Share

Chapter 5

Jessica dan Irene terlihat berjalan beriringan di lorong sekolah menuju kelas. Seperti biasa, mereka selalu bercanda di tengah perjalanan mereka menuju kelas.

"Astaga, benarkah?"

"Iya, Aku benar-benar tidak menyangka ada orang sekonyol itu."

"Benar, eh, kenapa Cindy belum datang ya??"

"Iya benar, kemana perginya gadis itu? Sejak di rumah William, dia jadi aneh."

"Benar sekali, dia jadi aneh. Bagaimana jika kita ke kelas memastikan dia sudah datang atau belum?" ajak Jessica.

"Kajja!"

Jessica dan Irene pun bergegas ke kelas untuk mencari keberadaan Cindy sekaligus mengikuti pelajaran pertama karena bel masuk sudah berbunyi.

***********

"Hoammm.. Ngantuk sekali!"

"Kalau bukan karena dia, aku tidak akan susah-susah berangkat pagi-pagi buta begini. Sialan, aku melewatkan jam sarapanku! Lapar sekali."

Ya, gadis itu adalah Cindy. Ia sengaja berangkat pagi-pagi sekali karena sedang menghindari seseorang, siapa lagi kalau bukan Jefrey, sahabatnya. Masih terlihat dengan jelas bayangan-bayangan di kepalanya tentang adegan panas malam itu.

Cindy menggelengkan kepalanya untuk membuang jauh-jauh bayangan itu, pipinya selalu memerah setiap mengingat kejadian itu. Bahkan, ia tak berani berfikir bagaimana jika dirinya bertemu dengan Jefrey nanti. Apakah sikap Jefrey sama seperti yang Cindy lakukan? Tidak bisa tidur, berangkat pagi-pagi buta sampai melupakan jam sarapan.

Sepertinya tidak mungkinkan? Batinnya.

Ketika ia sibuk menyelami pikirannya sendiri, tanpa disadarinya Jessica dan Irene berdiri menjulang dibelakangnya bersiap-siap akan mengagetkannya.

Irene dan Jessica saling memberi aba-aba, "1,2,3!!!! Heiii!"

Dan benar saja, Cindy merasa akan terkena serangan jantung karena ulah usil kedua sahabatnya itu.

"Hei! apakah kalian berharap aku akan terkena serangan jantung? untung saja aku tidak mati." ketus Cindy kepada Irene dan Jessica.

"Kenapa kau marah? Kami hanya bercanda."

"Bercandaan kalian sama sekali tidak lucu, tahu!"

"Cucucucucucu.. Apakah Cindyi kami sekarang sedang merajuk? Maafkan kami ya?"

"Ish! Benar-benar."

"Tumben sekali kau berangkat pagi, ada apa?" tanya Irene.

Cindy terdiam. Ia tidak bisa menjelaskan apa yang sudah ia alami di rumah William. Cindy tidak ingin yang lainnya tahu karena jujur saja jika mengingat kejadian itu, ia merasa malu pada dirinya sendiri.

"Um, aku lupa tidak mengerjakan PR, jadi aku berangkat pagi karena mau mencontek."

"Serius? Hanya karena PR saja kau berangkat sepagi ini? Ini seperti bukan seorang Cindy Emilo." ejek Irene.

Cindy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, apa boleh buat? Hanya ini jalan satu-satunya untuk mengelabui Irene dan Jessica agar mereka tidak mencurigainya.

**********

"Jef?"

......

"Jefrey!"

...

"Jefrey Antonio!"

...

"Jef-rey!"

....

"Ya!! Brengsek!"

"Wae? ada apa?"

"Heol,Daebak! Jadi namamu sekarang bukan Jefrey Antonio melainkan brengsek??" sambung Leon sambil tertawa.

"Ya!!! Apa maksudmu?!"

Leon menoyor kepala Jefrey karena lelaki itu bersikap tidak sopan kepadanya yang jelas-jelas dua bulan lebih tua darinya. Leon memang menerapkan senioritas di pertemanan mereka. Pada awalnya semua sangat kesal, tapi Leon bilang itu hanya untuk lucu-lucuan saja. Walaupun tidak ada lucu-lucunya sih.

"Beraninya kau bocah ingusan! Sini katakan lagi!"

"Ish! Jangan mulai lagi, dan kau mengapa kau menoyorku? Apa salahku?"

"Masih belum menyadari kesalahanmu? Mau kutoyor lagi kepalamu sampai miring?!" ancam Leon.

William hanya berdecak melihat kedua sahabatnya itu bertengkar, mereka tidak akan berhenti sebelum ia bertindak sebagai penengah.

"Sudahlah, jangan bertengkar lagi. Aku lelah melihat kalian berdua seperti ini sepanjang waktu. Dan kau Jef, kau itu aneh, aku memanggilmu berkali-kali tetapi kau sama sekali tak merespon dan giliran ku panggil brengsek saja kau meresponnya, jadi siapa yang salah?"

Jefrey mengibaskan tangannya tanda dia menyerah berargumen dengan kedua orang itu, mereka benar benar jagonya membuat moodnya hancur. Ia pun berdiri bergegas pergi keluar kelas meninggalkan Jefrey dan William tanpa berkata-kata.

"Apa-apaan ini? Dia merajuk?"

"Entahlah, baru kali ini dia bersikap seperti itu."

"Sejak tadi dia melamun, apakah dia sedang ada masalah?"

"Mungkin dia sedang bertengkar dengan Michelle?"

Ketika Jefrey baru saja keluar dari dalam kelas, seorang gadis yang menyadari keberadaannya terlihat sangat girang. Ia pun segera memberingsut memeluk Jefrey dari belakang.

"Sayang, aku merindukanmu!"

"Michelle?"

Michelle melepaskan pelukannya dan memutari tubuh Jefrey untuk memandang wajah kekasihnya itu dengan jelas.

Ekspresi wajah Michelle yang tadinya begitu antusias karena bertemu dengan Jefrey, kini terlihat kebingungan.

"Apakah ada masalah?"

Jefrey mengernyit, "Masalah?"

Michelle berniat akan mengusap wajah Jefrey, namun diluar dugaan tiba-tiba Jefrey menampik tangannya dan membuat gadis itu terkejut bukan main. Michelle menengok kanan dan kiri takut ada yang melihat kejadian tadi.

"Ini tidak seperti yang kita janjikan! Ada apa denganmu? Bagaimana jika ada yang melihat sikapmu barusan?"

Jefrey berdecih, "Maaf." jawabnya acuh lalu pergi setelahnya.

"Ya! Jefrey!" teriak Michelle kesal dan setelah itu banyak murid-murid lain keluar dari kelas untuk menyaksikan adegan itu.

Michelle berubah panik dan memaksakan senyumnya, "Kami tidak bertengkar kok, dia hanya tidak enak badan saja." dan kemudian ganti Michelle yang buru-buru pergi dari sana.

*************

Tenggg..teng..tenggg..

Bel istirahat akhirnya berbunyi. Irene dan Jessica berteriak gembira karena akhirnya jam pelajaran yang tidak mereka sukai sudah berakhir. Sementara itu, disisi lain Cindy malah terlihat murung dan tak bersemangat, dulu jika bel istirahat berbunyi dia dululah yang paling bersemangat tapi sekarang entah kemana perginya masa-masa bersemangat itu. Sekarang Cindy tak ingin keluar dari kelas, sungguh.

"Cindy kami sudah lapar, ayo ke kantin dan menemui para lelaki."

Deg! ah tidak!

Tidak bisa, ia tidak siap bertemu dengan Jefrey. Mau ditaruh mana wajahnya nanti?

"Tidak, kalian duluan saja, lagipula aku belum lapar." ujar Cindy beralasan.

"Benarkah? Tumben sekali."

"Iya, lagian aku juga malas untuk keluar kelas."

"Kau bercanda? Hei, ada apa denganmu hari ini? Kau aneh sekali."

"Aneh? Maksud kalian apa? Aku benar-benar sudah kenyang dan malas keluar kelas."

"Tidak,Cindy. Ini seperti bukan dirimu."

"Apa maksudmu? Jangan mengada-ngada. Jika kalian memang lapar, segeralah pergi ke kantin daripada sibuk mengajakku yang sudah kenyang ini."

Irene dan Jessica menatap satu sama lain, "Ya sudah, kami ke kantin ya? Rasanya ada yang kurang kalau kita tidak pergi bersama-sama." aku Jessica.

Irene mengangguk, "Benar, ya sudah kami pergi dulu."

"Maafkan aku ya, besok kita pasti pergi ke kantin bersama lagi."

"Tidak apa-apa, kami pergi." pamit Jessica pergi.

Dan kedua gadis itu sekarang benar-benar pergi meninggalkan Cindy sendirian di dalam kelas. Cindy mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas yang ternyata juga sudah kosong.

Ia berdecih, "Konyol, padahal aku sedang lapar sekarang." sesalnya.

Cindy pun menelungkupkan kepalanya ke atas meja berniat tidur dan melupakan rasa laparnya. Namun, belum beberapa menit ia memejamkan matanya, tiba-tiba tangannya ditarik paksa seseorang sampai membuatnya memekik keras.

"Kyaaa!"

Mata Cindy membulat sempurna setelah mengetahui siapa yang pelakunya.

"Jefrey?"

"Ikut aku!" ajak Jefrey tegas tak terbantahkan.

To be continued...

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status