MasukHe ruined her past. Fate made him her future. Ayla Rowan ran from the Bloodhowl Pack—and from Cade Thorne, the cruel Alpha-in-training who made her feel like nothing. Years later, she’s built a new life, far from the pack, far from pain… and secretly engaged to a human man who knows nothing of her werewolf blood. But fate doesn’t care about plans. When Ayla is forced to return home, the mate bond snaps into place. Cade—the boy who once shattered her—is now her fated mate. And he wants everything he once rejected. Her forgiveness. Her trust. Her heart. But Ayla already promised herself to someone else. Now, the Alpha who hated her is back—with power, passion, and a vengeance. And he’s ready to fight fate, the pack, and her entire world to make her his. Love was never part of the plan. But neither was destiny.
Lihat lebih banyakPart 1
[Ris, suamimu pulang kapan? Tadi aku lihat suamimu di mall, tapi dia makan siang bareng seorang wanita dan anak kecil]Keningku mengernyit membaca pesan dari Mitha, sahabatku. Tak lama, Mitha mengirimkan gambar.Deg! Jantungku mulai berdegup kencang. Aku memandang foto itu, benar, itu Mas Ramdan bersama seorang wanita dan anak kecil, entah siapa itu, aku tak mengenalnya.Beragam pertanyaan muncul dalam pikiran. Sejak kapan Mas Ramdan ada di kota ini, bahkan dia belum pulang ke rumah. Lalu siapa perempuan itu? Mereka tampak akrab, kalau tak mengenalnya pasti disangka keluarga kecil yang bahagia.[Tadi mau kutegur, tapi gak sempat. Anakku rewel minta pulang] pesan dari Mitha lagi.Aku menghirup udara dalam-dalam, perasaan di hati sudah tak karuan. Ada rasa panas dan perih sekaligus datang menyelinap. Segala pikiran negatif mulai hinggap. Kenapa Mas Ramdan merahasiakan kepulangannya? Padahal sekian lama aku menantikan kehadirannya. Sudah tujuh bulan ini dia gak pulang, kami berkomunikasi hanya via hp.[Aku gak tahu kalau Mas Ramdan ada di kota ini, Mit. Dia belum pulang ke rumah] balasku yang mungkin akan mengejutkannya.[Lho, kamu malah belum tahu suamimu ada di sini? Ya ampun Ris, tau gitu tadi aku samperin dia][Tidak apa-apa, Mit, nanti biar kutelpon suamiku. Kabari saja ya kalau nanti kamu ketemu atau lihat dia lagi.]Kembali, kuhela nafas yang terasa begitu sesak. Mencari nomor Mas Ramdan di daftar kontak dan memanggilnya. Panggilan terhubung tapi tak diangkat. Sibukkah dia? Berkali-kali kuhubungi nomornya tanpa ada respon, justru sekarang nomornya tidak aktif.Aku memijat pelipis pelan, kepala terasa pening. Kecurigaan mulai menguat. Sepuluh tahun rasa percaya yang kubangun untuknya, haruskah hancur?***[Sayang, maaf, kemarin Mas ada meeting sampai malam. Eh, hp lowbat gak bawa charger. Sampai di rumah dinas, udah tengah malam. Mau hubungi kamu takutnya kamu sudah tidur.]Aku membaca pesan WA-nya tapi tak membalas. Entah kenapa, hati rasanya begitu berat mempercayainya.[Sayang, kamu marah ya?]Tetiba ponselku bergetar, sebuah panggilan darinya. Aku membiarkan panggilan itu sampai berakhir, tanpa menjawabnya.Mas Ramdan kembali menghubungiku, hingga beberapa kali. Terpaksa aku menjawab panggilannya."Hallo, sayang. Mas tahu kamu pasti marah sama mas karena kemarin mas tidak meresponmu. Mas minta maaf ya, Sayang," rayunya diujung telepon.Aku masih diam."Sayang? Risna? Kamu masih di sana kan? Kenapa diam saja?""Tidak apa-apa.""Kamu sakit? Kenapa suaramu lemas sekali?""Aku tidak apa-apa, Mas.""Bener?""Iya.""Sayang, maafin mas ya, mas gak selalu bisa on saat kamu menghubungi. Kerjaan padat banget, hari ini ada meeting lagi. Tolong mengerti ya, Sayang. Insyaallah, nanti sebulan lagi Mas pulang ke rumah.""Hmmm ...""Jaga dirimu baik-baik, Risna. Mas rindu sekali padamu, tapi apa daya jarak yang memisahkan kita. Oh ya, Sayang, kalau kamu butuh uang, kabari Mas ya. Yang minggu lalu mas transfer masih cukup kan?"Entah kenapa hatiku rasanya perih sekali. Mas, andai kamu tahu aku bukan hanya butuh uangmu, tapi juga perhatianmu."Sebentar lagi Mas masuk kantor, udah ya, Sayang. Nanti mas hubungi kamu lagi. Assalamu'alaikum, Sayang, mmuaach."Aku menghela nafas dalam dan meletakkan ponsel itu. Aku menggeleng pelan. Tidak, aku tidak bisa berdiam diri seperti ini. Aku harus mencari tahu.Gegas aku memeriksa lemari Mas Ramdan, dulu, ia pernah meninggalkan salah satu dokumennya dalam lembar kertas itu, tertera alamat kantornya yang baru. Selama 10 tahun LDR, Mas Ramdan sudah 3x ganti pekerjaan. Dan aku hanya dibawa beberapa kali mengunjungi kantornya yang lama. Tapi sekarang, dia sudah pindah pekerjaan baru, dua tahun yang lalu. Hanya saja, aku belum diajak kesana lagi. Sebab kesibukanku terakhir kali merawat ibu mertua yang sakit-sakitan.Sekarang, aku harus memastikannya sendiri untuk datang kesana. Ada apa dengan suamiku? Selama ini aku percaya padanya 100%, ia bilang tinggal di rumah dinas dan difasilitasi inventaris mobil untuk transportasinya.Aku mempersiapkan diri untuk menyusulnya. Pakaian dan beberapa perlengkapan lain sudah kumasukkan ke dalam koper. Tiket kereta api pun sudah dipesan lewat online. Bismillah, berangkat.***Tujuh jam perjalanan, akhirnya sampai juga di kota tujuan. Keluar dari stasiun KA, aku mencari gocar untuk sampai di kantor Mas Ramdan. Aku sudah mencari tahu hal ini semalaman."Maaf ibu, cari siapa?" tanya seorang security yang menyambutku di pintu gerbang kantor.Aku pun menanyakan hal mengenai suamiku, Ramdan Adhiwinata."Pak Ramdan sedang cuti, Bu. Beliau ambil cuti tiga hari buat pulang kampung. Mungkin besok beliau berangkat lagi ke kantor. Kalau boleh tahu, ibu ini siapa ya? Ada keperluan apa?""Saya istrinya, Pak."Kulihat security itupun terkejut mendengar jawabanku. Ia pun menjelaskan kalau Mas Ramdan tiap bulan pulang ke kampung, mengambil izin atau cuti. Aku shock mendengar penuturannya. Pulang kampung?Ada hal yang membuatku lebih shock lagi, bahwa kantornya tidak menyediakan rumah dinas. Jadi dimana dia tinggal selama ini?Tetiba seorang lelaki datang menghampiri pos security. Ia sempat menatapku penuh tanya. Usai mengetahui persoalannya, ia pun bertanya padaku."Mbak ini istrinya Pak Ramdan?"Aku mengangguk. "Iya, Pak, bapak tahu dimana tempat tinggal suami saya?"Dia menatapku sejenak, saling berpandangan dengan security. Entah ada apa, sepertinya mencurigakan. Akhirnya, ia pun memberi tahu alamat tinggal suamiku. Aku hanya menatap selembar kertas kecil itu, sungguh aku tak tahu daerah ini."Kalau mbaknya berkenan, nanti saya antar ke rumah kontrakannya. Tapi selesai saya pulang kerja, satu jam-an lagi saya selesai.""Apa tidak merepotkan?" tanyaku lagi."Tidak kok, alamat rumah saya searah dengannya," ujarnya lagi.Aku terdiam sejenak."Tenang saja, Mbak gak usah khawatir, aku akan membantu Mbak, kasihan kan jauh-jauh dari desa datang kesini buat cari suami yang gak pulang-pulang."Akhirnya akupun mengangguk.Selang satu jam, pria yang bernama Awan itu menepati janjinya, mengantarku ke rumah Mas Ramdan. Aku naik ke mobilnya yang berwarna silver.Mobil mulai berbelok ke area perumahan, dan berhenti setelah masuk 20 meter jalan raya. "Disini tempat tinggal Pak Ramdan," ujarnya.Kami berdua turun, di halaman sudah ada mobil yang biasa Mas Ramdan bawa pulang kampung, rupanya dia sudah kembali. Kami mendekat ke arah pintu.Awan mengetuk beberapa kali. Tak berapa lama pintu mengayun terbuka. Dadaku berdegup dengan kencang kala seorang wanita yan membukanya. Wanita yang ada dalam foto kemarin!"Cari siapa?" tanyanya dengan senyuman manis."Sayang, siapa yang dateng?" Terdengar suara Mas Ramdan dari dalam. Dia memanggil wanita ini dengan panggilan sayang?Dadaku makin berdebar makin kencang kala melihat suamiku mendekat seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk.Ia pun tampak shock saat tatapannya melihatku. "Ri-Ri-Risna? Kau kesini?" tanyanya gelagapan.Aku melangkah mendekat, seketika wajahnya menjadi pias.Plaakk!Entah dapat dorongan dari mana kulayangkan tamparan pada pipi Mas Ramdan.Jangan dibayangkan rasanya, perih sekali.Whispers against me Ayla I woke to the sound of muffled voices outside my door. For a moment, I stayed still, listening.“Why is she still here?” one maid whispered.“She doesn’t belong in the palace,” another hissed. “Half-witch, half-wolf? What kind of bloodline is that?”I squeezed my eyes shut, wishing the floor would open and swallow me.A knock pulled me from my spiraling thoughts. “My lady? May I come in?” Nyra’s voice, gentle but nervous.“Yes,” I croaked, rubbing my eyes.She slipped in, balancing a tray of food. Warm bread, roasted roots, a cup of spiced tea that smelled faintly of honey. “The Alpha asked me to make sure you eat well this morning,” she said with a small bow.Of course, Cade would send food but not come himself. Typical Alpha duties. Always busy.Nyra placed the tray by my bedside, her eyes flicking up to mine. “He left early. The council meets today.”“The council?” I asked, sitting up slowly. My stomach still ached from yesterday’s outburst of power.Sh
Ayla’s POVThe kiss still burned on my lips when Cade finally pulled back. His hand lingered against my cheek, his eyes holding me as if I might vanish if he blinked. I should have shoved him away, should have screamed all the words that had been locked inside me for years. But I couldn’t. My heart was racing too fast, my body trembling, and something deep inside me, something I didn’t recognize was stirring.Then it happened.A sudden pulse. Warmth spread from my chest, down my arms, into my fingertips. The locket against my skin heated until I gasped, clutching at it. Cade frowned, reaching for me, but before his hand could touch mine, a shock of light burst from the locket, filling the room.I couldn’t breathe. I couldn't think. Images flooded my mind flashes of forests burning, blood spilling under a silver moon, a woman who looked like me but older, her eyes glowing violet as she whispered words I didn’t understand.My knees gave out, and I clutched the sheets as the visions ove
Ayla I woke up to the soft whispers of Cade and someone who seems to be in her late seventies. How did I get here? In the palace I ran away from. From people that detest me. I was still in my train of thought when Cade’s eyes met mine. He looked stressed, like he hadn't slept a bit. He smiled a little and came to me. The woman went out, not without looking at me with some strange expression. “How are you doing Ayla”. Cade asked me, looking concerned. “Hmm”. I managed to say. I shift a little but my tummy hurts and I groan. “Are you alright?”. He asked again, rubbing his hand with mine. “Water”. I whispered and he quickly stood up to bring it. I glanced around the room and found out we were the only one in. No maids. He returned with the cup almost too quickly, as if every second mattered. His hands trembled slightly as he helped me sit up, pressing the rim of the cup against my lips. I drank slowly, each swallow cooling the dryness in my throat, though my body st
Cade I ran like a storm, faster than my lungs could keep up.The moment I saw the shattered teacup and the crumpled robe on the floor. her locket tangled in the silk. I knew something was horribly wrong.She hadn’t just left.She’d run.And she’d taken nothing.Not even shoes.Not even that damn locket she always clutched like it had breath in it.My wolf surged inside me, frantic. I tore out of the palace, past guards and shocked elders, who saw me. None of it mattered.Only Ayla.I caught her scent the moment I hit the woods — wild jasmine and rain. Faint. Fleeing.She was hurting.Because of me.I followed her trail deeper into the forest, ignoring the thorns biting into my skin, the blood pooling in my boots.Then I heard it — growling. Low. Close.I slowed. Dropped to a crouch.Rogues.I counted five of them in a crooked circle just ahead. Their posture wasn’t aggressive. It was... curious. As if they’d stumbled across prey they didn’t know how to approach.And then I saw what












Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Ulasan-ulasan