Home / Romansa / Fall In Love | Dua Arah Hati / Bab 2 Strategi Cegil, Perjuangan Level Baru

Share

Bab 2 Strategi Cegil, Perjuangan Level Baru

Author: HmLisa
last update Huling Na-update: 2025-06-14 17:11:24

Setelah kejadian poster dan parkiran kemarin, gue sadar satu hal: kalau mau ngerebut perhatian Edward, gue harus naik level. Gak cukup cuma senyum manis atau bawa bekel. Gue harus jadi Lisa yang beda. Lisa yang lebih... cegil.

Malam itu, gue bikin rencana yang gue kasih nama "Operasi Jatuhin Hati Edward". Serius, gue udah nggak peduli lagi sama gengsi. Maya, partner setia gue, langsung setuju buat bantuin.

"Jadi, langkah pertama apa, Bos?" tanya Maya sambil ngemil keripik di kamar gue.

Gue nyengir lebar. "Langkah pertama: bikin Edward sadar kalau gue nggak cuma cewek biasa. Gue harus beda dari Aluna."

"Lo mau jadi superhero atau gimana?" Maya ngangkat alis.

"Bukan superhero, tapi... lo liat aja nanti."

Langkah 1: Transformasi Look

Besoknya, gue pergi ke sekolah dengan gaya baru. Rambut gue diikat tinggi ala cheerleader, gue pake rok plisket yang lucu, dan sepatu putih bersih kayak iklan detergent. Bukan cuma itu, gue juga pake lip gloss buat pertama kalinya.

Pas gue masuk kelas, semua mata langsung ke gue. Bahkan Maya sampai bengong.

"Lisa, lo serius nih? Kok tiba-tiba glowing gini?" bisiknya.

"Gue serius banget. Ini baru pemanasan."

Gue jalan dengan penuh percaya diri ke arah tempat duduk gue. Tapi sebelum gue sempet duduk, gue sadar Edward lagi duduk di pojok kelas, sibuk sama buku tebelnya seperti biasa.

Gue ngambil napas dalam-dalam, terus jalan ke mejanya.

"Good morning, Ed!" gue nyapa dengan nada ceria.

Edward ngangkat kepala, ngeliat gue sebentar, terus... balik lagi ke bukunya.

Gue nggak nyerah. Gue narik kursi di sebelahnya dan duduk santai.

"Lo baca buku apa lagi hari ini? Calculus jilid dua?" gue bercanda sambil nyengir.

"Physics," jawabnya datar.

"Gue suka banget fisika, loh!" Bohong, tapi demi misi ini, gue rela ngelakuin apa aja.

Edward ngeliat gue dengan tatapan nggak percaya. "Lo serius?"

"Serius banget," gue bohong lagi. "Kalau lo mau, gue bisa jadi partner belajar lo."

Edward diem sebentar, lalu nutup bukunya. "Lisa, lo nggak perlu ngelakuin ini."

"Ngapain?"

"Berusaha deketin gue."

Gue kaget, tapi gue pura-pura santai. "Kenapa nggak? Kan, gue cuma mau temenan."

Edward nggak jawab. Dia cuma berdiri dan pindah tempat duduk.

Oke, ini gagal. Tapi gue masih punya rencana lain.

Langkah 2: Aksi di Lapangan

Hari Jumat, sekolah gue ngadain acara senam pagi. Biasanya gue males-malesan di belakang barisan, tapi kali ini gue maju ke depan.

Pas instruktur mulai musik, gue langsung all-out joget mengikuti irama. Gue liat Edward berdiri di belakang, matanya ngeliatin gue dengan alis sedikit naik. Gue senyum kecil sambil terus gerak.

Maya yang ada di sebelah gue cekikikan. "Lis, gue yakin Edward bakal inget lo gara-gara joget absurd lo."

"Memang itu tujuannya."

Pas acara selesai, gue sengaja nyamperin Edward di pinggir lapangan.

"Ed, tadi seru banget, ya? Lo nggak joget, sih."

Dia cuma melirik gue sambil minum. "Gue nggak suka joget."

"Gue yakin kalo lo coba, lo bakal seru. Next time, gue ajarin, ya!" gue nyengir.

Edward cuma nggeleng kecil dan pergi.

Langkah 3: Surprise di Loker

Hari Senin berikutnya, gue mutusin buat ninggalin kejutan di loker Edward. Gue taruh sticky note warna-warni dengan tulisan motivasi.

"Semangat, Edward! Hari ini bakal jadi hari yang keren!"

"Jangan lupa makan siang, lo butuh energi buat jadi juara."

Dan note terakhir: "Smile today, Edward. The world needs your smile. From: Me :)"

Pas gue liat dari jauh, Edward buka loker dan ngeliat catatan-catatan itu. Dia nggak buang catatannya, tapi ekspresinya tetep datar. Gue ngarep banget dia senyum, tapi kayaknya harapan itu terlalu tinggi.

Titik Balik: Aluna Datang Lagi

Pas gue pikir usaha gue mulai ada hasilnya, Aluna muncul lagi dengan gaya sok manisnya.

Hari itu, gue liat dia jalan ke arah Edward sambil bawa bekel lucu. "Edward, aku bawain makan siang spesial buat kamu. Kamu pasti suka."

Gue yang lagi berdiri di kantin cuma bisa ngeliatin dari jauh sambil ngepalkan tangan. Gue tahu, gue harus nyusun rencana yang lebih besar.

Langkah 4: Event Talent Show

Minggu depan, sekolah gue bakal ngadain talent show. Gue mutusin buat ikut lomba nyanyi, sesuatu yang selama ini nggak pernah gue lakuin.

"Lo yakin mau nyanyi?" tanya Maya dengan nada skeptis.

"Yakin banget. Gue harus nunjukin sisi lain gue ke Edward."

Hari H pun tiba. Gue berdiri di atas panggung dengan deg-degan. Edward duduk di barisan penonton, matanya fokus ke arah panggung.

Gue mulai nyanyi lagu favorit gue, "Just The Way You Are". Suara gue nggak se-wow penyanyi profesional, tapi gue nyanyi dengan sepenuh hati.

Pas lagu selesai, tepuk tangan meriah terdengar dari seluruh ruangan. Gue ngeliat Edward, dan... dia senyum kecil.

Deg. Itu pertama kalinya gue liat dia senyum tulus.

Setelah acara selesai, gue jalan ke arah dia dengan penuh percaya diri.

"Ed, tadi gue gimana?" tanya gue sambil senyum.

"Bagus," jawabnya singkat, tapi kali ini nadanya lebih lembut.

"Thanks, ya. Gue nyanyi buat lo." Gue nekat ngomong.

Edward diem sebentar, lalu ngangguk pelan. "Gue tahu."

Hari itu, gue ngerasa usaha gue nggak sia-sia. Gue nggak tahu apa yang bakal terjadi selanjutnya, tapi satu hal yang pasti: gue nggak akan berhenti sampai hati Edward benar-benar jadi milik gue.

Hari-hari gue setelah kejadian brownies curian itu penuh dengan evaluasi diri. Gue sadar kalau gue nggak bisa main aman lagi. Edward itu kayak benteng kokoh, dan gue perlu strategi yang lebih jitu buat ngehancurin pertahanannya.

Malam itu, gue buka laptop sambil nyemil keripik kentang. Maya ngirimin gue link video YouTube tentang "Cara Menarik Perhatian Gebetan." Judulnya lebay banget, tapi gue klik juga karena gue udah desperate. Salah satu tips di video itu bilang kalau cowok suka cewek yang beda dari yang lain.

"Berani beda, ya?" gue gumam sambil mikir keras.

Dan ide itu muncul: gue harus jadi cewek yang nggak bisa dia lupakan. Kalau Aluna mainnya manis-manisan, gue bakal main edgy. Gue bakal jadi cewek misterius yang bikin Edward penasaran.

Besoknya, gue datang ke sekolah dengan gaya baru. Rambut gue yang biasanya dikuncir rapi, gue biarin tergerai. Gue pake hoodie hitam oversized, ditambah sepatu Converse yang udah lama nggak gue pake. Penampilan gue hari itu beda 180 derajat, bahkan Maya sampe melongo.

"Lis, lo abis nonton drama Korea dark romance, ya?" tanya Maya sambil ketawa kecil.

"Shh! Ini bagian dari rencana gue. Edward bakal notice," jawab gue penuh percaya diri.

Di kelas, gue sengaja duduk di pojokan belakang, tempat yang biasanya gue hindari karena jauh dari guru. Gue nyalain headset sambil pura-pura asik dengerin musik. Padahal, gue cuma pura-pura biar Edward ngeliat gue beda.

Dan ternyata, itu berhasil.

Pas gue lagi nyoret-nyoret buku gambar, Edward lewat di depan meja gue. Dia ngeliatin coretan gue sambil sedikit mendekat. "Lo suka gambar?" tanyanya tiba-tiba.

Gue pura-pura kaget, padahal dalam hati gue udah teriak kemenangan. "Eh, iya. Kenapa emangnya?"

"Boleh liat?" Dia nunduk, ngeliatin gambar-gambar gue yang random. Ada gambar awan, pohon, sama... gambar abstrak yang nggak jelas.

"Bagus," katanya singkat, lalu pergi begitu aja.

Deg. Itu pertama kalinya Edward ngeluarin kata pujian buat gue. Oke, mungkin ini sepele, tapi buat gue itu pencapaian besar.

Tapi ya, gue lupa satu hal: Aluna. Cewek itu nggak bakal tinggal diam.

Hari itu, pas jam istirahat, gue lagi santai duduk di taman belakang sambil ngeliatin langit. Tiba-tiba Aluna dateng dan duduk di sebelah gue.

"Lisa, lo lagi deketin Edward, ya?" tanyanya dengan senyum manis yang kelihatan palsu.

Gue ngeliat dia dengan tatapan datar. "Emang kenapa?"

Aluna ketawa kecil. "Gue cuma mau kasih tau aja, Edward itu bukan tipe cowok yang gampang jatuh cinta. Dia butuh waktu buat percaya sama orang."

"Oh ya? Makasih infonya," jawab gue sambil berdiri. Gue nggak mau kasih dia kesempatan buat bikin gue down.

Tapi di balik senyum Aluna, gue tahu dia bakal ngelakuin sesuatu buat ngehentikan gue.

Malam itu, gue dapet chat dari Maya. Dia bilang ada gosip baru di grup sekolah kalau gue pura-pura suka seni buat narik perhatian Edward. Katanya, gosip itu mulai dari Aluna.

Gue kesel banget. Bukannya gue nggak bisa ngelawan, tapi gue nggak mau terjebak drama nggak penting.

"Lis, lo harus buktiin kalau lo serius. Jangan biarin Aluna menang," kata Maya pas kita nongkrong di kantin keesokan harinya.

Dan Maya bener. Gue nggak bisa diem aja. Gue mutusin buat daftar lomba mural yang diadain sekolah bulan depan. Gue bakal tunjukin kalau gue bukan cuma sekedar cewek yang cari perhatian.

Pas gue ngisi formulir pendaftaran, gue nggak nyangka kalau Edward ternyata juga ikut lomba itu. Dia bakal jadi ketua tim lawan gue.

"Siap kalah?" tanya Edward dengan nada datar pas ngeliat gue di ruang pendaftaran.

Gue senyum penuh percaya diri. "Liat aja nanti."

Itu pertama kalinya Edward kayak ngelihat gue sebagai lawan yang serius. Tapi gue tahu, perjalanan gue masih panjang. Gue harus siap buat ngadepin dia... dan Aluna.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Fall In Love | Dua Arah Hati   Bab 5 Perjuangan Gila, Rintangan Lebih Gila

    Udara pagi di sekolah masih sejuk, tapi hati gue panas. Setelah drama mural kemarin, gue makin yakin satu hal: Gue harus bikin Edward sadar kalau gue cewek yang pantas diperjuangin.Masalahnya, si Aluna itu kayak jamur, ada di mana-mana.Operasi PDKT Level Hardcore DimulaiGue udah nyusun beberapa strategi buat dapetin perhatian Edward. Yang pertama: Bawa bekal spesial."Pastiin ini berhasil, May," kata gue sambil melirik kotak bekal yang gue bawa ke sekolah pagi itu. Isinya? Bento spesial yang gue hias pake hati-hati.Maya nyengir sambil nyuap roti. "Gue nggak yakin cowok kayak Edward bakal peduli sama tampilan bekal. Tapi ya, lo coba aja."Pas jam istirahat, gue ngeliat Edward duduk sendirian di pojokan kantin, baca buku kayak biasa. Ini kesempatan gue. Dengan langkah penuh percaya diri, gue jalan ke mejanya."Hey, Edward," sapa gue sambil naruh bekal di mejanya.Dia ngangkat alis. "Apa ini?"Gue senyum manis. "Bekal buat lo. Gue bikin sendiri."Dia diem sebentar, terus ngelirik bek

  • Fall In Love | Dua Arah Hati   Bab 4 Misi Lisa, Operasi Cegil Dimulai

    Setelah kejadian lomba mural, gue ngerasa kayak masuk ke level baru dalam hidup gue. Bukan level yang keren sih, tapi level penuh drama. Fitnah soal mural itu bikin nama gue tercoreng di sekolah, tapi entah kenapa, gue malah jadi makin semangat buat balik ngontrol hidup gue. Gue nggak bakal diem aja. Kalau hidup gue diserang pake drama, ya gue lawan pake strategi.Pagi itu, gue duduk di kantin sambil nyusun rencana bareng Maya. Di atas meja ada notebook gue yang udah penuh coretan. Bukan coretan gambar, tapi strategi."Oke, May, gue udah punya tiga langkah buat balikin nama baik gue," kata gue sambil ngebuka halaman baru di notebook.Maya yang lagi nyedot es teh ngeliat gue dengan tatapan waspada. "Tunggu, gue takut deh. Strategi lo tuh suka absurd, Lis."Gue melotot ke dia. "Justru itu poinnya. Kalau strategi biasa nggak mempan, kita pake strategi gila. Nih, gue jelasin!"Langkah pertama: Serangan Balik Elegan.Gue harus bikin semua orang ngeliat kalau mural gue itu asli ide gue send

  • Fall In Love | Dua Arah Hati   Bab 3 Lomba Mural dan Strategi Gila

    Pendaftaran lomba mural resmi dimulai, dan gue udah siapin konsep buat desain mural gue. Gue pengen bikin sesuatu yang nggak cuma keren, tapi juga meaningful. Masalahnya, gue nggak punya tim. Lomba ini emang bisa diikutin individu, tapi rata-rata peserta ikut berkelompok biar kerjanya lebih efisien.Maya langsung angkat tangan pas gue coba ajak dia."Lis, lo tau kan gue nggak ada bakat gambar sama sekali. Mending gue jadi supporter aja," katanya sambil cengengesan.Gue cuma ngelirik dia. "Lo bantuin gue nyampurin cat aja, May. Nggak perlu jago gambar."Akhirnya, setelah bujuk-bujuk pakai drama, Maya setuju buat jadi anggota tim gue. Dengan segala keterbatasan, kita mulai latihan bikin mural di tembok belakang rumah gue yang udah lama nggak dipake."Lis, lo yakin konsep ini bakal menang? Kayaknya terlalu simpel," tanya Maya sambil ngelap tangannya yang belepotan cat.Gue ngeliat hasil coretan kita. Sebenernya desain gue nggak sederhana, tapi gue sengaja bikin tema yang relate sama kehi

  • Fall In Love | Dua Arah Hati   Bab 2 Strategi Cegil, Perjuangan Level Baru

    Setelah kejadian poster dan parkiran kemarin, gue sadar satu hal: kalau mau ngerebut perhatian Edward, gue harus naik level. Gak cukup cuma senyum manis atau bawa bekel. Gue harus jadi Lisa yang beda. Lisa yang lebih... cegil.Malam itu, gue bikin rencana yang gue kasih nama "Operasi Jatuhin Hati Edward". Serius, gue udah nggak peduli lagi sama gengsi. Maya, partner setia gue, langsung setuju buat bantuin."Jadi, langkah pertama apa, Bos?" tanya Maya sambil ngemil keripik di kamar gue.Gue nyengir lebar. "Langkah pertama: bikin Edward sadar kalau gue nggak cuma cewek biasa. Gue harus beda dari Aluna.""Lo mau jadi superhero atau gimana?" Maya ngangkat alis."Bukan superhero, tapi... lo liat aja nanti."Langkah 1: Transformasi LookBesoknya, gue pergi ke sekolah dengan gaya baru. Rambut gue diikat tinggi ala cheerleader, gue pake rok plisket yang lucu, dan sepatu putih bersih kayak iklan detergent. Bukan cuma itu, gue juga pake lip gloss buat pertama kalinya.Pas gue masuk kelas, semua

  • Fall In Love | Dua Arah Hati   Bab 1 Move-in, Tetangga Baru, dan First Crush

    Pindah rumah tuh ribet, capek, dan bikin mood gue anjlok banget. Udah sekolah pindah, temen-temen gue juga harus gue tinggalin. Tapi, ya gimana lagi, gue nggak bisa nolak keputusan bokap yang mutusin buat pindah gara-gara kerjaan baru dia.Eh bentar dulu, Kenalin, nama gue Lisa Anindya Seda, tapi lo bisa panggil gue Lisa aja. Seperti nama gue Anindya, kata orang-orang gue tuh cewek cantik jelita, bukannya sombong ya tapi gue rasa gue emang cantik upss.Gue selalu ngerasa hidup gue tuh sempurna. Nggak pernah kekurangan apapun, punya keluarga yang kocak banget, tapi tetap harmonis. Gue tuh anak yang selalu happy, nggak pernah mikirin masalah yang ribet. Kalau ada masalah, yaudah, gue selesein.Bokap nyokap gue itu tipikal orang tua yang suka ngejailin anaknya, tapi mereka harmonis banget. Mungkin itu sebabnya, gue ngerasa hidup gue tuh kayak paket komplit—nggak kurang apa-apa. Tapi masalahnya, gue tuh belum pernah pacaran! Iya, gue jomblo seumur hidup."Lisa, cepetan rapiin barang-baran

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status