Share

5

Happy Reading

Author Pov

Matahari sudah tinggi naik ke langit, suara kicauan burung dan angin juga bersepoy-sepoy di luar. Tapi tampaknya seorang gadis cantik itu masih menikmati hangatnya selimut di kamarnya.

Panggil saja Alfa, dua hari sakit dan membuat pacar dan keluarganya panik kemaren. Dan ini sudah hari ketiga dia sakit, lebih tepatnya pura-pura sakit. Tidak, sebenernya di hari pertama dia benar-benar sakit tapi setelah hari kedua keadaanya sudah agak mendingan, dan hari ketiga ini dia sudah sehat tapi rasa malasnya itu benar-benar mengerikan.

Bundanya sudah hampir 5 kali membangunkannya, tapi seolah tidur di pagi hari jauh lebik nikmat di banding bangun dan pergi sekolah.

Sudah di manja sejak lahir membuat Alfa tidak terbiasa melakukan semua hal sendirian, bahkan masuk ke dapur saja dia hampir tidak pernah. Palingan hanya nagkring di meja makan dengan menyatap makan apapun yang tersajikan di sana.

Bundanya Chef, tentu saja makanan yang di buat oleh wanita muda beranak satu itu sangat lezat dan menambah selera makan.

"ASTAGA ALFA, TIDAK BISAKAH KAMU BANGUN DAN MANDI SEKARANG. KAMU TIDAK MAU SEKOLAH YA?"

Oke kalau Bunda tersabarnya itu sudah mengeluarkan kekuatan teriakkan spektakulernya itu, tandanya wanita itu sudah sangat lelah membangunkan Alfa.

Dengan berat hati dan mata yang masih mengantuk, Alfa mengeliat dari tidurnya, mengusap matanya pelan dan duduk di kasur. Membuat selimut yang tadi sebatas dada jatuh merosot ke bawah, gadis muda itu menatap ke arah ibunya yang juga sedang menatap ke arahnya.

"Kenapa bun?" tanya Alfa dengan mengaruk kepalanya pelan.

Mata Bundanya melotot, Kenapa dia bilang? Apakah anak gadisnya itu tidak tau ini sudah jam berapa, astaga Dira benar-benar tidak tau kesalahan fatal apa yang di lakukannya di masa lalu sehingga bisa memiliki anak modelan Alfa.

"Bangun sekarang atau Bunda akan menyirammu dengan seember air," ucap Dira mutlak dan keluar dari kamar putri semata wayangnya.

Dia benar-benar sangat pusing melihat anaknya itu, apakah dia tidak bisa sedikit saja berperilaku seperti anak orang normal lainnya. Kenapa kelakuannya benar-benar membuat kepala Dira sakit, ahh dia benar-benar sangat lelah.

Alfa pov

Gue menatap pungung Bunda yang sudah menghilang di balik pintu, mengaruk kepala gue pelan lalu turun dari kasur.

Setelah mengambik handuk dan baju sekolah yang sudah tergantung di lemari, kaki gue melangkah memasuki kamar mandi untuk menjalankan rutinitas seperti biasanya.

Hari ini Aska libur menjemput gue karena dia bilang tugasnya sebagai ketua osis sangat banyak. Akan di adakan turnamen basket di SMA mereka. Dan Aska sebagai ketua osis tentu saja sangat sibuk.

Setelah mendi sekitar 5 menitan gue keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap, gue bukan jenis orang yang mandi berjam-jam, ohh noo. Itu bukan gaya gue, mandi sebentar pun cukup bukan?

Mengambil tas pungung kecil dan memakai sepatu putih sudah menjadi gaya gue sejak lama.

Gue sengaja mengikat rambut gue dengan kaya cipol korea, tau ga sih? Itu lo yang rambut di ikat asal-asalan tapi terkesan sangat imut, entah lah kalau kalian ga tau silahkan cari sendiri di g****e.

Lalu kaki gue melangkah menuruni anak tangga, hari ini sabtu bebas. Jadi jelas tidak belajar, gue ga tau kenapa kepala sekolah ga meliburkan para anak muritnya saja. Datang ke sekolah hanya menghabiskan duit dan mengotori baju saja.

Tapi jelas sebegaimana pun gue bilang bunda tetap memerintahkan gue buat sekolah, ah padahal kalau pun tidak sekolah sehari tidak akan membuat gue di DO.

"Sarapan dulu," ucap Bunda mengingatkan.

Gue ngelirik jam di pergelangan tangan, yang angkanya sudah menunjukkan pukul 09.30 bagaimana mungkin Bunda nyuruh gue makan saat gue sudah sangat terlambat.

"Di sekolah aja deh Bun, Alfa udah terlambat. Assalamualaikum Bun," ucap gue dan mengecup kedua pipi wanita itu. Tidak lupa menyalimi tangan lalu berjalan keluar rumah.

Ahh motor tercintamu, tuanmu datang. Sejak pacaran dengan Aska gue memang di larang keras oleh lelaki itu untuk menggunakan kendaraan sendiri, tapi mengingat kalau hari ini gue ke sekolah sendiri membuat gue sangat bersemangat.

Raja jalanan i'am comeback. Gue adalah jenis orang yang suka ugal-ugalan dan bar-bar kalau di jalanan, salip sana salip sini sudah menjadi makanan sehari-hari gue kalau berkendara.

Bahkan jatuh dari motor sudah rutinitas gue dulunya, tapi semua kegilaan gue di jalanan itu sudah sangat lama gue tinggalan. Ya mengingat kalau pacar gue itu Aska, salah satu lelaki yang posesifenya jangan di tanya lagi.

"Ah motor tercinta," ucap gue saat menaiki motor besar milik pribadi.

Menghidupkan mesin lalu membelah kota jakarta dengan kecepatan yang tidak bisa di anggap sepele.

Telinga gue benar-benar terasa sangat nikmat saat mendengar suara klakson dan umpatan kesal dari pengemudi yang lain. Ah ini benar-benar seperti balik ke masa lalu, di mana gue bisa dengan bebas melakukan hal gila apapun yang gue mau.

Tapi tentu saja gue ga pernah nyesel pacaran dengan Aska, tidak kalian salah besar kalau berfikir begitu. Walaupun gue banyak di kenkang ini dan itu gue tetap mencintai lelaki itu, seperti gimana ya. Emm entahlah intinya gue ga pernah nyesel, Aska adalah hal terindah yang pernah Tuhan kasi ke gue.

Gue berhenti di parkiran sekolah 7 menit kemudian, harusnya jarak tempuh dari rumah gue ke sekolah sekitar 20 menitan jika bersama Aska. Tapi saat gue naik sendiri san pergi sendiri hanya 7 menit, bagaimana tidak gue bawa motor seperti sedang menantang maut wkwkwk.

Mematikan mesim motor dan mengambil kuncinya, gue berjalan santai memasuki perkarangan sekolah yang sudah sangat ramai.

Hari ini ga belajar juga, ga apsen dan ga ada kegiatan. Ah tidur di kasur dengan di temani sekantong makanan dan minuman bersoda benar-benar sangat mengoda. Apalagi jika dilakukan sambil melihat pertunjukkan konser EXO atau Seriel Drama Korea.

'You Can Call Me Moster '

Suara ponsel di tanfan gue berbunyi saat kaki gue baru melangkah beberapa tapak. Mengambil benda pipih itu dan mengeser tombol hijau.

"Halo, Assalamualikum." Sapa gue pada orang di sebrang sana.

"---"

"Ini baru sampek sekolah."

"---"

"Ga, aku bawa motot sendiri, lagian ga pala. Aku juga udah sehat ka," ucap gue kesal saat suara Aska seperti orang marah di sebrang sana.

"---"

"Ga perlu sampai gitu astaga, aku juga bisa pulang sendiri. Aku udah sehat, kamu ga perlu sekhawatir itu."

"---"

"Aku tau, tapi kan ini udah sehat. Masa pulangnya harus minta jemput, lagian keknya Bunda sibuk."

"---"

"Ya emang ga bakal nolak sih, tapi ga mau aku nya lahh. Lagian plis deh ka aku ga bakal mati kalau sehari bawa motor," ucap gue bertambah kesal.

"---"

"Oke ga gitu kagi, aku minta maaf. Tapi boleh ya? Kan aku jarang-jarang bawa motor gini sejak pacaran sama kamu, jadi boleh ya?"

"---"

"Ga bukan gitu maksut aku, aku ga pernah nyesel. Aku tu cinta dan sayang banget tau sama kamu ka, jadi ga mungkin nyesel."

"---"

"Is bukan gituu, intinya itu aku pengen naik motor sendiri titik. Udah ah aku ga mau debat, kamu juga ga perlu khawatir lagi, aku baik-baik saja oke. Da da Aska," ucap gue dan langsung mematikan sambungan telfon.

Mata gue menatap kesal ke arah ponsel, seolah itu adalah Aska. Heran banget gue ngelihat cowo gue, kek apa gitu ya.

Ya tau juga semalam gue abis sakit, tapi ga peelu seorver protektif itu juga lah ah. Masa bawa motor sendiri ga boleh, mana dia bilang gue nyesel lagi pacaran sama dia.

Ah bilangnya aja dapat juara satu and umur di sekolah, mikir gini aja ga bisa. Udah tau gue cinta banget sama dia, ga psrcaya lagi. Tau ah kesel gue sama Aska.

*****

Author Pov

"Kenapa lu ka? Kusut banget tu muka?" tanya Bara dan duduk di sebelah Aska yang masih kosong.

Mereka baru selesai rapat basket, dan wajah Aska sudah sangat keruh dan terlihat sangat kesal.

Sebenernya aura tidak bersahabat Aska sudah lelaki itu tunjukkan sejak pagi, tapi entah kenapa Bara nekat mendekati lelaki itu.

Yah paling kalau buat hati Aska makin kesal, Bara di hadiahi satu pukulan atau satu tinjuan di perutnya. Jadi apa salahnya mencoba.

"Hmm."

"Ya si bungkus marimas di tanya cuma hmm doang, gue bukan cowo gampangan ye ka lu gituin langsung kesem-seman," ucap Bara semot.

Aska hanya diam saja, efek kesal dan pusing membuat dia tidak bersemangat untu menanggapi gurauan Bara

Hela nafas yang entah keberapa kalinya sudah di dengar Bara, mata lelaki itu menatap sahabatnya.

Aska cowo dingin tidak tersentuh, dia sebenernya maaih tidak percaya gadis bar-bar seperti Alfa lah yang menjadi pacara temennya itu.

Bara bahkan juga tidak tau kalau cowo seperti Aska memiliki tipe pacar seperti Alfa. Bara mengatakan itu bukan karena Alfa itu jelek, tentu saja tidak. Sudah pernah di kataknn bukan kalau Alfa itu sangat canti,cantik banget malah. Gadis itu hanya kekurangan ahlak saja.

"Lo kenapa sih teman? Ada masalah cerita oy jangan diem aja. Walau gue sama Dimas kapasitas otaknya agak mengecewakan, setidaknya dengan cerita lo bisa ngurangin beban. Jadi cerita aja lagi," ucap Bara menasehati.

"Gue---"

TBC

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status