"Aku sedang tidak bergairah, Natalie. Aku hanya butuh penjelasan kamu." Darren melepaskan tangan istrinya dan dia menjauh kemudian duduk di atas sofa. Natalie yang tak mau marah pun mulai menjelaskan mengapa dia mengirim Arfan pergi. "Aku tau dia adalah mata-mata--" "Darimana kamu tau dia itu mata-mata?" Darren memotong penjelasan istrinya yang belum lengkap. "Dari seorang pria yang--""Yang apa?" Darren memotong lagi ucapan istrinya yang hampir saja keceplosan. "Dari seorang pria misterius yang menelpon aku. Sama seperti penelpon yang mengatakan aku harus berhenti atau aku harus bercerai denganmu..." jelas Natalie terbata-bata. Darren diam sejenak karena dia sama sekali tidak mengerti dari siapa istrinya mendapatkan telpon misterius yang memberitau dirinya bahwa Arfan adalah seorang mata-mata."Aku harus memeriksa ponsel kamu!" Deg, deg, deg. Jantung Natalie semakin berdebar dengan kencang. Dia melotot menatap suaminya karena bukan pria misterius melainkan Vincent yang telah member
Mereka berdua menyimpulkan bahwa keduanya sedang terancam jadi, Darren membantu istrinya karena dia penasaran dengan sesuatu yang sudah dia abaikan. Dia memberanikan diri untuk membantu istrinya karena dia sudah lelah bahwa pernikahannya dijadikan permainan oleh mereka. Natalie mengatakan idenya kepada Darren untuk menjadikan Arfan mata-mata mereka dan dia harus menginformasikan setiap detail apa yang mereka lakukan dan apa tujuan mereka mempermainkan pernikahan Natalie dan Darren. "Siapapun yang meminta kita bercerai, mereka mungkin saja yang sudah menjebak kita untuk menikah." ucap Natalie mengatakan pendapatnya tentang kelompok misterius yang tak pernah memberikan mereka istirahat yang tenang.Darren yang sudah tau pelakunya pun tak mau mengatakan yang sebenarnya. Dia ingin istrinya menemukan hal itu sendiri karena mungkin saja fakta itu dapat menyakiti perasaan Natalie. "Mungkin saja. Kita akan menemukan mereka dan mengetahui apa tujuan mereka menikahkan kita." Darren mengelus pi
Setelah berdansa dan minum sampanye. Mereka mabuk dan menuju ke kamar yang sudah dihiasi dengan bunga-bunga mawar di sepanjang depan pintu sampai ke ranjang. Darren dan Natalie masih mabuk akan tetapi, mereka masih bisa menyadari betapa indahnya dekorasi kamar mereka malam ini. Persis seperti yang Natalie minta. Darren mengunci pintunya untuk privasi berdua dan menjaga prinsip mereka untuk rajin berolahraga sebelum tidur sebelum memiliki anak. Mereka saling bertatapan dalam dan napas keduanya dapat saling tercium. Darren sudah sangat terdengar bergairah terdengar dari ucapannya yang sangat romantis namun, kotor memenuhi telinga Natalie dan mengalir ke setiap titik syaraf sensitifnya. Dia semakin merasa sentuhan Darren ketika suaminya meraba punggungnya pelan, memijat kedua pinggulnya sementara lidahnya menjelajah leher Natalie. Tangan Darren dengan ramah dan pembukaan, dia membuka resleting dress warna merah milik Natalie dan membuangnya di atas sofa. Dia juga membuka setelan tuxedo
"Anak angkat? bukannya Nolan adalah anak kandung Vincent?" Darren mengernyitkan dahinya karena dia heran dengan asumsi istrinya yang entah darimana. "Iya, anak angkat. Nolan sendiri yang bilang tadi sama polisi. Dia juga udah izin cuti karena mau memakamkan ayahnya dulu lalu baru bekerja." jelas Darren lagi. "Kenapa kamu bisa bilang Nolan anak kandung Vincent?" Darren menyipitkan matanya karena dia terkejut dengan asumsi istrinya yang mengatakan bahwa Nolan adalah anak kandung dari Vincent. "Wajah mereka agak mirip. Mereka juga sangat dekat, kamu tau aku ketemu Nolan jauh hari sebelum kamu karena aku menyewa dia, kan?" dengan cepat Natalie memberikan pernyataan yang terdengar masuk akal di telinga suaminya sehingga Darren hanya menganggukan kepalanya karena memang itu yang terjadi sebelum istrinya menyewa seorang pengawal."Aku sempat ketemu Vincent waktu menyewa Nolan. Dan wajah mereka mirip sekali jadi, aku berpikir awalnya mereka ayah dan anak kandung tanpa aku bertanya kejelasann
"Ya, tapi kan kita gak perlu explore semuanya, buat apa?" keluh Darren yang sudah lelah dan ingin hidup normal saja tanpa adanya hal semacam ini. "Karena aku ingin tau alasan pembunuhan di kastil itu? Kenapa mereka membunuh orang yang belum tentu bersalah dan siapa dibalik semua ini dan siapa dalangnya?" Natalie terus ngotot menjelaskan sampai Darren saja pusing mendengarnya. "Aku mau kita berhenti disini. Cukup kita tau apa ini dan kita tidak akan pernah kembali kesana!!" tegas Darren yang membuat Natalie memijat kepalanya pelan. "Bagaimana jika aku masih punya keinginan untuk kembali kesana?" Natalie menatap suaminya serius. "Aku tidak akan membantu kamu lagi dan kamu akan terima resikonya sendiri, Natalie. Aku sangat mencintai kamu dan tidak mungkin aku membiarkan kamu kesana sendirian..." ucap Darren terbata-bata karena dia tidak bisa mengucapkan persaannya di depan umum. Ada cukup banyak peneliti yang duduk dan bekerja di laboratorium ini dan mereka seketika berhenti sejenak u
"Ada apa lagi, Nolan?" Natalie berbisik di telpon karena dia tau suaminya tidak akan suka apabila dia masih berhubungan dengan Nolan. "Aku hanya ingin bertanya apa yang harus kita lakukan selanjutnya karena aku masih di Italy dan pestanya masih berlanjut untuk beberapa orang." Natalie terkejut mendengar pernyataan Nolan padahal jelas pestaya sudah dihentikan karena ada pembunuhan Vincent. "Bagaimana pestanya masih berlanjut padahal semua anggota keluarganya sudah pulang ke rumah masing-masing?" Natalie mengernyitkan dahinya karena pestanya seharusnya tidak berlanjut. "Mereka tergabung dalam sebuah organisasi yang bernama 'Carly'. Aku menemukan sebuah cincin di kamar anda waktu itu dan di lingkaran cincin itu tertulis nama 'Carly' sehingga bisa dipastikan itulah nama organisasi mereka yang entah bergerak dalam bidang apa?" jelas Nolan."Jika mereka berkelompok, sudah pasti mereka menjalankan bisnis illegal." Natalie hanya bisa berasumsi akan tetapi, hati kecilnya mengatakan bahwa Ca
Natalie terbangun dan dia dikelilingi oleh para pengawal dan seorang dokter yang sedang menanganinya. "Kenapa dengan saya, dok?" Natalie memijat kepalanya karena dia merasakan sakit kepalanya terlebih setelah dia pingsan. "Congratulation Mrs Carter, you're pregnant!" Natalie tampak tidak terkejut, dia malah lanjut memijat kepalanya dan memposisikan kepalanya agar terasa lebih nyaman. "Aren't you happy with this news?" sang dokter bertanya lagi karena Natalie tidak terlihat begitu senang ketika sang dokter mengucapkan selamat atas kehamilannya. Bagaimana dia bisa senang ketika suaminya saja tiba-tiba menceraikannya tanpa alasan yang jelas. Suaminya kini juga menghilang entah kemana bahkan Natalie tidak bisa menghubungi suaminya, sekarang dia harus senang dengan kabar yang dia sendiri sudah tau sejak beberapa minggu yang lalu?"No, it's not like that. You don't have to come but, thanks. I'm already a doctor." Natalie melemparkan sedikit senyum agar terlihat lebih ramah kepada sang dok
"Aku sudah bertanya, mengapa harus bertanya lagi?" balas Natalie terdengar sendu dan lebih tenang kali ini. Dia juga tak memaksa serta tak menuntut. "Berapa kali aku harus memperingatkan kamu untuk tidak terobsesi pada para pembunuh itu?" Darren mendekat dan menatap istrinya dengan serius."Apakah pernah sekali aku menduakan kamu? Atau apakah aku pernah jatuh cinta kepada para pembunuh itu sehingga kamu mengatakan aku telah terobsesi dengan mereka?" Natalie mengangkat kedua alisnya dan dia masih bersuara dengan tenang meskipun hatinya kini sedang teriris pelan melihat suaminya yang sudah menyakiti hatinya. "Jika ingin bercerai, bercerai saja dan cukup jelaskan alasannya sekali karena aku tidak ingin mendengarnya berulang kali." Darren melangkah lebih dekat dan duduk di depan meja istrinya."Aku hanya ingin melindungi kamu sehingga mereka tidak menganggu kehidupan kamu. Aku tidak ingin melihat kamu mati hanya karena kamu ikut campur dengan urusan mereka." Natalie tertawa mendengar uc