Home / Romansa / Ex Toxic / Lari dari Kenyataan Terburuk dan Viona Selamat dari Kejaran Axel

Share

Lari dari Kenyataan Terburuk dan Viona Selamat dari Kejaran Axel

Author: BluishYe
last update Last Updated: 2023-02-13 15:55:58

Suasana mencekam saat Armand menarik Viona untuk pergi dari situ. Tiba-tiba Axel merasa sangat tidak terima dan seperti direndahkan oleh tindakan Armand. Ia pun tiba-tiba menghempaskan tangan Armand dan menonjoknya.

"Apa yang kau lakukan?" seru Axel dengan marah.

"Aku hanya ingin membantu," jawab Armand dengan tenang.

"Aku tidak butuh bantuanmu," balas Axel sambil memegang dadanya.

"Tinggalkan dia," ujar Axel dengan nada marah.

"Kau tidak berhak membuat keputusan atas hidup orang lain," balas Armand sambil memegang lengan Viona.

"Aku bilang tinggalkan dia!" seru Axel dengan nada yang semakin keras.

Armand menghela nafas dan akhirnya membiarkan Viona diambil oleh Axel dan teman-temannya. Ia hanya bisa berdiri dan melihat kepergian Viona dengan perasaan sedih dan kesal. Ia berharap bisa melakukan sesuatu untuk membantu Viona, namun ia tahu ia sendirian tidak mampu melawan Axel dan teman-temannya.

Ketika Armand melihat Axel menarik Viona dengan kasar, dia langsung naik pitam. "Hei, lepaskan dia!" bentak Armand pada Axel.

Axel memandang Armand dengan mata berapi. "Apa kau pikir kau berbicara padaku?" tanya Axel dengan nada rendah.

Armand membalas dengan berani, "Ya, aku sedang berbicara padamu. Dan aku tidak akan membiarkanmu memperlakukannya dengan semena-mena."

Axel merasa direndahkan dan merasa terpanggil untuk membela diri. Ia menonjok Armand dengan keras.

Armand terjatuh ke lantai dan segera bangkit kembali.

"Baiklah, kalau begitu mari kita adu hantam!" ujar Armand dengan nada tegas

Axel merasa sangat tidak terima saat Armand menghina perilakunya yang membuat Viona mabuk. Matanya berapi-api dan tangannya memukul-mukul udara. "Apa kau pikir kau bisa membicarakan wanitaku seperti itu? Kau tidak tahu apa-apa tentang kami!", teriaknya dengan suara yang tidak terkendali.

Armand tidak takut pada amarah Axel, ia malah memandang sinis. "Aku tidak perlu tahu apa-apa tentang kalian. Aku bisa melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana kalian memperlakukan wanita dengan tidak sopan dan membuatnya mabuk!"

Axel tidak bisa menerima jawaban Armand. Ia merasa seolah-olah dirinya dan Viona dicemarkan oleh tuduhan Armand. Ia tidak bisa membiarkan tuduhan itu terlalu jauh dan langsung menonjok Armand. "Apa kau tidak tahu kau sedang berbicara dengan siapa?!", teriaknya sambil menggebu-gebu.

Armand tidak terima juga, ia merasa Axel tidak menghargai dirinya dan langsung membalas serangan. Kedua lelaki itu terjebak dalam adu hantam yang sangat intens, mereka saling memukul dan meneriaki dengan suara keras.

Tempat itu penuh dengan suara bentakan dan teriakan. Beberapa tamu klub bahkan berdiri dari meja mereka untuk melihat adu hantam itu.

Akhirnya, Axel berhasil membungkam Armand dengan pukulan keras. Armand terjatuh ke lantai dan Axel berdiri di atasnya dengan wajah penuh takabur.

"Siapa yang berani menghinaku sekarang?!" ujar Axel dengan suara membuncah.

Axel melihat sekeliling dan menyadari bahwa Viona tidak ada di sekitarnya. Ia lengah karena terpancing emosi dengan Armand, dengan amarah yang kembali memuncak, ia langsung mendekat ke arah teman-temannya. Mereka terlihat santai saja dan tidak peduli dengan dirinya.

Axel berteriak pada teman-temannya, "Bagaimana kalian bisa membiarkan dia pergi?! Kalian tahu betapa susahnya aku mendapatkan dia!"

Teman-temannya saling berpandangan dan bingung. Salah satu dari mereka berkata, "Kami tidak tahu dia akan kabur secepat itu, kami pikir dia hanya pergi ke kamar mandi."

Axel memukul meja keras-keras. "Sudahlah, kita harus mencari dia sekarang. Ke mana dia pergi?"

***

Sementara itu sedang berusaha untuk menyelamatkan diri dari situasi yang sangat menakutkan. Ia berjalan dengan terhuyung-huyung, merasa mabuk dan sangat takut. Ia berusaha untuk menemukan taksi, tetapi jalanan yang sepi membuat hal itu sangat sulit.

Sebelumnya Viona merasa kalau situasi ini akan memburuk dan dia tidak ingin terlibat dalam masalah. Ia berusaha untuk berpindah tempat dan mencari jalan keluar dari klub. Namun, sepertinya gerombolan orang yang sedang berjoget membuat jalan keluarnya menjadi semakin sulit.

Viona merasa kalau teman-teman Axel akan mengetahui jika ia berusaha untuk pergi. Ia tidak ingin membuat masalah lebih besar lagi dan dia tidak ingin Axel marah padanya. Ia berusaha untuk melalui gerombolan orang dengan berjalan selangkah demi selangkah. Namun, karena efek dari minumannya yang membuat dirinya mabuk, ia kesulitan untuk berjalan dan beberapa kali hampir jatuh.

Viona berusaha untuk tidak memperhatikan Axel dan Armand. Ia tidak ingin terlibat dalam pertengkaran mereka dan hanya ingin pergi dari situasi ini secepat mungkin. Ia berusaha untuk fokus dan berjalan dengan mantap, namun karena mabuk, ia kesulitan untuk menjaga keseimbangan. Ia berharap kalau segera bisa menemukan jalan keluar dan pulang ke rumah secepat mungkin.

Dalam perjalanan, ia bertemu seorang pengemudi taksi. "Permisi, bisa saya minta tolong mengantarkan saya pulang?" Viona berkata dengan suara gemetar.

Pengemudi taksi itu memandang Viona dengan kasihan. "Tentu saja, saya bisa membantumu."

Viona merasa sangat lega dan bersyukur. Ia berbaring di belakang taksi dan tertidur.

Sementara itu, Axel dan teman-temannya bergegas untuk mencari Viona. Mereka mencari di segala arah, tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Viona.

"Sudahlah, ini sudah sia-sia. Kita harus pulang," kata salah satu dari teman-temannya.

Sedangkan Viona saat ini sedang di jalan dan telah membuka matanya setelah tertidur sebentar, ia menatap ke arah luar yang sudah dekat dengan rumahnya.

Akhirnya ia bisa segera pulang setelah melewati perjalanan yang menakutkan. Sopir taksinya pergi turun dari mobil dan membuka pintu untuknya. Ia berusaha untuk berdiri dan membayar taksi.

"Terima kasih banyak," ucap Viona sambil memberikan uang kepada sopir taksi.

Sopir taksi mengangguk dan tersenyum. "Sama-sama. Semoga sehat selalu," ujarnya sebelum kembali ke mobil dan pergi meninggalkan Viona.

Viona menghela nafas dan berusaha untuk berjalan ke pintu rumah. Ia membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. Beberapa kali ia harus terjatuh karena efek dari alkohol tadi, ia jadi susah untuk pergi ke kamarnya yang berada di lantai atas. Saat memasuki kamar, ia menangis sejadi-jadinya.

"Aku merasa sangat takut dan tertekan," gumam Viona sambil menangis. Sekujur tubuhnya terasa sakit karena telah beberapa kali terjatuh. Ia masih bisa merasakan tamparan Axel yang dengan teganya menampar dirinya, hari ini terasa begitu berat baginya.

Ia merasa terpukul karena semua yang terjadi padanya. Ia merasa sangat lelah dan ingin segera berbaring dan tertidur. Namun, ia masih terlalu mabuk dan merasa sangat tidak nyaman.

Viona mencoba untuk berbaring dan tertidur, namun ia terus menangis. Ia merasa sangat sendirian dan terpukul. Ia berharap ada seseorang yang bisa membantunya dan menghibur hatinya. Namun, ia hanya bisa menangis dan berharap untuk lebih baik lagi di kemudian hari.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ex Toxic   Sumber Masalah

    Viona masih berdiri di tempatnya, merenungkan apa yang baru saja terjadi. Tatapan kosongnya tertuju pada pintu ruang UGD tempat Armand tadi masuk. Ia masih terbayang ekspresi khawatir di wajah Armand saat mereka saling pandang, seolah-olah dia ingin berkata sesuatu.Namun, pemikirannya terganggu saat seseorang mendekatinya. Ia memalingkan pandangan dan melihat seorang pria muda dengan wajah familiar. Pria itu mengenali Viona dan tersenyum."Viona, bukan? Perkenalkan saya Adrian, karyawan Pak Armand" tanya pria tersebut, dan Viona mengangguk, mengenali namanya sebagai Adrian."Iya, betul. Apa kabar, Adrian?" jawab Viona dengan senyum tipis.Adrian mengangguk, tetapi ekspresinya terlihat cemas. "Saya ingin minta maaf jika saya tadi terlihat agak panik. Saya hanya kaget melihat Armand."Viona mencoba untuk memahami situasi. "Tidak apa-apa, Adrian. Tetapi apa yang sebenarnya terjadi dengan Armand? Mengapa sampai dia bisa pingsan seperti itu?"Ad

  • Ex Toxic   Beban Pikiran

    Beberapa saat kemudian, Armand perlahan-lahan membuka matanya. Ia merasa terbaring di tempat tidur kamarnya, merasa masih sangat lemah. Matanya melirik sekitar, mencari tahu apakah ada yang di sekitarnya.Namun, kamarnya kosong. Tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya cahaya matahari yang redup masuk melalui jendela, menyoroti keadaan kamarnya yang sepi.Armand merasa bingung. Bagaimana dia bisa tiba-tiba pingsan dan berakhir di sini? Apa yang terjadi padanya?Dengan susah payah, Armand meraih ponselnya yang berada di meja samping tempat tidur. Ia meraihnya dengan tangan gemetar, dan melihat layar ponsel yang memancarkan cahaya terang. Berita tentang insiden di kantor dan cerita palsu yang melibatkan Viona dan Axel menarik perhatiannya. Armand merasa campur aduk, tidak percaya bahwa hal semacam ini bisa terjadi.Saat ia merenungkan berita itu, tiba-tiba ia merasakan pusing yang semakin hebat. Pandangannya menjadi semakin kabur, dan tubuhnya terasa panas. Ia

  • Ex Toxic   Beralih Tangan

    Pak Agus meletakkan tumpukan berita di depan Viona, termasuk yang berisi cerita palsu tentang kejadian di kantor mereka. "Aku yakin kamu sudah melihat berita ini."Viona mengangguk lagi, mencoba untuk tetap tenang meskipun perasaannya makin tegang. "Ya, Pak. Saya melihatnya."Pak Agus menatap Viona dengan tajam, dan Viona merasa seolah-olah ia tengah diuji. "Apakah kamu tahu sesuatu tentang ini, Viona? Apakah kamu terlibat dalam cerita ini?"Viona terkejut dengan pertanyaan tersebut. Tatapannya berpindah-pindah, mencari kata-kata yang tepat. "Tidak, Pak. Saya sama sekali tidak terlibat dalam ini. Saya tidak tahu darimana cerita itu berasal."Pak Agus menghela nafas panjang, matanya menatap tajam Viona. "Viona, saya sudah mencoba memberikanmu kesempatan untuk menjelaskan beberapa kali. Tapi sepertinya situasi ini semakin berlarut-larut dan mempengaruhi nama baik perusahaan."Viona terdiam, merasa keringat dingin mulai mengalir di punggungnya. "Pak A

  • Ex Toxic   Berita Viral

    Axel merasa tekanan semakin bertambah saat wartawan mulai mendekat. Dalam sekali gerakan, Axel dan Dila harus menjalankan perannya dengan baik atau rencana busuk mereka akan jatuh ke dalam kekacauan. Dalam perasaan khawatir dan panik, mereka mendekati wartawan yang menanti dengan penuh minat."Maaf, apakah kami dapat memberikan sedikit klarifikasi mengenai kejadian saat itu?" tanya wartawan tersebut.Axel tersenyum tipis, berbicara dengan nada yang tenang dan meyakinkan. "Tentu saja. Kami sepertinya memiliki kesalahpahaman besar tentang kejadian sebelumnya."Dila mengangguk setuju, berusaha memperlihatkan ekspresi kaget dan terkejut. "Benar, kami sebenarnya sedang membahas proyek kita yang berlangsung dengan sangat sibuk. Tidak sengaja melewati depan kamar mandi, kami melihat Viona dan Armand masuk bersamaan, tetapi kami tidak punya niat untuk mengintip atau sejenisnya."Dila mengangguk, berusaha memainkan perannya dengan baik. "Kami hanya melihat sekilas

  • Ex Toxic   Semua Demi Judi

    Armand memasuki rumahnya dengan langkah hati-hati, masih merasakan sedikit kelemahan setelah perjalanan. Ia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, membiarkan air hangat mengalir menenangkan tubuhnya. Tetapi meskipun air hangat itu menyentuh kulitnya, kekhawatiran dan pemikiran yang berputar di kepalanya tidak begitu saja hilang.Dengan handuk di tangan, ia duduk di tepi tempat tidur dan memandang ke luar jendela. Langit senja menggambarkan warna-warna yang hangat, tapi dalam hatinya, ada rasa gelisah yang belum reda. Ia tahu ada banyak tanggung jawab yang menanti di depan, dan pemikiran tentang tugas-tugas yang harus dihadapinya mulai mengganggu pikirannya.Seiring mata Armand mulai terpejam, ia merenungkan tentang hubungannya dengan Pak Budi, sopir setianya. Bagaimana kesetiaan dan perhatian Pak Budi telah memberikan kenyamanan selama perjalanan. Itu mengingatkannya bahwa di tengah hiruk-pikuk tugas dan tanggung jawab, ada juga manusia-manusia baik yang me

  • Ex Toxic   Pusing Tujuh Keliling

    Viona duduk di meja kerjanya, sambil menatap layar laptopnya dengan wajah tegang. Beberapa berita di media sosial masih membicarakan tentang peristiwa sebelumnya dan mencampuradukkan fakta dengan spekulasi. Ia melihat banyak komentar yang mencela Armand, mengaitkan dirinya dengan permasalahan yang tidak ada kaitannya sama sekali. Rasa bersalah dan prihatin muncul dalam diri Viona.Sambil menggigit bibirnya, Viona memutuskan untuk memberanikan diri dan menulis komentar di salah satu artikel yang menyinggung Armand."Maafkan saya, tetapi saya ingin mengklarifikasi bahwa Armand tidak ada kaitannya dengan masalah tersebut. Mari kita hormati privasi dan fokus pada hal-hal yang lebih positif," tulis Viona dengan hati-hati.Tak lama setelah komentarnya terkirim, beberapa komentar positif mulai muncul dari netizen yang mendukung pandangan Viona. Namun, ada juga yang tetap skeptis dan masih mempertanyakan keterlibatan Armand.***Armand duduk di meja kerjan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status