/ Fantasi / FANS / 1. Ember Air

공유

FANS
FANS
작가: Noviares

1. Ember Air

작가: Noviares
last update 최신 업데이트: 2022-04-03 13:41:05

"Sayang ..."

Suara itu terdengar lirih di telinga Dita. Gadis itu masih terbuai mimpi dan enggan membuka kedua matanya. Sesekali ia menggerakkan kepala, memposisikannya agar tetap nyaman bersandar di atas bantal lembut miliknya.

"Sayang, ayam jantan telah berkokok, matahari sudah tinggi. Bangunlah."

Ucapan itu memaksa Dita kembali dari alam mimpi yang sebenarnya masih enggan ia tinggalkan. Dita mulai membuka matanya, perlahan-lahan namun pasti ia mulai bisa melihat wajah si empunya suara. Pria itu hanya tersenyum sembari membelai lembut rambut panjangnya, sementara Dita masih terpana menatap wajah pria itu yang kilaunya mengalahkan sinar mentari pagi.

"Apa, apa aku sedang bermimpi ?" tanya Dita dengan mata berkaca-kaca, pria itu hanya tersenyum manis padanya.

"Oh, betapa bahagianya aku." Dita tersipu malu.

"Tapi ..." kata Dita lagi.

"Tapi ??"

"Kamu lupa benerin genteng ya ?" tanya Dita sambil menyeka air yang berkali-kali jatuh di wajahnya. Sementara pria itu masih saja tersenyum tanpa memberi jawaban yang pasti.

"Loh Ibuk ... Ibuk ngapain di atas sana, Buk ?"

Dita melihat ibunya duduk bersila di atas genteng sambil menenteng sebuah ember di tangannya, lalu tanpa berkata apapun ibunya langsung menyiramnya dengan seember air yang ia bawa.

"Aaaaaa ..." Dita berteriak sekeras-kerasnya.

Dita terbangun dari mimpi indah bersama idolanya, tapi pemandangan pagi itu benar-benar tidak indah sama sekali. Ibunya sedang berdiri di hadapannya dengan gayung di tangannya, lalu TAAAAK ... gayung itu dengan cepat mendarat di kepala Dita yang sudah basah kuyup.

"Ibuuuuuuk sakit. Basah semua ..." teriak Dita di atas kasur.

"Makanya tidur jangan kayak kebo !!" kata Bu Minah memarahinya.

"Ibuk ngerusak mimpi indah aku aja deh," rengek Dita, kali ini dengan menendang-nendangkan kakinya di atas kasur.

"Cepat mandi sana !!"

"Iya iya ..." jawab Dita kesal.

"Hiiih masih aja di atas kasur. Cepat sana mandi !!"

"Iya sekarang." Dita berjalan sempoyongan ke kamar mandi dengan gayung yang masih menutupi kepalanya.

Setiap pagi selalu ada drama di keluarga ini. Drama yang paling umum ya ini, keributan saat membangunkan Dita. Ini masih di dalam rumah, nanti keluar rumah akan ada drama lain yang tak kalah hebohnya.

Sementara itu di dalam kamarnya, Nara telah bersiap memulai hari. Berbeda dengan Dita, Nara lebih bisa menata hidupnya. Bukan karena ia seorang kakak, tapi memang dari kecil Nara selalu seperti itu. Bu Minah merasa terbantu setidaknya salah satu anaknya ada yang hidup dengan normal. Bisa dibayangkan bagaimana repotnya Bu Minah jika kedua anaknya sama seperti Dita, bisa mati berdiri. Apalagi Bu Minah seorang ibu tunggal yang merawat kedua putrinya tanpa bantuan siapa pun.

Setelah beberapa kali memeriksa penampilannya di depan cermin, Nara segera keluar. Tak lupa ia bawa tas kanvas berwarna mocca yang telah bertahun-tahun menemaninya dari SMA hingga menjadi mahasiswa. Rambutnya ia ikat rapi ke belakang agar nanti tak berantakan saat tertiup angin di jalan.

"Gak sarapan dulu ?" kata Bu Minah saat melihat Nara buru-buru memasang sepatu di depan pintu.

"Gak sempet, Buk. Kotakin aja deh nanti Nara makan di sana."

"Ya udah ibuk siapin dulu ya."

"Dita mana, Buk ?"

"Masih di kamar mandi."

"Astaga ... jam berapa ini ??"

"Kayak gak tau adik kamu aja."

"Ditaaaa ... telat nih," teriak Nara sambil mengeluarkan motor matic keluaran lama dari pabrikan Jepang yang selalu setia menemaninya selama ini. Tak lupa helm SNI ia pakai juga untuk melindungi kepalanya. Bukan hanya melindungi kepala, helm itu juga akan melindungi dompetnya dari razia yang sering dilakukan di jalan-jalan protokol ibukota.

"Dita ... cepetan !!" teriak Nara berkali-kali sambil sesekali melihat jam tangan di pergelangan tangannya. Nara ngedumel di atas motor, sudah sering kali ia ditegur oleh manager toko tempatnya bekerja gara-gara menunggu Dita yang selalu ngaret di pagi hari.

"Bentaaaar ... tungguin," balas Dita yang masih menenteng handuk keluar dari kamar mandi.

"Aaah, tahu gitu sarapan dulu tadi." Nara mulai frustasi.

Setiap pagi Dita memang selalu nebeng motor kakaknya untuk menghemat uang jajan. Siang harinya ia menumpang siapa saja yang bisa memberinya tumpangan. Kalau tak ada yang memberinya tumpangan ya terpaksa naik kendaraan umum. Bu Minah belum bisa membelikannya motor sendiri karena cicilan motor Nara baru saja lunas beberapa bulan yang lalu. Bu Minah ingin bernafas sebentar setelah empat tahun merasakan sesaknya tercekik bunga kredit. Lagipula Dita belum boleh mengendarai motor sendiri karena belum memiliki SIM, usianya masih belum genap tujuh belas tahun.

"Tiiin tiiin ..." Nara membunyikan bel motornya berkali-kali karena Dita tak kunjung keluar. Nara terus membunyikan bel hingga membuat tetangganya kesal karena keributan yang ia buat. Lalu Bu Yuyun menyiramnya dengan selang tanaman hingga motor dan sebagian bajunya basah oleh air yang Bu Yuyun arahkan padanya.

"Aaaa ... Tante Yuyun ... basah semua," teriak Nara kesal saat air membasahi bajunya.

Mendengar Nara meneriakkan nama Bu Yuyun, jiwa perang Bu Minah langsung tersulut, segera ia berlari keluar untuk melihat keadaan anaknya. Kebar-baran Bu Minah seketika bangkit setelah melihat Nara basah kuyup disiram oleh Bu Yuyun.

"Eh, Yuyun. Lu apain anak gue ...??" teriak Bu Minah.

"Anak Lu tuh berisik pagi-pagi."

Drama sesungguhnya telah dimulai. Drama yang telah terjadi bertahun-tahun lamanya, selalu berulang dan tak kenal waktu. Drama ini bisa tayang pagi, siang, sore, malam, pokoknya suka-suka dua tokoh utamanya saja. Entah ini sudah episode yang keberapa, yang jelas drama ini masih akan terus berlanjut. Dari masa kepemimpinan RT Sadeli sampai RT Saepudin, belum ada yang berhasil mendamaikan mereka berdua. Semua warga di lingkungan itu pun sudah terbiasa mendengar keributan macam ini. Para tetangga menganggap keributan mereka bagai kicauan burung di pagi hari. Malah aneh rasanya kalau Bu Minah dan Bu Yuyun enggak ribut.

Bu Minah dan Bu Yuyun memang selalu bersaing dari masih muda. Baik di sekolah, RT, Kabupaten, Provinsi, dimana pun itu jika salah satu mendapatkan sesuatu maka satunya lagi tak akan mau kalah. Sampai-sampai masalah percintaan keduanya juga bersaing meski akhirnya lelaki incaran mereka lebih memilih Bu Yuyun yang berdaging tebal. Untuk merayakan kemenangannya, Bu Yuyun sengaja membeli rumah tepat di depan rumah Bu Minah agar bisa pamer kemesraan setiap hari, karena baginya suaminya adalah pencapaian terbesar selama bersaing dengan Bu Minah.

"Kak, Kak, hayuuk cepetan jalan," kata Dita setelah duduk di jog belakang motor Nara.

"Gara-gara kamu sih, ribut kan ..."

"Ah sudah biasa. Ayok jalan keburu telat," jawab Dita santai karena memang sudah biasa menyaksikan keributan macam itu antara ibunya dan Bu Yuyun.

"Besok kalau ngaret lagi kakak tinggal."

"Iya iya ..."

Nara segera memacu kecepatan untuk menghindari keributan itu, sementara mulutnya masih terus mengomeli Dita. Kesabarannya benar-benar telah habis menghadapi Dita yang tak bisa diajak kerjasama. Sedangkan di belakang sana Bu Minah dan Bu Yuyun masih sibuk bertikai tiada ada akhir. Kopyah Pak RT sampai terbang entah kemana saat melerai mereka berdua.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • FANS   28. Mall

    Nara sampai di depan sebuah mall. Ia turun dari mobil mewahnya sambil membuka kaca mata hitam yang ia pakai. Penampilannya super wah sampai menarik perhatian semua orang. Ia lempar kunci mobilnya lalu berjalan memasuki mall dengan kerennya. Di belakang sana seorang security melompat menangkap kunci mobil Niki bak seorang penjaga gawang profesional. Semua mata tertuju padanya, memandanginya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kemudian mereka buru-buru membuka kalkulator untuk menghitung berapa banyak uang yang Nara habiskan untuk penampilan supernya itu. Mulut mereka langsung menganga saat melihat deretan angka nol di layar hp mereka. Nara tersenyum bangga, hari ini ia akan membuktikan perkataan Lisa di dalam lagunya, Money. Ia juga memotong pendek rambutnya untuk lebih merasakan feels Lisa di dalam dirinya. Pokoknya ia akan menghamburkan uang Niki sebanyak mungkin. "Dolla dollas dropin on my ass tonight ... " Nara sedikit menyanyikan lirik lagu itu sambil menenteng bany

  • FANS   27. Ngidam

    Nara jatuh lemas di atas kasur. Tubuh dan pikirannya sudah sangat lelah memikirkan semua yang terjadi. Nara ingin beristirahat sejenak untuk meredakan stres yang ia alami mengingat masih ada kehidupan di dalam perut Niki yang perlu ia jaga. Ia tak ingin membahayakan kehidupan janin yang tak berdosa itu. Nara berusaha memejamkan mata, tapi tak bisa karena ia terus memikirkan masalah yang sedang ia hadapi. Ia bangun dari balik selimut yang menutupi wajahnya, duduk di atas kasur dengan mata sembab karena seharian menangis."Ahaa ..."Di tengah kegalauannya, tiba-tiba sebuah ide brilian muncul begitu saja. Nara teringat kata-kata bijak Bima, selama ada uang semua pasti beres. Buat apa bersedih kalau semua bisa diselesaikan dengan uang. Bagaimana pun juga saat ini ia adalah Niki yang kaya raya, kenapa ia tak memanfaatkan keadaan itu saja. Ia bisa membebaskan ibunya dari jerat hutang, ia juga bisa membiayai pengobatannya di rumah sakit menggunakan uang Niki. Nara baru sadar

  • FANS   26. Rumah

    Nara turun di depan gang rumahnya,Gang itu terlalu sempit untuk mobil, jadi ia harus berjalan kaki untuk sampai di rumahnya. Nara berjalan mengendap-endap, tak lupa ia pakai topi dan masker agar tak ada orang yang bisa mengenalinya. Saat ada orang lewat ia bersembunyi di balik pohon kadang juga menempel di belakang tiang listrik. Pokoknya aksinya itu justru menarik perhatian orang, untung tak dikira maling."Kayaknya gue over acting deh ..." keluhnya setelah merasa capek sendiri.Tak lama kemuadian Bu Yuyun melintas dengan sepeda motornya, Nara panik lalu buru-buru masuk ke dalam sebuah antrian agar keberadaanya tak diketahui oleh Bu Yuyun. Sungguh usaha yang sangat sia-sia, Bu Yuyun mana tahu kalau dia itu Nara."Sempol atau cilok, Neng ?" kata abang penjual menyadarkan Nara."Cilok lima ribu, Bang." Ya sudahlah akhirnya Nara membeli cilok abang itu. Lagipula sudah lama ia tak memakan jajanan wajib yang dulu hampir setiap hari menemaninya i

  • FANS   25. Sad Boy

    Ken memacu mobilnya menembus riuhnya jalanan ibu kota, sementara Nara masih duduk di sampingnya dengan mulut terkunci rapat. Hawa dingin mulai menyertai perjalanan mereka. Bukan karena AC mobil, tapi ekspresi wajah Ken yang tampak begitu dingin. Setelah hampir setengah jam berkendara akhirnya Ken menepikan mobilnya di depan sebuah cafe. Cafe itu lumayan private karena hanya bisa didatangi kalangan tertentu saja. Jadi mereka bisa berbicara dengan santai disana."Lo pesen apa ?" kata Ken memulai pembicaraan."Ngikut aja. Aku gak tahu mana yang enak," jawab Nara ragu-ragu. Jujur Nara agak khawatir melihat perubahan sikap Ken setelah mengetahui kehamilan Niki."Padahal lo yang sering ngajak gue kesini dulu.""Oya ?""He'em. Sebelum lo sama Jason," jawab Ken sambil tersenyum.Dari tatap matanya, Nara bisa tahu Ken sedang berusaha menutupi rasa kecewa. Nara curiga, jangan-jangan Ken selama ini memiliki rasa untuk Niki. Apal

  • FANS   24. Sepuluh Minggu

    "Stooop ..." teriak Nara keras karena terus mengingat momen pagi itu. Semua orang segera menghentikan aktifitas mereka dan terpaku menatap ke arahnya. Nara jadi salah tingkah."Oh ... stop dulu, aku mau ke toilet," kilah Nara. Semua orang langsung bernafas lega setelah mendengar jawaban Nara.Nara langsung berlari meninggalkan studio karena sudah tak sanggup menghadapi pikirannya sendiri. Ia harus menenangkan diri sejenak karena Jason benar-benar telah mengacaukan pikirannya. Pokoknya hari ini ia tak mau pulang ke apartemen, ia akan menghindari Jason untuk beberapa saat sebelum benar-benar gila dibuatnya.Nara berdiri menghadap cermin untuk menjernihkan pikirannya, tapi bukannya tenang kepalanya malah semakin pening. Entah karena terlalu memikirkan ciuman itu atau apa, yang jelas kepalanya terasa sangat berat. Badannya juga lemas hingga ia harus bersandar di meja wastafel depan toilet untuk menopang berat tubuhnya."Ahh ..." keluh Nara sambil terus memega

  • FANS   23. Resleting

    Hari ini Nara akan melakukan pemotretan dengan majalah fashion terkemuka. Ia duduk di depan cermin besar, seorang stylist menata rambutnya sementara seorang lainnya sibuk merapikan make up di wajahnya. Tak lama kemudian datang seorang staf untuk memasang sepatu di kakinya. Dalam hati Nara tesenyum bangga, ternyata diperlakukan istimewa bak seorang ratu sangat menyenangkan. Selama ini ia hanya menunggu momen pernikahan untuk menjadi ratu semalam, itu pun terasa sulit karena jodoh entah masih tersangkut dimana. Tapi kini semua telah terlampang di depan mata, ia merasa benar-benar menjadi ratu yang sesungguhnya."Perfect ..." kata Benny, MUA terkenal langganan para artis dan kalangan atas setelah selesai menata rambut Nara."Gimana say ?" Teh Gina memastikan."Udin say ... Emm cucok.""Abangku satu ini emang gak pernah ngecewain," puji Teh Gina."Ok cus fitting room yuk."Setelah Nara selesai dimake up, Teh Gina memeriksa la

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status