengaja seperti itu agar bisa memudahkan semua orang. Rumah sakit yang sama dengan Lydia dulu. Lydia bahkan sempat menyusui Melody dulu sebentar, sebelum meninggalkan bayinya dengan mama Clarissa. Untung saja bayinya anteng dan tidak terlalu rewel, sehingga Lydia dan Reino bisa segera ke rumah sakit. “Mama masih di dalam. Dia baru masuk sekitar lima belas menit lalu karena tadi diperiksa dulu,” jelas Kenzo dengan panik. “Tidak apa-apa. Kau tidak perlu sepanik itu. Mama hanya melahirkan.” Lydia mengusap lengan adiknya. “Ya, tapi ... perut mama akan dibedah untuk mengeluarkan dua bocah itu. Itu tetap saja menakutkan.” Kenzo malah bergidik ketika membayangkannya. “Bagaimana nanti kau menemani istrimu melahirkan kalau kau selemah itu?” tanya Reino sambil menggelengkan kepal

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Adik Baru

    “Bagaimana rasanya jadi seorang ibu?” Erika menanyakan hal itu pada Lydia. “Luar biasa,” jawab perempuan yang baru saja melahirkan beberapa minggu lalu itu. “Ternyata cukup menyenangkan.” “Cukup menyenangkan?” tanya Cinta dengan mata melotot. “Memangnya anakmu tidak pernah terbangun tengah malam? Tidak pernah rewel?"“Rewel.” Lydia mengangguk pelan, sambil melihat anaknya yang baru saja tertidur itu. “Tapi kan banyak yang bantuin.” “Yeah, the power of money. Ada pengasuhnya.” Vanessa memutar bola matanya karena gemas. Lydia tertawa cukup keras. Yang dikatakan Vanessa itu memang tidak salah. Reino memang menyewa pengasuh untuk membantu Lydia mengurus Melody. Ada juga mama mertua baik hati yang mau membantu dan Reino juga cukup siaga. Bisa dikatakan hidup Lydia benar-benar nyaman. Dia benar-benar hanya menyusui putrinya dan membantu memakaikan baju. Selebihnya akan dilakukan pengasuh atau mama mertua. “Kalau kau kewalahan, coba ambil pengasuh. Punya dua bayi pasti lebih repot.” L

  • Ex-Husband After Divorce   Ekstra-Melody Andersen

    “Aku takut.” Lydia terlihat sudah ingin menangis ketika mengatakan itu. “Tidak perlu takut. Kau akan baik-baik saja.” Reino mengecup istrinya yang sudah berganti pakaian dengan jubah operasi yang steril. Yap. Hari ini pada akhirnya ibu hamil itu akan melahirkan dengan prosedur operasi cesar menggunakan metode ERACS. Itu adalah jenis operasi yang bisa membuat Lydia tak perlu tinggal lama di rumah sakit karena pemulihannya lebih cepat. Sebenarnya Lydia ingin mencoba normal, tapi dia tak bisa melakukan itu. Ukuran bayinya terlalu besar, sementara panggulnya agak kecil. Tidak tanggung-tanggung berat bayi dalam kandungan diperikan sudah melebihi tiga koma lima kilo. Itu membuat Lydia kesulitan berjalan selama trisemester akhir.“Kau tidak perlu takut.” Ibu mertua Lydia menenangkan menantunya. “Zaman sudah modern dan alat kedokteran juga sudah canggih. Semua akan aman.” “Aku juga akan mendampingimu.” Reino mengelus lengan istrinya yang makin bertambah gemuk, seiring pertumbuhan si bay

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status