Home / Romansa / Fall in Love With The Devil / 10. Fall In Love With The Devil

Share

10. Fall In Love With The Devil

last update Huling Na-update: 2020-10-01 12:44:27

Seketika senyum miring mengembang di bibir merahnya. Senyum yang membuat siapa saja bergidik ngeri melihatnya. 

Ia mengambil sebuah ID card dalam saku yang ada di balik tuxedo yang dipakainya, untuk memudahkannya mengakses masuk ke dalam. Secara otomatis pintu terbuka, setelah Christop menempelkan ID cardnya di dekat pintu sebelah kanan. Ia berdecak, tersenyum miring. 

Ketika Christop sudah masuk, pria itu dapat melihat ruangan itu kosong. Ugh, sepertinya dia sedang bermain di kamarnya eh? Batinnya tersenyum.

Dengan lihai ia melangkahkan kakinya menuju pintu di bagian ujung kiri yang berdekatan dengan sebuah sofa bludru berwarna abu-abu. 

Suara desahan seorang wanita terdengar diindra pendengarannya, membuat Christop bergumam jijik. Betapa bodohnya pria tua bangka itu tidak membuat kamar kedap suara sehingga membuat suara menjijikkan itu terdengar. Begitu batin Christop. 

Pintu terbuka, tapi kedua orang manusia yang sedang melakukan aktivitas di atas kasur belum menyadari kedatangannya. Christop berdecak, melihat kemampuan pria tua bangka itu yang masih kuat dan tidak diragukan lagi di atas ranjang dengan seorang wanita muda yang dapat Christop perkirakan umurnya sekitar dua puluh tahun.

"Ekhem,'' Christop berdeham membuat kedua orang itu menghentikan aktivitasnya. Mereka serempak menoleh ke arah pintu tempat Christop berdiri dengan senyum menawan tapi mampu membuat semua orang takut dan bergidik ngeri. 

"Siapa kau?" tanya si tua bangka dengan nada menahan marah. Dengan cepat dia memakai pakaiannya, sedangkan wanita itu menutupi tubuhnya dengan selimut dan memojok.

Christop masih tersenyum menyeringai. "Dewa kematian." 

Jawaban Christop membuat si tua bangka itu naik pitam, dan langsung menghampiri Christop berniat untuk menghajarnya. Entah darimana, semua berjalan begitu cepat sebuah pistol dengan peluru yang mematikan sudah berada di tangannya. 

Dengan kelihaian tangannya, ia langsung menarik pelatuknya tepat pada jantung si tua bangka.

Dor.

Suara tembakan menggema di seluruh ruangan. Pria tua bangka itu tergeletak, dengan cairan kental berwarna merah yang merembas di kemeja putihnya. Christop lalu mengalihkan pandangannya pada wanita yang tadi bersetubuh dengan si tua bangka itu.

Christop dapat melihat, wanita itu terlihat shock. Wajahnya memucat, bahunya bergetar takut bahkan keringat sudah bercucuran. "Kau ingin juga?" tawar Christop tersenyum iblis.

Wanita itu menggeleng kuat, mencengkram selimut yang menutupi tubuh polosnya. Christop terkekeh menyeramkan. "Jika mau, aku akan menembakkan pistolku tepat pada kepalamu."

"Ku mohon jangan bunuh aku, aku akan tutup mulut," ujar wanita itu dengan suara bergetar.

Christop tertawa, menggeleng. "Tapi aku tidak mempercayaimu."

Dor.

Christop menembak si wanita tepat pada jantungnya seperti si tua bangka. Ia lalu merapikan jasnya. Memasukkan pistolnya di balik saku jas, dan mulai berjalan meninggalkan dua orang yang sudah terkapar mati.

"Bereskan semuanya, dan jangan tinggalkan jejak." Perintah Christop.

°°°°°

Cala berusaha memejamkan matanya, tapi ia tidak bisa tertidur juga. "Akh, sial," umpatnya.

Cala bangun dari tidurnya, menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. Beberapa kali matanya mengerjap.

Samar-sama Cala mendengar suara deru mobil, dengan langkah pelan ia turun dari kasur berjalan menuju balkon dan mengintip dari balik pintu kaca yang tertutupi oleh tirai.

Seorang pria turun dari mobil, dia Christopher dan Cala bisa memastikan itu meskipun terlihat samar karena minimnya pencahayaan. Dari mana pria itu. Batinnya bertanya. 

Suara pintu terbuka membuat Cala yang masih berdiri membalikkan badannya. Ia terkejut ketika melihat Christop berjalan mendekatinya. 

Perlahan Cala berjalan mundur ketika Christop semakin dekat membuat tidak ada jarak diantara mereka. Napas keduanya saling beradu. "Aku menginginkamu, baby," gumam Christop tepat di telinga Cala membuat gadis itu merinding.

°°°°°

Abraham berpikir jika kakaknya itu menyembunyikan sesuatu darinya. Dan sekarang ia sudah berada di China, ia memutuskan kembali karena untuk menyelidiki sesuatu. 

flashback on

Malam sudah menunjukkan pukul satu malam, Abraham yang ingin pergi ke dapur mengambil air minum terpaksa menghentikan langkahnya ketika melihat kakaknya menyeret paksa seorang gadis. Cantik. Itulah satu kata yang ada di benak Abraham ketika melihatnya. 

Abraham memutuskan untuk bersembunyi di balik pilar-pilar kokoh yang ada di rumah ini. Siapa gadis itu? Batinnya bertanya. 

Apalagi melihat kesakitan di wajah gadis itu yang dihiraukan Christop membuatnya tidak tega, tapi ia tidak bisa berbuat sesuatu karena kakaknya itu tidak suka jika masalahnya diikut campuri. 

Sesuatu yang tidak beres telah terjadi, dan Abraham merasakannya. 

Lalu ketika dua manusia itu sudah benar-benar menghilang memasuki kamar. Perlahan Abraham berjalan menuju kamar itu, mendorong sedikit pintu lalu mengintipnya. Sesuatu yang seharusnya tidak dilihat ada di sana, kakaknya dengan paksa menyetubuhi gadis di bawahnya itu. 

Dengan cepat, Abraham memutuskan untuk berbalik. Ia yakin, kakaknya itu menyembunyikan sesuatu darinya pantas saja kemarin Christop menyuruhnya untuk pergi dari rumah ini atau menetap tapi tidak boleh berkeliaran.

Abraham menghela napasnya, lalu memilih kembali ke kamar. Tiba-tiba saja dirinya sudah tidak haus lagi. Dan besok ia akan kembali ke China menyelidiki apa yang telah terjadi.

flashback off

Cala meringkuk dalam tidurnya, berusaha memejamkan matanya untuk bisa tertidur. Perlakuan Christop padanya benar-benar membuatnya sakit hati sebagai seorang wanita. 

Direndahkan.

Diperlakukan layaknya jalang.

Tak terasa air matanya jatuh. Sehabis Christop melakukannya berulang kali tanpa pemanasan hingga dirinya pingsan lalu pagi harinya ketika ia membuka mata Christop sudah tidak ada disampingnya.

Ah mungkin pria itu meninggalkannya begitu ia pingsan.

Cala merendam tangisnya dengan menggigit pinggiran selimut. Air matanya bahkan tidak mau berhenti mengalir. Nyeri di selangkangannya bahkan masih terasa. Tubuhnya bahkan terasa pegal seakan ingin remuk. 

Lalu Cala merasakan sesuatu mengusap kepalanya, dengan ragu ia mendongak dan mendapati Christop berada cukup dekat dengannya. Entah sejak kapan pria itu ada disini, Cala tidak menyadarinya. 

Cala semakin meringkukkan tubuhnya, ia takut jika Christop berlaku kasar lagi padanya. Dengan sekali sentakan, tubuh telanjang Cala yang tertutup oleh selimut sudah berada dipelukan Christop. "Kau mau apa?" tanya Cala dengan suara bergetar.

Christop diam, tidak menjawab. Mengusap punggung mulus Cala dengan lembut. "Apa masih sakit?" tanyanya.

Cala mengangguk lemah di pelukan Christop. "Sangat sakit," lirihnya. 

"Sebentar lagi dokter akan datang, kau mandi dan segeralah bersiap," ujar Christop melepaskan pelukannya.

Cala mengangguk lemah, bahkan kepalanya juga terasa pening. Perlahan ia mencoba duduk, lalu turun dari kasur dengan mencengkram selimut yang menutupi tubuh polosnya dengan kuat. Tapi tiba-tiba saja tubuhnya melayang, Christop menggendongnya. Membawanya menuju kamar mandi, lalu meletakkan Cala ke bathup secara perlahan. "Akh,'' Cala merintih merasakan nyeri di bagian pangkal pahanya.

Christop mengabaikan rintihan Cala, menarik selimut Cala hingga meninggalkan tubuh nakednya lalu memilih untuk mengatur suhu air hangat agar gadis di depannya itu nyaman. 

Cala hanya memperhatikan Christop dalam diam. Kadang Cala merasa, Christop memperlakukannya dengan lembut tapi tiba-tiba akan berubah begitu saja menjadi kasar dan tidak berperasaan. 

"Berendamlah," ujar Christop mengusap kepala Cala lembut sebelum pria itu benar-benar pergi meninggalkan Cala seorang diri.

Cala terdiam, merenung. Kadang ia merasa nyaman di dekat Christop, apalagi ketika pria itu bersikap lembut padanya membuat jantungnya berdegup kencang seperti barusan. Pria itu mengusap kepalanya dengan lembut sebelum akhirnya benar-benar pergi. Tapi, jika melihat Christop yang kasar padanya justru membuat hatinya nyeri merasakan sesak di dada.

Tidak mungkin jika aku jatuh cinta padanya. Cala menggeleng, menyadari pikirannya itu. "Tidak mungkin," gumamnya pelan. “Dan itu tidak akan pernah terjadi.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Fall in Love With The Devil   35. Season II - Makan Malam

    Christop sudah rapi dengan tuxedo yang melekat dengan pas di tubuhnya. Malam ini, seperti yang Lauren katakan beberapa tempo lalu, dirinya diundang untuk acara makan malam dengan keluarga sang kekasih.“Chris, kau sudah siap?” Lauren, wanita itu memutuskan untuk datang bersama Christop malam ini. Padahal seharusnya, wanita itu tidak perlu repot-repot untuk kemari dan langsung saja ke mansion orang tua miliknya.Christop mengangguk singkat. “Kita berangkat?” tanyanya.“Oke,” balas Lauren.Jarak dari mansion Christop ke tempat orang tua Lauren memakan waktu sekitar satu jam. Selama perjalanan, hanya ada keheningan. Baik Christop maupun Lauren tidak ada yang membuka suara. Keduanya sama-sama fokus dengan urusan masing-masing.Sesampainya di halaman mansion, Christop memakirkan mobilnya. Mereka berjalan beriringan, ternyata beberapa pel

  • Fall in Love With The Devil   34. Season II - Sirkus

    "Hei keponakan uncle. Setahun tidak melihatmu, ternyata kau tumbuh dengan baik." Abraham menggendong Noah, mengajak balita itu bergurau. "Kau tampan, dan benar, semakin hari kau semakin mirip dengan Daddymu," lanjut Abraham, berbincang dengan balita itu. Cala yang melihat interaksi saudaranya dengan putranya hanya tersenyum simpul. "Ah iya, apa kau ingin berjalan-jalan? Mumpung aku ada di sini, kita bisa menghabiskan waktu bertiga," tanya Abraham mengusulkan. Cala mengangguk, bersemangat. "Boleh, ke mana?" "Bagaimana dengan sirkus? Ku dengar ada sirkus

  • Fall in Love With The Devil   33. Season II - Berbincang

    Christop menatap pria paruh baya yang terbatuk-batuk karena Christop baru saja menendang dadanya. Christop berjongkok, sekali lagi ia menyulutkan rokok yang menyala pada wajah pria paruh baya itu. Joseph Franklyn Smith. “Berhenti, tolong ampuni aku,” katanya meringis kesakitan. Christop tersenyum miring, merasa senang melihat lawannya yang memohon dan kesakitan. Baginya, melihat lawan yang terkulai tidak berdaya adalah kepuasan tersendiri di dalam dirinya. Christop tertawa, tawa yang terdengar menyeramkan dengan wajahnya yang datar. “Kenapa kau mencari perkara padaku jika akhirnya memohon ampun? Di mana keangkuhanmu,” gumamnya tersenyum miring. Joseph terlihat takut pada Christop. Di mata Joseph, pria di depannya itu terlihat seperti iblis yang sangat menyeramkan. Berbeda dengan Christop, saat pria itu menjadi pemimpin perusahaan. Terlihat rapi,

  • Fall in Love With The Devil   32. Season II - Noah Diwei Alexander

    “Ku dengar, kau tidak mengijinkan Cala pergi bersama Izzy.” Bibi Key mulai membuka percakapan.Sore ini, Cala, Papanya, beserta Paman Klaus dan Bibi Key sedang bersantai di halaman belakang. Begitu pun dengan Noah yang ikut bergabung, balita lucu itu berada di gendongan Cala saat ini. Menyandarkan kepalanya di dada Cala dengan manja dan nyaman.“Ya, karena aku masih santat khawatir dia pergi jauh,” kata Giovanno jujur.“Ijin, kan saja, ini tidak akan terulang kembali. Lagipula, apa kau akan melarang hobinya hanya karena kejadian dua tahun lalu,” kata Key masih kekeuh.

  • Fall in Love With The Devil   31. Season II - Baby And Bad Dream

    “Kau sudah melakukannya?” tanya Christop.“.....”“Ok, cukup awasi dia saja dari jauh.” Setelah mengatakan itu, Christop menutup sambungan teleponnya.“Aku heran, kenapa wanita suka sekali lari dan bersembunyi. Alih-alih menyelesaikan masalahnya, mereka lebih suka menghindar dan menghilang.” Christop menoleh––mengangguk, menyetujui kalimat Jack.“Aku setuju, kadang menggelikan ketika kita jatuh cinta pada mereka,” kata Christop terkekeh menanggapi.“Tapi untung saja Jessica sudah ditemukan. Lalu bagaimana denganmu, Chris?”“Aku? Aku baik-baik saja.”“Ck, kau tau apa yang ku maksud,&

  • Fall in Love With The Devil   30. Season II - Perihal Rasa

    Setelah berita yang menggemparkan tersiar, di mana salah satu mansion mewah milik Joseph Quinn yang hancur dan tidak ada satu pun bangunan yang tersisa, membuat Cristop tersenyum senang. Apalagi saat wajah Joseph yang tersorot kameramen, pria itu terlihat menahan marah. “Ck,” decaknya dengan nada muak.“Woah, haruskah kita berpesta sekarang?” Suara Abraham terdengar, adiknya itu masuk begitu saja membuat Christop terkejut.“Biasakan untuk mengetuk pintu,” kata Christop datar.Abraham berdecak, lalu ikut bergabung duduk di samping sang kakak, Christop. “Memangnya Joseph ada masalah apa denganmu? Sampai-sampai kau harus mengebom mansionnya?”“Kau tau Frans?”“Musuh Chen yang merebut Yura dari si mafia i

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status