Setelah membersihkan diri dan sarapan, Cala memutuskan untuk keluar kamar. Sekedar berkeliling mansion. Terus-menerus berada di dalam kamar membuatnya bosan. Cala merasa seperti seorang tahanan sekarang. Bahkan ia tidak bisa bergerak bebas karena sejak ia keluar dari mansion beberapa maid terus mengekor di belakangnya.
Cala berbalik, menatap beberapa maid kesal. "Bisakah kalian tidak terus-menerus mengekoriku!"
semua maid menunduk. "Tuan sudah menyuruh kami untuk mengikuti kemana pun, Nona pergi," jawab salah satunya.
Cala mendengus, mengibas-ngibaskan tangannya. "Kalian tidak usah mengikutiku, beri tau saja di mana letak taman?"
"Cepat, tidak usah pakai lama," gerutu Cala karena melihat keterdiaman maid di depannya.
"Nona turun saja, lalu belok kiri dan jalan lurus. Nanti di sana akan ada pintu kaca, Nona buka saja."
Tanpa menjawab, Cala langsung saja melangkahkan kakinya menuju taman sesuai dengan petunjuk yang diberikan maid padanya. Cala berdecak kagum, melihat pemandangan di depannya.
Tamannya sangat luas, bahkan melebihi luas taman di rumahnya. Membicarakan rumah, Cala jadi rindu papa. Bagaimana kabarnya? pasti papa sangat khawatir karena Ia tidak memberinya kabar.
Menghela napasnya, Cala melangkahkan kakinya menuju taman yang ditumbuhi bunga matahari dan beberapa jenis bunga lainnya. Lalu di seberang ada aliran sungai kecil dengan jembatan yang menghubungkan dengan taman seberang, dan di sana hanya ada gazebo dan rumah kaca.
Cala melangkahkan kakinya melewati jembatan, karena ia sangat penasaran dengan isi yang ada di rumah kaca itu. Pintunya yang otomatis terbuka membuat Cala sedikit terkejut. "Wow, indah sekali," decaknya kagum ketika melihat banyak kupu-kupu yang bertebangan.
"Aku tidak menyangka pria psikopat itu memiliki selera yang bagus juga," gumamnya sendiri.
"Siapa pria psikopat itu, baby?" Cala terkejut mendengar suara seseorang yang sangat dikenalnya.
Perlahan Cala membalikkan badannya, memastikan jika ada seseorang selain dirinya di sini. Lalu pandangan keduanya bertemu, Cala yang menatap Christop takut sedangkan Christop yang menatap Cala dengan senyum miringnya membuat gadis itu bergidik ngeri.
Cala menggeleng kaku. "Ah tidak. A-aku hanya...." Memutar bola matanya mencari alasan. "Mmm ini sangat indah!" lanjutnya tersenyum kaku.
Christop berjalan mendekat, dan itu membuat Cala bergerak mundur karena refleks. "Jangan melangkah mundur atau kau akan-"
Belum sempat Christop melanjutkan kalimatnya, dengan gesit pria itu langsung menangkap tubuh Cala yang hampir saja tertimpa rak besar karena menyenggol sebuah rak dengan pot bunga yang sudah berjajar rapi.
Jantung Cala berdegup kencang, karena hampir saja ia tertimpa sesuatu barang yang sangat besar ditambah Christop yang memeluk pinggangnya.
Deru napas keduanya saling beradu. "Ceroboh," gumam Christop membuat Cala terdiam. Jika saja pria di depannya tidak segera menolong, mungkin dirinya sudah tertimpa rak besar itu. Batinnya.
Cala tersenyum kaku. "Terima kasih."
Christop melepaskan pelukannya pada pingga Cala. Dan gadis itu sudah berdiri tegak. Keduanya terdiam, Christop menatap tajam Cala sedangkan Cala mengalihkan pandangannya kemana saja asal tidak ke mata tajam milik pria psikopat di depannya.
"Apa kau bosan?" tanya Christop memecahkan keheningan.
Cala menatap Christop, mengangguk takut. "Kau ingin berenang?" tanyanya.
Seketika mata Cala berbinar, sudah lama dirinya tidak berenang. Melihat itu Christop tersenyum dalam hati. "Ikut aku," ujar Christop menarik tangan Cala. Hanya saja Christop menariknya perlahan, tidak sekasar sebelumnya.
Ah mungkin benar, jika dirinya mematuhi semuanya, Christop tidak akan berbuat jahad padanya. Batin Cala.
Christop menyuruh beberapa maid untuk menyiapkan bathrobe untuk Cala. Mata Cala melebar seketika, melihat kolam renang di depannya. Bahkan ini lebih indah dari kolam renang yang ada di rumahnya.
Tanpa pikir panjang, Cala langsung melepaskan dressnya. Melupakan jika ada orang selain dirinya, sedangkan Christop terus menatap Cala di setiap gerakannya. Christop akui jika gadis di depannya itu sangat seksi, apalagi ketika gerakannya melepaskan dress dengan lihai. Tapi, Christop tidak akan jatuh pada pelukannya mengingat gadis di depannya memiliki keturunan dengan seseorang yang telah membunuh orang tuanya.
Christop bersiul, membuat Cala yang sudah melepas dressnya dan hanya memakai bikini berwarna merah maroon itu menghentikan aktivitasnya. "Kau sudah berani ternyata," Christop berdecak kagum.
Dan itu membuat Cala bersemu menahan malu merutuki dirinya yang bodoh.
Dengan cepat Cala langsung menceburkan dirinya ke kolam renang tanpa menoleh ke arah Christop, demi menutupi tubuhnya yang berbalut bikini.
Christop jalan mendekat, dan berjongkok di pinggiran kolam. Lalu meraih pundak Cala, membuat gadis itu berhenti bergerak. "Bagaimana jika kita sedikit bermain di kolam renang, baby?" ujar Christop dengan suara seraknya menahan gairah.
Sedangkan Cala sudah meremang, mendengar perkataan Christop yang pas di telinganya. Dengan pria itu yang menggigit pelan telinganya. Cala menggeleng. "Tidak, j-jangan lakukan itu."
Tanpa pikir panjang, Christop segera melepas bajunya membuatnya sudah bertelanjang dada menyisakan boxer yang menutupi area kejantanannya. Lalu tanpa pikir pajang, Christop segera menjeburkan diri di kolam renang bersama Cala membuat gadis itu sedikit was-was.
°°°°°
Lama-lama Cala bisa gila jika harus tinggal bersama Christop. Pria itu. ''Akh, aku tak habis pikir dengan jalan pikirannya," gumamnya kesal.
Mengingat beberapa saat yang lalu, ketika kejadian di kolam renang membuat Cala bersemu. Bagaimana tidak, Christop melakukannya lagi hanya saja itu di kolam renang. Dan mengeluarkan cairannya di dalam. Karena sepertinya pria itu benar-benar sengaja.
"Demi apapun, jika aku dan dia melakukannya berulang kali aku tidak yakin jika tidak akan hamil," gumamnya pelan. Cala menggigit kukunya. Dirinya juga bingung harus bagaimana. Jika ia kabur, Cala tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada papanya.
Tapi jika Cala tidak pergi dari sini, bagaimana ia merahasiakan kehamilanannya jika itu terjadi. Mengingat, Christop sudah pernah memberikannya pil pencegah hamil, tapi ia buang.
Percayalah, Cala tidak suka obat-obatan.
Sudah seminggu ia berada di mansion ini, menjadi tawanan pria psikopat itu dan Christop tidak pernah absen untuk tidak melakukannya.
Cala menghela napasnya lelah. Memikirkan semuanya benar-benar membuatnya lelah. Ia membaringkan tubuhnya, berusaha memejamkan matanya untuk beristirahat.
°°°°°
Christop melangkahkan kakinya memasuki sebuah gedung dengan santai. Malam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Semua cctv sudah diretas oleh seorang suruhannya yang sudah ahli.
Tadi, ia mendapat kabar jika seseorang pengusaha pemilik perusahaan agensi modeling terbesar di Asia masih berada di ruangannya. Entah apa yang dilakukan pria tua bangka itu, Christop tidak tau. Mungkin sedang bermain dengan salah satu model yang berada di bawah naungannya.
Christop menekan tombol lift menuju lantai 70 dimana pria tua bangka itu berada. Badan tegap, mata sipitnya lalu rahangnya yang tegas serta bibir merahnya adalah perpaduan yang sempurna. Ditambah tatapan matanya yang selalu menatap siapa saja dengan datar.
Ting.
Pintu lift terbuka, Christop sudah sampai di lantai 70. Pria itu keluar, memasuki sebuah ruangan dengan dinding kaca yang menampilkan kota Bangkok di malam hari.
Christop berjalan dengan santai bahkan suara ketukan sepatunya tidak terdengar di keheningan malam, membawanya pada satu-satunya pintu ruangan berwarna coklat tua di lantai 70.
Seketika senyum miring mengembang di bibir merahnya. Senyum yang membuat siapa saja bergidik ngeri melihatnya.
Christop sudah rapi dengan tuxedo yang melekat dengan pas di tubuhnya. Malam ini, seperti yang Lauren katakan beberapa tempo lalu, dirinya diundang untuk acara makan malam dengan keluarga sang kekasih.“Chris, kau sudah siap?” Lauren, wanita itu memutuskan untuk datang bersama Christop malam ini. Padahal seharusnya, wanita itu tidak perlu repot-repot untuk kemari dan langsung saja ke mansion orang tua miliknya.Christop mengangguk singkat. “Kita berangkat?” tanyanya.“Oke,” balas Lauren.Jarak dari mansion Christop ke tempat orang tua Lauren memakan waktu sekitar satu jam. Selama perjalanan, hanya ada keheningan. Baik Christop maupun Lauren tidak ada yang membuka suara. Keduanya sama-sama fokus dengan urusan masing-masing.Sesampainya di halaman mansion, Christop memakirkan mobilnya. Mereka berjalan beriringan, ternyata beberapa pel
"Hei keponakan uncle. Setahun tidak melihatmu, ternyata kau tumbuh dengan baik." Abraham menggendong Noah, mengajak balita itu bergurau. "Kau tampan, dan benar, semakin hari kau semakin mirip dengan Daddymu," lanjut Abraham, berbincang dengan balita itu. Cala yang melihat interaksi saudaranya dengan putranya hanya tersenyum simpul. "Ah iya, apa kau ingin berjalan-jalan? Mumpung aku ada di sini, kita bisa menghabiskan waktu bertiga," tanya Abraham mengusulkan. Cala mengangguk, bersemangat. "Boleh, ke mana?" "Bagaimana dengan sirkus? Ku dengar ada sirkus
Christop menatap pria paruh baya yang terbatuk-batuk karena Christop baru saja menendang dadanya. Christop berjongkok, sekali lagi ia menyulutkan rokok yang menyala pada wajah pria paruh baya itu. Joseph Franklyn Smith. “Berhenti, tolong ampuni aku,” katanya meringis kesakitan. Christop tersenyum miring, merasa senang melihat lawannya yang memohon dan kesakitan. Baginya, melihat lawan yang terkulai tidak berdaya adalah kepuasan tersendiri di dalam dirinya. Christop tertawa, tawa yang terdengar menyeramkan dengan wajahnya yang datar. “Kenapa kau mencari perkara padaku jika akhirnya memohon ampun? Di mana keangkuhanmu,” gumamnya tersenyum miring. Joseph terlihat takut pada Christop. Di mata Joseph, pria di depannya itu terlihat seperti iblis yang sangat menyeramkan. Berbeda dengan Christop, saat pria itu menjadi pemimpin perusahaan. Terlihat rapi,
“Ku dengar, kau tidak mengijinkan Cala pergi bersama Izzy.” Bibi Key mulai membuka percakapan.Sore ini, Cala, Papanya, beserta Paman Klaus dan Bibi Key sedang bersantai di halaman belakang. Begitu pun dengan Noah yang ikut bergabung, balita lucu itu berada di gendongan Cala saat ini. Menyandarkan kepalanya di dada Cala dengan manja dan nyaman.“Ya, karena aku masih santat khawatir dia pergi jauh,” kata Giovanno jujur.“Ijin, kan saja, ini tidak akan terulang kembali. Lagipula, apa kau akan melarang hobinya hanya karena kejadian dua tahun lalu,” kata Key masih kekeuh.
“Kau sudah melakukannya?” tanya Christop.“.....”“Ok, cukup awasi dia saja dari jauh.” Setelah mengatakan itu, Christop menutup sambungan teleponnya.“Aku heran, kenapa wanita suka sekali lari dan bersembunyi. Alih-alih menyelesaikan masalahnya, mereka lebih suka menghindar dan menghilang.” Christop menoleh––mengangguk, menyetujui kalimat Jack.“Aku setuju, kadang menggelikan ketika kita jatuh cinta pada mereka,” kata Christop terkekeh menanggapi.“Tapi untung saja Jessica sudah ditemukan. Lalu bagaimana denganmu, Chris?”“Aku? Aku baik-baik saja.”“Ck, kau tau apa yang ku maksud,&
Setelah berita yang menggemparkan tersiar, di mana salah satu mansion mewah milik Joseph Quinn yang hancur dan tidak ada satu pun bangunan yang tersisa, membuat Cristop tersenyum senang. Apalagi saat wajah Joseph yang tersorot kameramen, pria itu terlihat menahan marah. “Ck,” decaknya dengan nada muak.“Woah, haruskah kita berpesta sekarang?” Suara Abraham terdengar, adiknya itu masuk begitu saja membuat Christop terkejut.“Biasakan untuk mengetuk pintu,” kata Christop datar.Abraham berdecak, lalu ikut bergabung duduk di samping sang kakak, Christop. “Memangnya Joseph ada masalah apa denganmu? Sampai-sampai kau harus mengebom mansionnya?”“Kau tau Frans?”“Musuh Chen yang merebut Yura dari si mafia i