Bab 5 Perjuangan Gila, Rintangan Lebih Gila

Udara pagi di sekolah masih sejuk, tapi hati gue panas. Setelah drama mural kemarin, gue makin yakin satu hal: Gue harus bikin Edward sadar kalau gue cewek yang pantas diperjuangin.

Masalahnya, si Aluna itu kayak jamur, ada di mana-mana.

Operasi PDKT Level Hardcore Dimulai

Gue udah nyusun beberapa strategi buat dapetin perhatian Edward. Yang pertama: Bawa bekal spesial.

"Pastiin ini berhasil, May," kata gue sambil melirik kotak bekal yang gue bawa ke sekolah pagi itu. Isinya? Bento spesial yang gue hias pake hati-hati.

Maya nyengir sambil nyuap roti. "Gue nggak yakin cowok kayak Edward bakal peduli sama tampilan bekal. Tapi ya, lo coba aja."

Pas jam istirahat, gue ngeliat Edward duduk sendirian di pojokan kantin, baca buku kayak biasa. Ini kesempatan gue. Dengan langkah penuh percaya diri, gue jalan ke mejanya.

"Hey, Edward," sapa gue sambil naruh bekal di mejanya.

Dia ngangkat alis. "Apa ini?"

Gue senyum manis. "Bekal buat lo. Gue bikin sendiri."

Dia diem sebentar, terus ngelirik bekal gue yang penuh hiasan lucu. "Kenapa?"

"Karena gue peduli." Jawaban gue singkat, padat, dan jelas.

Edward ngeliatin gue cukup lama sebelum akhirnya nyodorin bekalnya sendiri. "Gue juga bawa bekal dari rumah."

Sakit, boss! Gue senyum kaku. "Oh... yaudah, nggak papa." Gue buru-buru ambil kotak bekal gue lagi sebelum makin malu.

Tapi tiba-tiba...

"Tunggu."

Edward buka bekalnya, terus ngelirik bekal gue. "Kita tukeran aja."

Hah? Gue bengong.

Gue kira dia bakal nolak mentah-mentah, tapi ternyata... dia malah lebih milih bekal gue? Jantung gue langsung jungkir balik.

Maya yang ngeliatin dari jauh langsung girang kayak liat idol K-pop lewat.

Tapi tiba-tiba, suasana berubah.

"Aww, Lisa, lo sampe segininya buat Edward?"

Gue menoleh, dan tentu saja, si ratu drama masuk ke panggung. Aluna berdiri di belakang gue dengan senyum manisnya yang palsu.

"Mau cari perhatian Edward ya? Duh, so cute!" lanjutnya, suaranya dibuat centil.

Gue cuman bisa mendengus. "Lo kenapa sih selalu nimbrung?"

Aluna ketawa kecil, terus duduk di samping Edward tanpa malu-malu. "Gue kan teman lama Edward, Lisa. Gue peduli juga dong."

Edward diem aja, tapi gue bisa liat dia agak risih. Sayangnya, dia nggak bilang apa-apa.

Terserah lah. Gue masih menang hari ini.

[Datangnya Raja, Si Pengacau Baru]

Gue pikir drama hari ini udah cukup, tapi ternyata gue salah. Pas gue lagi jalan ke kelas, tiba-tiba ada kerumunan di depan gerbang sekolah. Gue ngintip dikit dan...

Seorang cowok tinggi dengan jaket oversized warna hitam berdiri di sana. Wajahnya tengil, rambutnya agak messy, tapi senyumnya... astaga, itu senyum yang bikin banyak cewek di sekitar gue langsung meleleh.

"Gila, dia siapa?" bisik Maya.

Gue nggak tau, tapi satu hal yang pasti... cowok itu keliatan kayak bakal bikin masalah.

Dan bener aja. Pas dia jalan ke arah sekolah, dia tiba-tiba berhenti di depan gue.

"Lo Lisa, kan?"

Hah? Kok dia tau nama gue?

Gue melotot. "Lo siapa?"

Dia senyum lebar. "Raja Senandika. Mulai hari ini gue murid baru di sini."

Oke. Ini baru gila.

Gue masih berdiri bengong di depan Raja, si anak baru tengil yang entah kenapa udah tau nama gue sebelum gue sempet ngenalin diri.

"Lo kenal gue dari mana?" tanya gue, curiga.

Raja nyengir, tangannya masuk ke saku jaketnya. "Rahasia."

Hadeh, baru kenalan udah misterius aja.

Tapi yang bikin gue tambah kaget adalah pas dia ngerangkul pundak gue kayak kita udah temenan lama.

"Kayaknya lo anak yang seru. Gue tertarik," katanya santai.

Gue langsung minggir, hampir keselek napas sendiri. Apa-apaan ini?!

Maya di sebelah gue udah ternganga, matanya berbinar-binar kayak nemu harta karun. "Raja, lo kenal Lisa dari mana? Lo suka dia, ya?" tanyanya dengan nada meledek.

Raja ketawa kecil. "Siapa tau?"

Gue bisa ngerasain muka gue panas. Baru kenalan dan dia udah ngomong gitu?

Tapi sebelum gue sempet ngerespon, suara dingin yang udah gue hafal tiba-tiba muncul dari belakang.

"Lisa."

Gue langsung menoleh.

Edward berdiri di sana. Wajahnya masih datar, tapi ada sesuatu di matanya yang bikin gue ngerasa aneh.

Dia ngelihatin Raja.

Raja juga ngelihatin Edward, tapi dengan senyum tengilnya yang nggak ilang-ilang.

"Lo siapa?" tanya Edward akhirnya.

Raja nyender ke tiang gerbang, masih santai. "Raja. Murid baru. Kayaknya lo Edward, kan?"

Edward mengerutkan dahi. "Dari mana lo tau?"

Raja ketawa kecil. "Dari Lisa, lah."

Hah? Apa?!

Gue nggak pernah cerita apa-apa ke dia!

Gue langsung memutar otak, tapi Raja malah menepuk bahu gue pelan. "Tenang, gue tau banyak hal."

Edward masih mandangin Raja dengan tatapan tajam. Entah kenapa, suasana di antara mereka kayak ada perang dingin nggak keliatan.

Dan gue... ada di tengah-tengahnya.

[Gangguan Bernama Aluna]

Setelah insiden itu, gue berharap hari gue bisa tenang. Tapi tentu aja, harapan itu tinggal harapan.

Karena begitu gue duduk di kelas, Aluna dengan anggunnya jalan ke arah gue.

Dan kali ini, dia nggak sendiri. Dua geng cewek centilnya ikut di belakang, siap bikin drama baru.

"Lisa," kata Aluna dengan senyum manis penuh racun. "Lo sekarang deket sama anak baru juga?"

Gue mendesah panjang. "Apa urusan lo?"

"Ya, nggak apa-apa." Dia nyengir, terus duduk di depan meja gue. "Gue cuma heran aja. Lo ngejar-ngejar Edward nggak dapet, sekarang pindah target?"

Tuh kan. Mulai lagi.

Gue males ngeladenin dia, jadi gue pura-pura sibuk buka buku. Tapi Aluna nggak berhenti.

"Kesian Edward, ya. Pasti dia jijik sama lo."

JLEB.

Sialan.

Gue ngepalin tangan di bawah meja, nahan emosi. Tapi sebelum gue bisa balas, suara lain tiba-tiba muncul.

"Jijik? Wah, lo nggak liat kali ya, tadi Edward mandangin Lisa lama banget?"

Gue kaget.

Raja.

Cowok itu tiba-tiba udah berdiri di belakang gue, tangannya nyelip di saku, wajahnya santai.

Aluna langsung mendelik. "Apa urusan lo?"

Raja cuman nyengir, terus nepuk kepala gue pelan. "Lisa ini cewek keren, gue sih nggak bakal nolak kalau dia ngejar-ngejar gue."

GUE LANGSUNG NYERUPUT UDARA.

MATA GUE MEMBESAR.

"RAJA!" Gue mau nonjok dia beneran!

Tapi Raja malah ketawa ngakak.

Sementara Aluna? Muka dia pucet.

Kayaknya dia nggak nyangka ada orang yang berani ngebelain gue di depan umum.

Dan gue?

Gue sadar satu hal.

Pertarungan gue buat dapetin hati Edward baru aja naik level.

Dan kali ini... Raja masuk ke dalam permainan.