Dimulai dari insiden pelecehan yang dilakukan oleh sahabatnya sendiri, Jefrey Antonio. Memaksa seorang Cindy Emilo menjauhi sahabat-sahabatnya yang lain karena merasa bersalah pada dirinya sendiri sudah masuk ke dalam pergaulan bebas. Kehidupannya mulai berubah setelah itu, Cindy menjadi murid berprestasi dan disisi lain ia juga dicecar rasa bersalah karena sudah menjauhi sahabat-sahabatnya, terlebih lagi Jefrey yang selama ini dikenal playboy,malah secara terang-terangan menyukai dirinya yang notabenenya sahabatnya sendiri. Bagaimana kisah ini akan berlanjut? ©2021 Shawing Eunbi.
View MoreTeengggg...teengggg...
Suara bel masuk berbunyi, semua murid berlari di sepanjang lorong untuk segera masuk ke dalam kelasnya masing-masing.
Sementara itu, seorang gadis sedang duduk di bangkunya, ia tampak menyenderkan kepalanya ke tembok seraya memerhatikan pelajaran yang diterangkan gurunya dengan acuh tak acuh. Bel masuk berbunyi sepuluh menit yang lalu, tetapi guru Lee malah datang lebih awal. Satu jam pelajaran saja belum berlalu, dan Cindy tidak bisa menyembunyikan rasa kantuknya apalagi ini adalah salah satu mata pelajaran yang paling tidak disukainya. Matematika adalah mimpi buruk bagi seorang Cindy Emilo diikuti mata pelajaran kimia dan fisika setelahnya.
"Ck, kapan bel ganti pelajaran akan berbunyi?" ucapnya sambil mulai memejamkan matanya.
Dan tidak disangka-sangka, tiba-tiba sebuah benda berukuran sedang cukup keras melesak cepat tepat mengenai kepalanya.
"Akh!" Cindy otomatis meringis menahan sakit.
Tanpa melihat kondisi, Cindy menggebrak mejanya dengan keras sehingga suaranya menggema memenuhi kelas. Siapa yang berani-beraninya mengganggunya, apakah orang itu mau cari mati?
“Siapa yang berani-beraninya mengganggu tidurku?!”
Suasana di dalam kelas itu begitu hening, tidak ada satupun orang yang memberinya jawaban. Namun tak berapa lama terdengar suara high heels yang memecah keheningan lalu berhenti tepat di samping bangkunya.
Perasaan Cindy tiba-tiba terasa tidak enak, ia pun kemudian memandang guru Lee yang melipat tangannya didada seraya memberikan tatapan tajam ke arahnya. Cindy meringis, apalagi setelah mengetahui sebuah benda yang mengenai kepalanya tadi ternyata penghapus papan tulis yang kini juga sudah kembali berada di tangan guru Lee.
“Selamat pagi, guru Lee. Bagaimana pagi anda hari ini?”
"Cindy Emilo, sudah berapa kali aku bilang untuk tidak tidur di jam pelajaranku?” tanya guru Lee pelan namun terdengar menusuk ditelinga Cindy.
“Ah, guru Lee. Sepertinya anda sudah salah paham. Saya sama sekali tidak tidur, tadi itu mata saya kelilipan jadi saya mau tidak mau harus memejamkan mata saat pelajaran anda sedang berlangsung.” jawab Cindy menyangkal tuduhan guru Lee dan setelahnya disambut tawa meledek oleh teman-teman sekelasnya.
Cindy memandangi teman-temannya dengan tatapan membunuh karena sudah menertawakannya disaat seperti ini, dan mereka pun terlihat tidak merasa prihatin ataupun merasa bersalah setelahnya. Teman macam apa mereka itu? Pikir Cindy ngenes.
“Aku tidak bisa mentolerirmu hari ini Cindy, karena ini bukan kali pertama kau melanggar tata tertib sekolah! Keluar dari dalam kelasku dan berdiri di depan kelas sampai pelajaranku berakhir.” Perintah guru Lee mutlak tanpa bisa diganggu gugat.
“Tapi guru Lee—“
“Tidak ada tapi-tapian, atau mau kutambah lagi hukumannya biar membuatmu kapok?”
“Baik, guru Lee. Hukumannya jangan ditambah lagi, saya akan segera melakukannya.” Tolak Cindy cepat.
Dan sesuai yang guru Lee perintahkan, Cindy pun menerima hukumannya dan melakukan apa yang guru Lee suruh. Ini memalukan! batinnya.
Ditempat lain.
"Jefrey Antonio, apakah kau tahu apa yang membuatku sangat menyukaimu?” tanya suara gadis itu dengan suara dimut-imutkan.
Jungkook menoleh ke arah pacarnya, Michelle Andita dengan menarik sebelah alisnya tidak mengerti. Michelle terkekeh dan langsung menyentil hidung mancung milik Jefrey.
“Karena kau adalah murid paling tampan dan populer di sekolah ini. Dan satu lagi,” Michelle menjeda kalimatnya lalu mencium pipi Jefrey. “Kau mau melakukan apapun demi aku.”
“Ah, jadi secara tidak langsung kau mengaku mau menjadi pacarku bukan karena cinta?”
Michelle tertawa mendapatkan pertanyaan semacam itu dari Jefrey, “Hei,Jefrey Antonio. Jangan membuatku merasa geli, apakah lelaki playboy seperti dirimu mempercayai cinta? Bukankah kau mengajakku jadian untuk mempertegas betapa populernya kau di sekolah ini dan untuk menghangatkan ranjangmu?” katanya sambil mengedipkan sebelah alisnya.
Jefrey memang dikenal seorang playboy tingkat akut di sekolahnya yang juga begitu populer berkat ketampanan dan kekayaannya sebagai putra perusahaan Antonio Corp. yang tersohor di seluruh negri. Banyak desas-desus mengatakan walaupun dia baru menginjak usia 18 tahun, ia sering bergonti-ganti pasangan untuk sekedar melakukan one night stand atau cinta satu malam. Selain playboy, dia juga player sejati.
“Benar, aku senang kau sadar akan posisimu, sayang. Setidaknya nanti jika kita putus kau tidak akan membuatku repot.”
Michelle nampak terdiam, kemudian ia memandang Jefrey dengan serius dan tiba-tiba gadis itu menarik tengkuk Jefrey dan menciumnya.
Jefrey yang mendapatkan serangan tak terduga menahan kepala Michelle agar menjauh, “Wow, pelan-pelan saja sayang. Kita masih ada di lingkungan sekolah.”
Michelle tersenyum menggoda, “Tapi aku jamin tidak akan ada yang melhat kita disini, sayang.”
“Tidak, Michelle. Aku tidak mau mengambil resiko. Sekarang mari kembali ke kelas. Aku sibuk.”
Walaupun Michelle masih enggan berpisah dengan Jefrey, namun mau tidak mau ia pun harus menurutinya. Ia berjanji dan menekankan pada dirinya sendiri jika Jefrey akan menjadi miliknya sampai kapanpun.
*******
"Hah, kapan bel istirahat akan berbunyi? Kakiku benar-benar terasa pegal karena berdiri terus sejak tadi." ucap Cindy merasa lelah harus menempa hukumannya terlalu lama.
Matanya menelisik ke segala penjuru memastikan tidak ada yang melewati depan kelasnya sehingga dirinya tidak perlu merasa malu karena mendapatkan hukuman dari guru Lee.
"Setidaknya aku tidak harus menanggung malu karena tidak ada murid lain yang lewat. " ucapnya bersyukur.
Dan ketika Cindy mulai melanjutkan hukumannya, tiba-tiba gadis itu mengaduh kesakitan karena kedua kalinya hari ini keningnya harus merasakan sakit lagi. Ia pikir guru Lee yang melakukannya, tapi setelah mengetahui siapa orang itu, otomatis emosinya mencapai pada titik klimaksnya.
"Jefrey sialan!" umpatnya keras pada lelaki itu, namun kemudian membungkam mulutnya sendiri takut ada guru lain mendengar umpatannya itu.
Jefrey yang melihat Cindy seperti itu malah terbahak.
"Hahahahahaha... Kenapa kau berdiri sendirian di depan kelas? Tidak mungkin, apakah kau sedang dihukum sekarang?”
“Tutup mulutmu, Jef. Untung saja kepalaku tidak bonyok hari ini..”
“Hei, jangan berlebihan. Aku hanya menyentilmu pelan kok. Lagian kau juga kenapa berbicara sendirian,hmm? Sebagai sahabat tentu aku berinisiatif memastikan kau tidak sedang kesurupan.”
"Ish! Kau tidak tahu betapa beratnya pagiku hari ini, mulai dari mendapatkan lemparan penghapus dari guru Lee lalu dihukum untuk berdiri di depan kelas sampai jam pelajarannya berakhir, belum lagi mendapatkan ledekan dari anak-anak lain, benar-benar sangat sial.”
Bukannya merasa kasihan dengan keadaan sahabatnya, Jefrey tertawa makin terbahak mendengarkan cerita Cindy yang apes.
"Makanya kalau dikelas jangan tidur." ucap Jefrey menasehati.
"Mwo? Bagaimana kau tahu jika aku tertidur di kelas?" kaget Cindy.
"Aku sudah mengenalmu lama Cindy, alasan dibalik kau dihukum berarti kalau tidak tidur di kelas, ya tidak mengerjakan PR." tebak Jefrey tepat sasaran dan langsung disambut poutan dibibir Cindy.
"Terima kasih Jef, kau memang benar-benar mengenalku dengan baik." sindirnya.
"Tidak masalah, sahabat." balas Jefrey dengan ekspresi meledek.
Cindy memutar bola matanya jengah, namun kemudian ia menatap Jefrey sambil mengerutkan dahinya setelah teringat sesuatu.
"Tunggu, apakah kau juga dihukum? Kenapa kau tidak mengikuti pelajaran? Apakah kelasmu jam kosong ataau kau membolos ya?" tebak Cindy beruntun.
"Ti--tidak, aku tadi baru saja ke toilet. Jangan berpikir macam-macam tentangku." sanggah Jefrey.
Cindy mengedikkan bahunya kemudian, mau apapun alasannya itu bukan urusannya.
"Okeee, aku percaya."
"Aku mau kembali ke kelas dulu, dan nikmati hukumanmu. " pamit Jefrey pergi, namun sebelum itu dia kembali menyentil kening Cindy lagi.
"Awwhhhh.. ya!! Sialan kau Jef, mau jadi apa keningku hari ini heii!!" kesal Cindy tak berkesudahan.
Kantin
Suasana kantin mulai ramai karena jam istirahat telah tiba, banyak murid yang datang ke kantin untuk antri mengambil makan siang mereka yang sudah disediakan oleh pihak sekolah. Sementara itu, di sudut penjuru kantin ada dua orang gadis tengah menyantap makan siang mereka.
"Cindy, bisakah kau makan dengan pelan-pelan? Kau bisa tersedak nanti.." ucap Irene mengingatkan Cindy yang terlihat makan dengan cepat.
Cindy tak mengindahkan peringatan Irene karena setelah melalui hukuman yang berat, akhirnya ia bisa bebas dan perutnya benar-benar keroncongan karena tadi pagi ia lupa tidak sarapan.
"Maafkan aku Irene, aku benar benar lapar. Kau tahu? Hari ini aku sial sekali karena harus dihukum guru Lee berdiri selama 2 jam di depan kelas." Curhat Cindy.
Irene tersenyum seraya menggeleng-gelengkankan kepalanya.
"Makanya jadi orang tuh, dengerin pelajaran sampai selesai bukannya malah tidur." Jawab Irene menasehati.
Cindy mempoutkan bibirnya karena nasehat irene. Gadis itu memang memiliki kebiasaan suka mempoutkan bibirnya jika sedang kesal.
"Ya..ya..yaa.. anggap saja aku khilaf hari ini." Kata Cindy seadanya.
"Cih, khilaf sih khilaf , tapi berkali kali. " balas irene sambil mencebik.
"Hehehehe.. itu kau tahu. Eh tunggu, Jefrey, Jessica, Leon dan William kemana? Mengapa mereka belum muncul juga dari tadi?” heran Cindy kepada sahabat-sahabatnya itu.
"Oh, Jessica dan Leon sedang di Taman, biasalah orang pacaran. William sedang berada di lapangan bermain basket dan Jefrey, aku tidak mengetahuinya." jawab Irene menjawab pertanyaan yang diajukan Cindy.
"Ck, anak itu paling sedang making out dengan pacar barunya itu, si Michelle" ucap Cindy menebak.
"Hahahahahaha..benar juga, dasar player." angguk Irene setuju dengan tebakan Cindy yang mengarah benar.
Panjang umur, tak berapa lama Jefrey datang memasuki kantin dan setelah melihat dua sahabatnya tengah duduk berdua di sudut kantin. Ia pun segera menghampirinya.
"Hai, girls!" sapa Jefrey.
"Hai!" balas Irene.
"Panjang umur sekali dirimu, Jef." Kata Cindy menyambut Jefrey.
"Panjang umur? Um, Kalian pasti sedang membicarakan ketampananku ya?? " Ucap Jefrey percaya diri.
"Cihhhh.. aku ingin ke kamar mandi mau muntah." balas Cindy buru-buru pergi dari sana.
"Aku jugaa... Hueeekkk!" sambung Irene mengikuti Cindy di belakangnya.
"Yaa!!! Kalian mau kemana? Yaa!!" Teriak Jefrey tidak terima, namun kemudian lelaki itu tersenyum memandang kedua sahabatnya yang baru saja meninggalkannya itu. Jefrey senang bisa memiliki sahabat seperti mereka karena mereka bukan tipikal teman yang tulus di depan dan busuk di belakang.
Sudah dua hari berlalu semenjak Cindy mendapatkan bocoran siapa pelaku dibalik kecelakaan William. Dan jawaban pria itu benar-benar di luar dugaan, kalau Lisa bukanlah pelakunya melainkan seseorang yang ia kenal dekat.Cindy tidak tahu bagaimana ia harus menyikapi hal ini, karena jujur saja saat ini ia masih sangat terkejut dan bertanya-tanya, siapa orang itu. Pasalnya William belum sempat mengatakan siapa orang itu, karena Irene tiba-tiba muncul."Ndy?" Lamunan Cindy mau tidak mau harus buyar ketika secara tiba-tiba Jefrey datang ke rumahnya. Tunggu, bagaimana caranya pria itu masuk? Sementara ia sudah melarang penjaga keamanan rumahnya untuk tidak memperbolehkan seorang Jefrey Antonio, masuk ke dalam rumahnya.Cindy memang belum berbaikan dengan pria itu, atau lebih tepatnya Cindy sendirilah yang belum mau berbaikkan dengannya. Entah mengapa Cindy selalu merasa kesal ketika mengingat Jefrey terus membela Lisa.Ia tahu ini kon
“Akhir-akhir ini aku melihat kau dengan Jefrey terlihat tidak akur. Apakah sudah terjadi sesuatu di antara kalian?” Irene bertanya kepada Cindy yang duduk di sampingnya. Cindy hanya menoleh sebentar ke arah Irene, kepalanya mengangguk mengiyakan pertanyaan yang dilayangkan wanita itu.“Kau tidak perlu khawatir, Irene. Di dalam sebuah hubungan, pertengkaran kecil akan sering terjadi.” Jelas Cindy, dan hal itu membuat Irene tersenyum.“Kau benar, Ndy. Tapi sepertinya pertengkaran di antara kalian itu tampak begitu serius. Jika terjadi sesuatu, kau bisa menceritakannya kepadaku. Aku tidak mau melihat kedua sahabatku akhirnya berpisah lagi karena ego masing-masing.” Irene nampak menasehati dan menawarkan jasa curhat cuma-cuma kepada Cindy. Wanita itu hanya menggeleng dan tersenyum. Cindy tidak mau menceritakan masalahnya tentang Jefrey, karena hal ini menyangkut tentang seorang Lisa Watson dan sementara itu saat ini dia sedang dalam kecu
"Aku sudah menduganya, ada yang tidak beres dengan kejadian ini." Jessica baru saja kembali ke Korea bersama Leon, setelah pulang dari Sydney. Hari ini kedua orang itu datang ke rumah sakit untuk melihat keadaan William. Mereka juga tahu jika Lisa Watson menemui William dan menanyakan keberadaan Jefrey segala. Dan Jessica tidak tahu apa motif dibalik sikap wanita itu yang tiba-tiba kembali muncul di permukaan."Apakah kalian sudah melapor kepada polisi karena alasan ini? Wanita itu patut dicurigai." timpal Leon. Jefrey dan Cindy menatap satu sama lain, tidak ada Irene disana karena mereka tidak ingin hal ini semakin menambah beban pikiran wanita itu. Karena keadaan emosinya yang masih belum stabil."Kita tidak boleh sembarangan melaporkan orang, meski wanita itu patut dicurigai, namun kita masih belum memiliki bukti. Bukankah begitu, Jef?""Ah iya, aku setuju dengan perkataan Cindy. Kita tidak bisa asal menuduh, karena tidak ada bukti kuat yang mengarah jika Lis
Jefrey dan Cindy resmi menjalin hubungan kembali setelah usaha William mempertemukan mereka di pesta ulang tahun Peters Smith, yang kebetulan bukan hanya teman SMP Jefrey, namun juga merupakan teman sejurusan Cindy di kampusnya itu. William mencari celah itu agar kedua sahabatnya itu bisa menyelesaikan permasalahan mereka empat tahun lalu dengan bonus, mereka kembali bersatu. Ya, William menjadi otak dibalik bersatunya Jefrey dan Cindy kembali. karena pria itu tahu jika sebenarnya kedua orang itu masih mencintai satu sama lain.Maka dari itu, Cindy maupun Jefrey begitu menghargai William. Namun belum genap sehari hubungan mereka menyatu, mereka berdua sudah dikejutkan dengan kabar tidak mengenakkan dari Korea, dimana Irene menghubungi Cindy seraya menangis tersedu-sedu. Irene mengabarkan jika William mengalami kecelakaan yang begitu parah, hingga membuatnya harus masuk ruang unit gawat darurat dan sedang menjalani masa kritisnya. Hal itu tentu saja langsung membuat Cindy dan
Jefrey baru saja kembali ke apartemennya setelah mengantar Cindy pulang, perasaannya saat ini benar-benar tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ia sangat bahagia sekali, karena akhirnya Cindy memberinya kesempatan setelah ia memintanya dengan segala bentuk keseriusan dan ketulusan dari dalam benaknya yang paling dalam. Dan Jefrey masih mengingat dengan jelas bagaimana Cindy menitipkan kepercayaannya lagi kepadanya, tentu saja Jefrey berjanji, ia akan menjaga kepercayaannya dan bertanggung jawab penuh menyembuhkan luka wanita itu."Oh, aku harus memberitahu William tentang hal ini. Pria itu pasti akan senang."Dia pun menekan nomor William di ponselnya dan kemudian mengubunginya. Tidak berapa telepon itupun tersambung."Halo, Wil?"Jefrey mengernyitkan dahinya ketika mendengar bukan William lah yang mengangkat teleponnya, ia tahu suara ini. Dia pasti sedang berduaan dengan Irene."Ck, mentang-mentang mau nikah, nempel terus." sindir Jefrey halus,
Keadaan kafe itu cukup ramai, karena bertepatan dengan jam makan siang, jadi cukup banyak pengunjung siang itu. Mobil yang membawa Jefrey dan Cindy sudah terparkir di depan kafe, keduanya sudah masuk ke dalam dan duduk di meja yang kosong."Mau makan apa, Jef?" Cindy bertanya kepada Jefrey yang baru saja duduk di kursinya. Jefrey menatap Cindy."Sama punyamu sajalah.""Yakin enggak mau nyoba yang lain?"Jefrey menggelengkan kepalanya. "Iya, yakin."Cindy pun akhirnya memesankan menu makan siang Jefrey sama seperti pesanannya yaitu dua pastrami dengan isi bacon dan juga dua americano. Setelah pelayan pergi, kini mereka kembali berduaan. Meski ada insiden kecil di apartemen tadi, keduanya masih bisa mengatasi situasi canggung di antara mereka. Jefrey memandang Cindy yang sedang memerhatikan musik live yang dibawakan oleh seorang penyanyi di atas panggung kecil itu."Suaranya bagus ya?" Jefrey memulai obrolan lagi. Cindy yang awalnya t
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments