Share

2 LET ME TELL YOU!

"Brianna?" Seseorang tiba-tiba saja menepuk bahunya cepat.

Brianna menolehkan pandangannya. Seketika rona wajahnya berubah pucat pasi saat mendapati pria di hadapannya nampak tersenyum menyeringai padanya

"Kau menjualku!" sentak Brianna memberanikan diri.

"Maka kau harus kembali ketempat itu, adikku.”

"TIDAK!" Brianna berteriak lantang meski tubuhnya bergetar. Amarah dan perasaan takut kini bercampur menjadi satu.

Dengan kasar Collin menarik lengan adiknya tersebut agar ikut bersamanya, kembali ke kediaman Draco Felton. Menjualnya kembali ke sana, memperbudaknya, dan tak akan pernah melepaskan Brianna sampai kapan pun.

Brianna meronta seraya menangis, memohon belas kasih dari kakak tirinya tersebut agar tak membawanya kembali ketempat terkutuk itu.

"Dia hampir merengut kesucianku! Kau mengirimku padanya sebagai pelayan dan kini kau akan mengirimku lagi?"

"Aku tak peduli! Tugas pelayan adalah melayani apa pun yang majikanmu perintahkan dan inginkan. Termasuk memuaskan hasrat dan nafsunya!" sentak Collin.

"Aku wanita terhormat! Aku tak akan mengambil apa pun yang seharusnya menjadi milliku termasuk Winsdor Castle." Brianna masih berusaha semampunya agar Collin tak membawanya.

Collin menatap Brianna dengan tatapan dingin dan tajam. "Wanita terhormat katamu? Bahkan kau lahir dari seorang pelacur yang menggoda ayahku!" ucap Collin geram. Ia mencengkram lengan Brianna semakin kencang dan menyeretnya masuk kedalam mobil sedan cadillac klasik miliknya.

"Kumohon ...," lirih Brianna. "Bahkan ibuku menikah dengan ayah setelah beberapa tahun kematian Lady Anne."

"Diam! Atau aku akan membuatmu semakin menderita."

Brianna menangis meratapi nasibnya yang semakin hari semakin menyiksanya. Bahkan saat ia sudah berhasil melarikan dlri dari kediaman Draco sekali pun, ia harus kembali ke sana karena Collin berhasil menemukannya dengan cepat.

"Turunlah!" perintah Collin dingin saat mereka sudah sampai tepat di rumah megah milik Draco Felton.

Dadanya berdegup kencang. Ia benar-benar tak mau kembali ke rumah megah tersebut, yang ia inginkan hanyalah kembali ke Winsdor Castle menjalani hari-hari seperti biasanya.

Angan hanyalah angan. Kenyataanya ia harus menghadapi kejam dan liciknya Collin dengan menjualnya pada Draco.

Collin turun terlebih dahulu lalu menarik Brianna dengan kasar, agar adik tirinya tersebut turun dari mobilnya. Dari kejauhan nampak Draco berjalan santai mendekati mereka berdua, seraya mengembangkan senyum yang Brianna pikir adalah senyum memuakan dan menjijikan.

"Hello Brianna, kau kembali setelah bertindak kasar padaku semalam?" sapa Draco.

Collin mendorong tubuh Brianna kearah Draco, agar ia membungkuk dan memberi hormat.

"Maafkan dia. Aku membawanya kembali padamu karena kau yang meminta," ucap Collin.

"Thank's. Aku melihat sisi lain dari dalam dirinya, ia tak seperti pelayan biasanya." Draco berkata seraya membelai pipi Brianna dihadapan Collin.

Brianna meringis saat Draco melakukan itu padanya. Kedua tangannya mencengkram gaun yang ia kenakan, menahan rasa jijik dan amarahnya yang sekarang sudah bercampur menjadi satu.

"Ngomong-ngomong, kau memiliki nama keluarga yang sama dengan Brianna. Jangan bilang kau dan pelayan ini merupakan satu keluarga?" ucap Draco lagi.

Collin hanya mendelik namun ia berhasil menguasai emosinya. Ia menepuk-nepuk bahu Draco santai seraya tertawa kecil. "Percayalah bahwa nama keluarga Osborne saat ini sudah sangat terkenal di England," sahut Collin.

"Haha, yeah. Hanya saja aku sedikit penasaran," ucap Draco.

"Baiklah, aku harus kembali pergi. Aku serahkan ia sepenuhnya padamu." Collin berkata dan kembali masuk kedalam mobilnya. Laki-laki itu meninggalkan Brianna tanpa peduli apa yang akan terjadi pada adik tirinya tersebut nanti.

Draco nampak tersenyum tipis pada Brianna, ia menatap Brianna lekat-lekat dengan tatapan penuh hawa nafsu.

"Masuk!" titahnya.

"Lepaskan aku," ucap Brianna pelan. Ia mengerahkan seluruh keberaniannya agar Draco mau melepaskannya.

Tanpa basa basi Draco menarik lengan Brianna secara paksa agar ia masuk ke dalam rumahnya. "Aku tak sedang bernegosiasi denganmu!" kecam Draco.

Mau tak mau Brianna menyamakan langkah kakinya yang terantuk-antuk dengan langkah milik Draco yang menyeretnya paksa. Draco melepaskan cengkramannya seraya mendorong tubuh Brianna sehingga Brianna jatuh keatas ranjang tempat tidur mewah milik Draco.

"Kau masih berani melawanku?" tanya Draco dengan tatapan tajamnya.

"Jangan begini, kumohon ... ak-aku, aku akan melayanimu namun tidak dengan ini."

Draco menahan tubuh Brianna menggunakan tubuhnya. Ia dapat melihat kecantikan Brianna dari dekat. "Apa kau benar-benar pelayan?" tanya Draco. Ia menekan kedua pipi Brianna menggunakan lengannya dan menggerakannya ke kiri dan kanan.

"Le-lepas ... lepaskan aku,"

Draco melepakan lengannya lalu membelai rambut coklat pirang milik Brianna dengan lembut namun tatapannya tetap menusuk.

"Mulai sekarang yang perlu kau lakukan hanyalah melayani dan memuaskanku," ucapnya seraya terus membelai Brianna. Wajahnya sangat dekat sehingga Brianna bisa mencium aroma mint dan tembakau dari mulut Draco.

Brianna memejamkan matanya saat Draco mulai membelai belahan bagian sensitif miliknya. Meski ia tak menggenakan korset paus, tetap saja Brianna masih menggenakan korset sebatas pinggang yang akan menopang dadanya. Sehingga dada miliknya terlihat lebih terangkat keatas.

‘Tidak, bukan ini! Jangan!’ Brianna berteriak dalam hatinya. Dadanya berdegup semakin kencang saat Draco mulai menarik tali gaun yang ia kenakan. "Kumohon, jangan..." batinnya. Air mata mulai mengalir membasahi pipinya.

Namun tiba-tiba saja Draco beranjak dan meninggalkan Brianna sendirian. "Hari ini kau akan kubebaskan. Namun tidak untuk besok," tandasnya lalu pergi dan mengunci Brianna dari luar.

Brianna buru-buru bangun dan kembali mengikat tali gaunnya kuat-kuat. Ia memandang sekelilingnya, untuk mencari tahu apakah ada yang bisa ia gunakan untuk kabur dari kamar tersebut atau tidak.

Nihil! Ia tak dapat menemukan apa pun dikamar Draco. Hanya buku-buku novel roman dan ... Brianna mengerutkan keningnya, ada sebuah kotak yang menarik perhatiannya.

Kotak berwarna cokelat dengan ukiran inisial huruf D dan F berwarna emas di sana. Perlahan ia mendekatinya, mencoba membuka ada apa di dalamnya dan berharap itu adalah kelemahan Draco. Bukankah bagus jika ia bisa menemukan kelemahan Draco? Ia bisa menggunakannya untuk lari dan melepaskan diri dari tempat ini bukan?

"Oh, wait," gumamnya. "Ini terkunci," ucapnya lagi. Brianna melepas hairpin hitam dari rambutnya, dengan tangan bergetar ia berusaha membuka kotak tersebut sebelum akhirnya...

PLAK!!

Seseorang menarik Briana dan melayangkan tamparan keras di pipi mulus Brianna.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status