"Semua orang punya topeng masing-masing, tinggal bagaimana cara kita memakainnya."
Gerall Yuan Elfateh *** Allana menghempaskan tubuhnya di tempat tidur, Allana tidak habis pikir ada orang seperti Gerall. Gerall memang nakal, petakilan dan hama di hidupnya. Namun, baru kali ini Allana melihat cowok itu meneteskan air mata. Setelah hampir dua tahun Allana mengenal Gerall. Ah, lebih tepatnya Gerall yang mengenalnya karena Allana baru mengenal Gerall setahun yang lalu. Allana menemukan sisi lain seorang Gerall. Gerall memang tidak seburuk yang Allana kira, tetapi kejadian tadi membuat Allana faham jika Gerall tidak bercanda dengan ucapannya. Ah, mengingat itu membuat mood Allana rusak saja. "Gerall Yuan Elfateh, gue baru tahu siapa lo sebenarnya. Gue kira lo sama aja kayak badboy lain. Lo beda banget Gerall, gue salut sama lo," ujarnya sembari menatap langit-langit kamar dengan lukisan galaksi Andromeda dan bintang-bintang kecil. Allana seorang astrophile, maka dari itu kamarnya bertema benda-benda langit. Bukan cuma hiasan kamarnya saja, Allana juga memiliki beberapa buku dan sebuah teleskop. "Gerall juga ganteng," ujarnya lagi. Allana memeluk guling dengan erat kemudian membelainya lembut. Apa Allana sudah gila? "Apaan, sih? Kok, malah muji dia." Allana merutuki dirinya sembari mengetuk kepala pelan. Allana kembali diam, pikirannya terlempar pada kejadian siang tadi. Saat Gerall mengajaknya masuk penjara bareng. Konyol memang. *** Gerall menghentikan motor di depan sebuah bangunan, Allana membulatkan mata tak percaya. Gerall benar-benar mengajaknya ke kantor polisi. "Ayo, turun," ujar Gerall membuyarkan lamunannya. Dengan malas Allana turun, kemudian membuka helm dengan pelan dan langsung menyerahkannya pada Gerall. Allana masih belum tau, apa tujuan Gerall mengajaknya ke kantor polisi? Apa mereka akan masuk penjara seperti yang cowok itu katakan? Allana bergidik. Apa Gerall akan melaporkannya dan melakukan kebohongan? Misal, mengatakan dirinya pencuri, pelaku kekerasan atau bisa saja Gerall mengatakan jika Allana seorang pembunuh. "Apa yang lo pikirin itu gak bener," ujar Gerall yang seakan bisa membaca pikiran orang lain. "Hah?" Gerall dengan cepat menarik pergelangan tangan Allana, membawanya masuk dengan tergesa-gesa. Allana sedikit meringis, saat menatap beberapa nara pidana dengan tampang sangar tengah menatapnya liar. "Hai, Ayah Polisi. Saya masuk, yah," ujarnya ramah pada salah seorang polisi yang bertugas. "Kunjungan rutin, All?" tanyanya sembari menatap remaja di depannya. Gerall hanya mengangguk, memang di sini Gerall lebih akrab di panggil All. "Pacar kamu?" Polisi itu kembali bertanya setelah menyadari jika remaja yang kerap ia panggil All itu tidak sendirian. "Iya, Yah. Doain semoga jodoh, yah," jawab Gerall santai. Allana membulatkan matanya, terkejut dengan pengakuan Gerall. Enak saja main ngaku-ngaku Allana pacarnya. "Buk-." Allana berusaha menjelaskan, tetapi terlebih dahulu dipotong oleh Gerall. "Pacar saya cantik kan, Yah?" "Cantik, jadi menantu Ayah kayaknya cocok," ujar polisi itu sembari tertawa. "Tahun depan akan saya nikahi. Restuin, yah?" Pria paruh baya itu kembali tertawa. "Mau nikah sekarang juga Ayah restuin." Ia menepuk pelan pundak Gerall yang sudah ia anggap anak, ia juga yang meminta Gerall memanggilnya ayah. "Tapi saya buk-." "Saya duluan, Yah. Pacar saya ini memang pemalu, walau kadang malu-maluin," ujar Gerall kembali memotong ucapan Allana. "Jangan lupa nanti malam mampir ke rumah, Ayah." "Siap, Ayah. Aduh, saya minta maaf banget ini, kalau pacar saya kelewat cantik," ujarnya sembari merangkul Allana yang tengah bermuka masam. "Lo apa-apaan, sih?" ucap Allana setelah mereka meninggalkan orang yang Gerall panggil ayah. Allana mendelik sembari melepaskan rangkulan Gerall dari tubuhnya. "Apanya yang apa-apaan?" "Tadi itu lo apa-apaan?" "Bukan apa-apaan," jawan Gerall santai. "Apaan coba bukan apa-apaan? Jelas-jelas tadi itu lo apa-apaan." "Tadi itu bukan apa-apaan. Kok, lo ngegas?" "Lagian lo juga apa-apaan?" "Apa-apaan, sih? Kok, jadi apa-apaan gini?" ujar Gerall bingung. "Iya juga, yah. Bingung gue," ujar Allana sembari menggaruk hidungnya. "Stop ngomong apa-apaan lagi! Pusing gue." "Lo sewot mulu kayak cewek lagi PMS," ujar Allana sembari menatap Gerall. "Gue emang lagi PMS." "Hah?!" Gerall tidak menanggapi ucapan Allana, dia dengan santai menarik Allana ke salah satu kursi. Tak lama munculah seorang pria dan langsung duduk di hadapan kedua remaja tersebut. Allana melongo saat menatap pria yang baru saja duduk, sepertinya Allana tidak asing dengan wajah pria ini? Allana seperti sudah mengenalnya, tapi di mana? "Gimana kabar lo?" "Gue baik, lo sendiri gimana?" ujar Gerall balik bertanya. "Ya, seperti yang lo lihat. Gue cukup baik." "Baguslah, gue gak perlu repot-repot bawa makanan kalau ke sini," ujar Gerall santai. "Ini pacar lo?" "Saya temennya Gerall, Pak," jawab Allana cepat. Allana tidak mau jika Gerall akan mengklaim dirinya pacar cowok itu lagi. Pria di depannya tertawa, begitu pun juga dengan Gerall. Allana hanya tersenyum canggung, apa ada yang lucu? Pikirnya. "Jangan panggil gue, Pak! Gue masih muda," ujarnya setelah menghentikan tawanya. "Kenalin gue Derill, kakaknya Gerall," ujarnya sembari menyodorkan tangan. Dengan ragu Allana menerima uluran tangan tersebut sembari menyebutkan namanya. "Lo mau jadi cewek gue?" "Hah?!" "Enak aja lo, Bang. Dia calon cewek gue," ujar Gerall tak terima. "Baru calon, belum jadi," ujar Derill santai. "Ayah udah ngasih restu." "Kok, ayah ngerestuin, sih? Harusnya buat gue aja," ujar Derill seolah tak terima. "Gue cabut. Lama-lama di sini panas," ucap Gerall sembari menarik tangan Allana. Derill tertawa, puas melihat wajah kesal adiknya. Gerall memang tidak berubah, walaupun sekarang tak sebaik dulu.Allana menatap takjub kearah Gerall, kekasihnya itu tengah memainkan piano. Desiran ombak serta matahari yang mulai terbenam menambah kesan romantis. Allana bisa merasakan ada debaran emosi dibalik permainan piano Gerall. Canon In D, salah satu musik klasik kesukaannya. Setelah semua yang terjadi dalam hidupnya, Allana akhirnya merasakan debaran yang tidak biasa. Perasaan sedih, sakit dan lega yang muncul secara bersamaan. Allana masih menatap Gerall, wajah Gerall tampak sangat sendu. Allana tahu, Gerall banyak merasakan rasa sakit. Allana tersenyum, mengusap sudut matanya yang mengembun. Bertepuk tangan dengan antusias setelah Gerall mengakhiri permainan pianonya yang penuh emosi. Allana tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memeluk Gerall setelah pria itu berdiri tepat di depannya. "Lo kenapa, Na?" Tanya Gerall seraya membalas pelukan hangat kekasihnya. Gerall mengusap lembut punggung kecil Allana yang sedikit bergetar, membiarkan gadisnya menumpahkan semua rasa yang dipendam
Gerall menatap Allana, tersenyum kecil mendapati betapa bahagianya gadis itu. Gerall melanjutkan aktivitasnya membakar ikan yang baru saja mereka beli, resto ini memang menyediakan layanan agar para pengunjung dapat memasak makanannya sendiri. Allana berjalan mendekat, mengangkat dua botol minuman di kedua tangannya. Menunjukkannya kepada Gerall, membuat Gerall kembali tersenyum. "Gerall gosong!" ujar Allana sedikit berteriak. Gerall tersentak, tangannya tidak sengaja menyenggol botol kecap di sebelahnya. Pandangannya teralihkan menatap ikan bakar di depannya. "Gak gosong sayang," ujar Gerall menatap Allana sekilas, kemudian menunduk mengambil botol kecap yang tergeletak di lantai. Allana tertawa renyah, senang karena berhasil mengerjai kekasihnya itu. "Lo bisa masak?" Tanya Allana berjalan mendekat, meletakkan minuman yang dirinya bawa di atas meja sebelum akhirnya ikut membantu Gerall membakar ikan. "Aku?" "Iya Gerall lo," jawab Allana sedikit mendongak menatap wajah
Burung-burung berkicau merdu, angin berembus dengan pelan. Semesta seakan mendukung suasana hati Gerall yang tengah berbahagia. Gerall tengah sibuk mengelap motor kesayangannya, pria itu bahkan sesekali bersenandung kecil. Gerall terkekeh geli menyadari keanehan pada dirinya. "Let's meet with my princess, bung," ujar Gerall menatap motor kesayangannya yang baru saja selesai dia bersihkan. Ini pertama kali dirinya dan Allana akan berkencan setelah mereka meresmikan hubungan antara keduanya. Gerall tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum. Gerall bahkan mengetuk kepalanya pelan, bingung dengan dirinya yang tidak bisa menahan senyumnya. "Allana udah bangun belum, yah?" Tanyanya pada diri sendiri. Gerall berjalan santai, meraih ponselnya yang dibiarkan tergeletak begitu saja. Gerall mengotak-atik benda pipih itu, mengetikan sesuatu hingga akhirnya benda pipih itu kini tepat berada di telinganya. "Bangun sayang," ujar Gerall setelah panggilannya tersambung dengan Allana.
"Turun, Sayang," ujar Gerall lembut.Saat ini mereka tengah berada di depan rumah Allana, gadis itu tampak tersipu. Gerall hanya menggeleng pelan, dia tidak mengerti, kenapa perempuan sangat mudah merasa malu?Allana turun dengan pelan, dia menunduk. Menyembunyikan pipinya yang memerah, membuat Gerall menatapnya bingung. Gerall bukan orang yang ahli tentang perempuan, tentu Gerall merasa heran melihat tingkah pacarnya sendiri."Kenapa?" tanya Gerall lembut.Gerall mengacak pelan rambut Allana, membuat gadis itu mendongak menatapnya. Gerall tersenyum, merapikan kembali rambut gadis itu yang berantakan karena ulahnya.Allana diam mematung, jantungnya berdetak sangat cepat. Rasanya tubuh seakan kaku, tak mampu untuk bergerak sedikit pun."Gue masuk dulu," ucap Allana cepat. Allana tidak ingin Gerall tahu bahwa dirinya tengah gugup.Gerall tersenyum, cowok itu memperhatikan Allana masuk. Langkah gadis itu sangat cepat, membuat Gerall tersenyum geli.Gerall kemudian menjalankan motornya, m
Allana berjalan dengan tergesa-gesa, di sampingnya ada Gerall yang tengah menggandeng tangannya. Sedikit menahan tangan Allana karena takut kekasihnya itu terjatuh. Allana mengerutkan bibirnya, Allana sudah menolak digandeng, tetapi Gerall tetap memaksa. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka, merasa heran karena kedua sejoli itu tampak sangat akur. "Belajar yang bener! Kalau ada yang ngelabrak lo, lapor sama gue," ucap Gerall saat mereka tiba di depan ruang kelas Allana. Dia mengelus rambut gadis itu, membuat orang-orang melongo karena tingkahnya. "Gak mungkin ada yang berani labrak gue," ujar Allana sembari menyingkirkan tangan Gerall yang masih berada di kepalanya. Gerall tersenyum kemudian berlalu dengan langkah besarnya, karena memang mereka beda kelas. Dia menatap beberapa siswi yang memandangnya heran. Gerall paham, mereka pasti bingung melihatnya berangkat dengan Allana tadi. Gerall terus berjalan menuju kelasnya, hari ini Gerall tidak akan bolos. Dia akan belaj
Gerall menghentikan motornya di sebuah taman, dia turun kemudian menarik tangan Allana. Membawa gadis itu menuju salah satu kursi di sana."Na, gua mau minta tolong," ucap Gerall serius.Gerall menatap Allana lembut, membuat gadis itu ikut menatapnya. Untuk sementara mereka hanya diam, sampai akhirnya Allana memalingkan wajah. Tidak baik juga mereka terlalu lama tatap-tatapan."Minta tolong apa?" tanya Allana sembari menatap lurus ke depan. Dia mati-matian menahan lapar, berharap perutnya tidak berbunyi.Gerall tersenyum, dia menunjuk beberapa tumpukkan kardus sehingga membuat Allana mengernyit heran."Bantu gue dekor taman ini," bujuk Gerall penuh harap. Gerall menatap Allana, meneliti setiap inci wajahnya membuat gadis itu memalingkan pandangan.Gerall terkekeh, dia mengangkat tangan bermaksud mengacak rambut panjang Allana. Namun, dia urungkan karena takut gadis itu marah. Gerall bangkit, kemudian berlalu begitu saja setelah m