Viona terbangun dengan wajah sebam, ia masih merasakan efek dari obat bius yang diberikan kepadanya semalam. Ia berusaha untuk bangkit dari tempat tidur dan melihat ke sekitarnya, ia mengingat kejadian semalam yang membuatnya merasa sangat sedih dan tertekan. Ia mengingat bagaimana mantan pacarnya, Axel, membuatnya mabuk dan membawanya ke klub malam.
Viona merasa kotor, ia merasa seolah-olah dirinya hampir dilecehkan oleh Axel. Ia berusaha untuk menghapus pikiran-pikiran tersebut dan berfokus pada bagaimana ia bisa segera membersihkan dirinya dan memulai hari baru. Ia mandi dan berpakaian, ia berusaha untuk membuat dirinya merasa lebih baik dan siap untuk menghadapi hari.Ia berjalan menuju dapur dan duduk di meja makan. Ia memandang keluar jendela dan berusaha memikirkan cara untuk melupakan semua ini. Tiba-tiba, ia memutuskan untuk menghapus semua media kontak untuk Axel. Ia mengambil ponselnya dan membuka aplikasi kontak. Satu per satu, ia menghapus nomor telepon, akun media sosial, dan semua hal yang bisa membuat Axel bisa menghubunginya lagi.Viona memutuskan untuk tidak membawa masalah dengan Axel ke dunia kerjanya. Ia ingin membuktikan bahwa ia adalah seorang profesional dan dapat mengatasi masalah pribadi dengan baik. Ia memiliki tujuan dan impian yang besar dan ia tidak ingin hal-hal seperti ini menghalangi jalannya. Ia bertekad untuk tidak terjebak dalam masalah dengan Axel dan mengabaikan semua perasaan buruk yang ia miliki.***Viona adalah seorang pekerja yang bekerja di sebuah perusahaan besar. Ia sangat dikenal oleh rekan kerjanya dan atasannya. Viona memiliki kepribadian yang ramah dan senang menolong orang lain, sehingga ia sangat populer di sekantor.Viona memiliki wajah yang sangat cantik dan mempesona. Ia selalu tampil elegan dan rapi setiap hari. Ia selalu memperhatikan detail dan memastikan bahwa ia memperlihatkan wajah terbaiknya saat hadir di kantor. Beberapa orang bahkan mengagumi kecantikan wajah Viona.Viona memiliki tugas yang sangat penting saat ada klien dari luar datang untuk melakukan presentasi. Ia bertugas sebagai presenter dan mempresentasikan produk dan layanan perusahaan kepada klien. Ia memiliki kemampuan berbicara yang baik dan sangat menguasai materi presentasi. Oleh karena itu, ia selalu dipilih untuk melakukan presentasi saat ada klien dari luar datang. Ia membuat presentasi yang menarik dan membuat klien merasa tertarik dengan produk dan layanan perusahaan.Viona sedang sibuk mengerjakan presentasi terbarunya ketika ia mendengar suara seseorang memanggil namanya. Ia menoleh dan melihat seorang rekan kerjanya, Rina, berdiri di samping mejanya."Viona, bos ingin bicara denganmu," kata Rina. Viona mengangguk dan bergegas mengikuti Rina. Saat mereka berjalan menuju ruang bos, Rina memandang Viona dengan pandangan penuh kagum."Kau selalu saja mencengangkan, Viona. Bagaimana kau bisa membuat presentasi yang sangat mengagumkan?" tanya Rina. "Terima kasih, Rina. Sama-sama saja, kita bekerja keras untuk mencapai target perusahaan," jawab Viona sopan.Rina tersenyum. "Ya, memang. Tapi kau benar-benar spesial, Viona. Kau telah menaikkan profit perusahaan dengan presentasi-presentasimu. Aku benar-benar ingin menjadi sepertimu." Viona tersenyum ramah. "Terima kasih, Rina. Tapi kita semua bisa menjadi seperti ini jika kita bekerja keras dan memiliki tekad yang kuat." Mereka sampai di ruang bos dan Viona bergegas masuk untuk melaporkan tugas barunya. Namun, percakapan dengan Rina tadi membuatnya merasa bahagia dan memotivasi. Ia memang dikenal sebagai pekerja handal di kantor dan berusaha untuk selalu memberikan yang terbaik bagi perusahaan.***Viona duduk di meja kerjanya sambil membaca laporan terbarunya. Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dan Bosnya, Mr. Adit, masuk. Viona langsung berdiri dan menyambutnya."Viona, aku membutuhkanmu untuk mempersiapkan presentasi besok. Kita memiliki klien baru yang berasal dari perusahaan besar dan aku ingin kau yang menangani ini," ucap Bosnya.Viona mengangguk setuju. "Baik, Bos. Siapkan saya dengan detail tugas dan presentasi apa yang harus saya siapkan.""Klien ini bergerak di bidang teknologi dan mereka ingin melihat bagaimana kita bisa bekerjasama dengan mereka. Jadilah yang terbaik, Viona. Ini adalah kesempatan besar bagi perusahaan kita," ujar Bosnya.Viona tersenyum. "Saya akan berusaha yang terbaik, Bos. Terima kasih sudah mempercayakan tugas ini pada saya."Bosnya tersenyum. "Saya yakin kau bisa melakukannya, Viona. Sekarang, aku harus pergi. Tugas lain menunggu."Viona kembali duduk dan mulai mempersiapkan presentasi terbarunya. Ia merasa sangat senang karena diberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Ia yakin akan bisa membawa perusahaan ke tingkat yang lebih tinggi.Viona memasuki tempat kerjanya dengan langkah yang cepat dan penuh semangat. Ia baru saja diterima tugas baru dari bosnya dan merasa sangat bahagia. Ia berpikir bahwa ini adalah kesempatan baginya untuk menunjukkan kemampuannya dan menaikkan profit perusahaan lagi.Saat ia sampai di meja kerjanya, ia ditemui oleh Rina, rekan kerjanya. "Viona, kamu terlihat sangat bahagia hari ini," kata Rina sambil tersenyum.Viona membalas senyumannya dan menjawab, "Ya, aku baru saja diterima tugas baru dari bosku. Aku akan mempersiapkan presentasi untuk klien terbaru dari perusahaan besar."Rina terlihat sangat senang. "Wah, itu luar biasa! Kamu benar-benar meningkatkan performa perusahaan. Aku benar-benar kagum padamu."Viona tersenyum kecut. "Terima kasih, Rina. Tapi ini semua berkat kerja keras dan dukunganmu."Rina memegang bahu Viona. "Kamu memang hebat, Viona. Aku sangat yakin bahwa kamu akan membawakan presentasi yang sangat bagus. Aku akan selalu ada di sampingmu untuk memberikan dukungan."Viona merasa sangat terharu dengan ucapan Rina. Ia merasa sangat beruntung memiliki rekan kerja seperti Rina yang selalu ada untuk menyemangatinya. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk membuat presentasi terbaik yang pernah ia lakukan dan membuktikan kepada semua bahwa ia memang pekerja yang handal dan berbakat.Viona langsung duduk di kursinya dan segera memulai tugas barunya. Ia membuka laptopnya dan mengeluarkan semua bahan yang dibutuhkan untuk membuat presentasi. Ia merasa sangat fokus dan ingin mengerjakan pekerjaannya dengan baik.Saat Rina masuk ke ruangan, ia terlihat sangat kaget melihat Viona masih duduk di depan laptopnya. "Viona, kenapa kamu masih disini? Apa kamu tidak makan siang? Sudah sore!" kata Rina.Viona membalikkan pandangannya dan tersenyum kecil. "Aku tidak punya waktu, Rina. Tugasku sangat penting dan aku harus selesai secepat mungkin." jawab Viona.Rina menganggukkan kepalanya dan memahami. "Baiklah, aku akan membiarkanmu bekerja. Tapi jangan terlalu membebani diri, ya." kata Rina dengan senyumnya.Viona kembali ke pekerjaannya dan tidak beranjak dari kursinya hingga malam hari. Ia sangat lega ketika pekerjaannya selesai dan dia merasa sangat puas dengan hasilnya. Namun, perutnya sudah sangat keroncongan dan dia merasa sangat lapar. Ia bergegas keluar dari kantor dan memutuskan untuk makan malam di restoran terdekat.Viona dan atasannya segera masuk ke dalam ruangan meeting. Semua hal yang dibutuhkan nanti sudah siap di dalam tas yang di bawanya. Viona menatap mantap pintu di depannya, sebuah kesempatan emas yang sangat berharga dan hari ini ia akan menunjukkan yang terbaik.“Selamat pagi semuanya!” ujar Viona dengan bangga sembari membungkuk ke depan. Ia tidak melihat siapa saja yang ada di sana, pikirannya berisi banyak hal hingga ia susah untuk bergerak.“Hahaha, aku tahu kau akan sesemangat ini,” ujar atasannya sembari menepuk pundaknya untuk menyadarkannya.Viona langsung bangkit dan menyadari ruangan tersebut masih sepi, hanya ada dirinya dan bosnya saja di sini. Pipinya langsung memerah, ia terlalu menunjukkan ekspresi yang berlebihan, langsung saja ia mengekori bosnya saat ini yang masih tertawa atas kelakuannya.“Ingat, klien kali ini itu sangat penting, jangan sampai kita gagal mendapatkannya,” ujar atasannya memberi tahu. Viona mengangguk mantap, ia akan berusaha semaksimal mungkin memba
Viona merasa sedikit was-was mendengarnya, "Saya mengerti, Pak Armand. Saya akan bekerja keras dan menunjukkan kinerja yang lebih baik lagi.""Bagaimana kamu bisa meyakinkan saya bahwa proyek ini bisa berjalan dengan lancar?" tanya Armand dengan suara tegas.Viona membalas dengan percaya diri, "Saya telah menyusun proposal yang lengkap dan saya yakin bahwa dengan pengalaman saya dalam bidang ini, proyek ini akan berjalan dengan sukses."Armand menatap Viona dengan ketat, "Saya tidak mudah untuk diyakinkan, Viona. Saya butuh bukti konkret bahwa proyek ini bisa berjalan sesuai rencana."Viona mengambil nafas dalam-dalam sebelum menjawab, "Saya siap memberikan bukti konkret yang Anda butuhkan, Pak Armand. Saya memahami bahwa proyek ini adalah proyek yang penting dan saya akan bekerja dengan keras untuk memastikan keberhasilannya."Armand menatap Viona dengan serius, "Baiklah. Saya akan memberikan kesempatan pada kamu dan timmu. Namun, ingatlah bahwa saya mengharapkan hasil yang terbaik da
Viona tersenyum, "Saya yakin saya dapat memisahkan masalah pribadi dan pekerjaan. Saya selalu mengutamakan kinerja saya dalam pekerjaan dan tidak akan membiarkan masalah pribadi mengganggu proyek ini."Armand mengangguk, "Bagus, saya senang mendengarnya. Saya percaya kamu bisa menangani proyek ini dengan baik. Selamat, kamu berhasil mendapatkan proyek ini."Viona merasa lega dan senang mendapatkan kepercayaan dari Armand. "Terima kasih, saya akan bekerja keras dan memberikan yang terbaik dalam proyek ini."Armand tersenyum, "Saya tidak meragukan itu. Sekali lagi, selamat." Mereka berjabat tangan dan Viona meninggalkan ruangan itu dengan perasaan senang dan bangga dengan dirinya sendiri.***Setelah presentasi berakhir, Viona dihadapkan pada bosnya yang memberikan pujian atas kerja kerasnya. "Viona, presentasimu tadi luar biasa. Armand terlihat sangat terkesan dengan ide-ide yang kamu sampaikan," ujar bosnya dengan senyum lebar.Viona merasa sangat bangga dengan hasil kerjanya. "Terima
Keesokan harinya, Viona masuk ke kantor dengan wajah pucat. Ia duduk di kursinya, memikirkan bagaimana ia harus berhadapan dengan Axel. Saat itu, Pak Dandi datang menghampirinya."Viona, kamu sudah membaca emailku kan?" tanya Pak Dandi."Iya, Pak. Saya sudah membacanya," jawab Viona dengan ragu."Pak Agus mengatakan kamu sangat kompeten dalam membuat presentasi. Karena itu, aku percayakan proyek ini padamu. Aku tahu kamu pasti bisa menyelesaikannya dengan baik," kata Pak Dandi dengan tegas. Pak Agus selaku atasan di perusahaan ini memberikan kepercayaan penuh hingga beberapa orang dalam kantor kenal dengannya.Viona merasa lega mendengar kata-kata Pak Dandi. Namun, ia masih merasa khawatir dengan kehadiran Axel dalam proyek tersebut. "Baiklah, Pak. Saya akan bekerja keras untuk menyelesaikan proyek ini," kata Viona dengan senyum tipis.Pak Dandi tersenyum dan kembali ke meja kerjanya. Viona kembali ke pekerjaannya, ia mulai menyiapkan semua hal yang dibutuhkan untuk meeting dengan Ax
"Jangan menyerah dulu. Kita masih bisa mencari solusi lain. Bagaimana kalau kita berikan penawaran yang lebih menarik dari pesaing mereka? Atau mungkin kita bisa mengajukan beberapa opsi lain?"Axel berpikir sejenak. "Hmm, itu ide yang bagus. Aku akan memikirkannya lagi dan melihat apa yang bisa kita lakukan untuk mengamankan kerja sama ini. Terima kasih atas dukunganmu.""Tidak apa-apa. Kita berada di tim yang sama, kan?" balas suara di seberang telepon.Axel mengangguk. "Benar. Kita akan membuat ini berhasil, sama-sama."***Axel kembali masuk ke dalam ruangan dengan senyum yang ceria di wajahnya. "Maaf atas tadi, saya rasa saya masih belum mengerti sepenuhnya rancangan yang Ibu presentasikan. Apakah Ibu bisa menjelaskan lagi?"Viona agak terkejut dengan perubahan sikap Axel yang tiba-tiba menjadi lebih ramah. Namun, dia tetap menjelaskan rancangan bisnisnya dengan jelas dan terperinci. Axel tampak serius mendengarkan penjelasan Viona, sesekali ia mengangguk dan bertanya untuk memas
Axel merasa terkejut saat salah satu reporter bertanya tentang hubungan mereka dengan Viona. Dia berusaha menjawab pertanyaan tersebut dengan hati-hati, "Ya, Viona dan saya memang pernah memiliki hubungan khusus di masa lalu, tapi itu sudah lama sekali. Kami sekarang hanya bekerja sama dalam konteks profesional."Namun, reporter lainnya tidak puas dengan jawaban tersebut dan terus meminta keterangan lebih lanjut. Axel mulai merasa tidak nyaman dengan pertanyaan tersebut dan mencoba untuk mengalihkan perhatian dengan memberikan informasi lain tentang perusahaannya. "Sekarang, mari kita fokus pada perusahaan kami dan bagaimana kami akan terus tumbuh dan berkembang di masa depan," ujarnya dengan tegas.Setelah memberikan jawaban tersebut, Axel segera beranjak meninggalkan tempat itu sambil dikejar-kejar oleh para reporter yang ingin mendapatkan lebih banyak informasi dari dirinya. Viona, yang juga sedang berada di area tersebut, merasa terkejut dan sedikit tidak nyaman dengan pengakuan
Viona mematikan ponselnya dan duduk di sofa. Dia merasa kesal dengan Axel, tapi pada saat yang sama, dia merasa bersalah karena meragukan niat baiknya. "Mungkin aku terlalu keras pada dia," gumamnya dalam hati. "Dia telah membantu perusahaanku dan memberikan banyak peluang bagiku. Aku tidak ingin merusak segalanya."Namun, kekhawatiran Viona semakin memuncak ketika dia mendengar suara telepon rumahnya berdering. Dia ragu-ragu untuk menjawab, tapi akhirnya mengambilnya. "Halo?" jawab Viona dengan suara gemetar."Sudah kuduga kau pasti di sana," ucap Axel di ujung telepon.Viona merasa hatinya berdebar kencang. "Axel, apa yang kau lakukan? Kita sudah sepakat untuk tidak membicarakan masa lalu kita.""Aku tahu, Viona, aku tahu. Maaf, aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku mencoba menghubungi karyawan-karyawan kita untuk mencoba menutup berita itu sebelum tersebar ke mana-mana."Viona merasa sedikit lega mendengar usaha Axel, tapi masih merasa khawatir. "Apa yang harus kita lakukan sekara
Viona memegang ponselnya dengan kuat, matanya menatap layar dengan tatapan tajam. Ia tak bisa mempercayai apa yang ia lihat di video itu. Axel seharusnya menutupi hubungan mereka, bukannya membuka rahasia masa lalu mereka di depan publik seperti itu."Bagaimana dia bisa begini?" gumam Viona dalam hati, kesal.Ia berpikir untuk menghubungi Axel lagi namun ragu. Seberapa penting hubungan mereka baginya? Apa yang harus dilakukan jika Axel tak mau membantu menyelesaikan masalah ini?Viona terus memikirkan situasi yang rumit ini sambil menatap ponselnya. Ia merasa semakin terjebak dalam masalah besar ini.Viona merasa jengkel melihat video tersebut. "Apa yang sebenarnya dia pikirkan? Mengapa dia mengungkapkan semuanya di depan umum seperti itu?" gumam Viona dalam hati sambil menatap layar ponselnya.Beberapa karyawan yang lewat dan melihat Viona menatap ponselnya dengan serius, langsung berspekulasi dan berbisik-bisik satu sama lain."Kamu lihat? Itu pasti tentang Axel," bisik salah satu k