Aku tidak tahu beberapa menit tepatnya, kurasa 150 menit. Aku menemukan kotak kayu tua yang berdebu dan kusam di bawah tempat tidur kakek. Kotak dengan bundaran kaca yang menampilkan tuxedo dengan dasi kupu-kupu ungu kehitaman dan jas dengan kerah panjangnya yang bewarna ungu menyala berkain beludru. Selera yang aneh!
Aku meniup debu yang menyelimuti kotak itu. Debunya yang bertebaran hampir membuat mataku perih. Aku mencoba membuka kotak itu. Aku memutar kuncinya dan bau yang tidak enak dihirup itu menyambutku. Bau apek khasnya kotak yang sudah lama tidak dibuka lagi. Aku mengipas-ngipaskan udara dengan tanganku. Dengan tiba-tiba aku menjatuhkan kotak itu dan terbatuk. Kotak itu terjatuh beserta jas tuxedo dan sebuah buku tua tebal. Aku mengatur napsku dan meraih buku itu.
“Sialan! Kotak dengan debu yang menyebalkan. Seridaknya aku menemukan apa yang kucari,” gumanku seraya memerhatikan buku itu.
Aku meneliti buku tua itu. Buku yang dijilid dengan j
The Blue One: Lautan Petualangan Danil tidak menyangka saat Falfayria membawanya ke rumah barunya. Gua kristal yang dipenuhi seluruh kaum Warnarish. Tempat yang paling hebat yang bisa Danil kunjungi dalam waktu luangnya. Dia hanya harus masuk ke portal itu dan menyimpan dengan baik kapsul kristalnya. Bayru juga ingin menjelajahi Bumi dan kembali lagi. Dia ingin seperti Falfayria yang bersekolah dengan Danil. Tapi tidak mungkin sekolahnya memasukkan anak yang tidak dikenal lagi. Dia memutuskan untuk kerja sampingan Danil terpana dengan prisma yang menjulang sampai ke langit-langit. Cahaya dari lubang di atas membuat prisma itu memantulkan berbagai cahaya, warna-warni. Dinding gua yang tidak diberi hiasan apa-apa pun terlihat berkilauan dengan berbagai kerlap-kerlip yang indah. Danil terlihat terpana. Matanya memantulkan cahaya-cahaya itu. “Ini sangat indah,” gumannya. “Ya, mes
“Ada murid baru?” ujar gadis itu bersama ketiga temannya.“Ya, dan dia berasal dari Prancis. Keren, bukan?” ujar temannya.Danil mendengarnya. Ternyata berita murid baru itu sudah menyebar kemana-mana. Ini baru hari pertama masuk sekolah dan berita utamanya adalah murid baru dari Prancis. Danil heran bagaimana mereka bisa tahu semua itu.“Hai, Danil!” sapa Salih, “Bagaimana liburanmu? Kau tidak nangis sepanjang liburan, kan?”“Jangan ganggu aku!” sahut Danil sinis.“Uhhss, sekarang makin dingin aja. Hei, dimana Falfayria? Dia tidak dikeluarkan dari sekolah, kan?”“Apa?” seru Danil kesal.“Aku hanya bertanya.”Falfayria datang bersamaan saat Salih bilang begitu. Dia diamati oleh seisi kelas, seperti melihat sesuatu menjijikan yang habis dimakan tikus. Kata-kata seperti ‘kenapa dia ada disini?’, ‘kukira dia sudah kelu
Bayru tidak percaya dia berhasil menemukan alamat rumah itu. Portal kristal membawanya tepat ke rumah yang ada di brosurnya. Rumah yang terlihat tidak ada orang karena terlalu tua dan berdebu. Bayru tahu selam dia jalan-jalan di Bumi rumah seperti ini biasanya rumah kosong. Suasana abu-abu dan berdebu di tengah padang rumput gersang yang luas. Bayru tidak yakin, tetapi akhirnya dia naik undakan tangga berderit itu dan mengetuk pintu.“PERGI!”Itu suara yang pertama kali Bayru dengar dari pintu itu. Aneh sekali. Pintunya bisa berbicara, menyuruhnya pergi.“Aku hanya ingin bertanya tentang magang ini. Kurasa kau membutuhkan asisten… untuk apapun pekerjaanmu itu?” Bayru tidak terlalu mengerti apa arti asisten yang dimaksud.“Tidak ada pekerjaan disini. Silahkan pergi!” ujar pintu itu.“Aku rasa tidak begitu, disini terlulis—”“Siapa peduli! Aku tidak menulisnya! Pergilah!&
Arabella sangat suka dengan motif daun melengkung itu, fleur-de-lis. Dan sekolah barunya itu, Orchidia, mempunyai dinding yang penuh dengan motif itu dikelasnya. Pinggiran atas tembok itu diukur dengan motif yang terkenal di Prancis. Dia merasa seperti kembali kesana.Arabella teringat anak biru itu. Entah kenapa dia merasa Falfayria adalah salah satu dari mereka. Sangat sopan, tertutup, dan selalu memakai warna yang sama. Dari rambut sampai kaki warnanya harus sama. Tunggu, dia tidak seharusnya membicarakan orang lain. Tapi dia penasaran dengan gadis itu. Gadis yang hanya selalu dekat dengan Danil seperti hanya remaja itu yang tahu seluruh rahasianya. Dia pernah mengobrol dengan Rayla dan menanyakan hal ini.Baru liburan kemarin Danil sangat dekat dengan Falfayria. Dia juga bingung kenapa Danil jadi begitu tertarik dengan gadis ungu itu. Ups, dia memanggilnya dengan kata yang tidak enak lagi. Tapi bagaimana tidak. Kedua matanya yang bewarna ungu gela
Arabella diminta ayahnya mengunjungi lagi temanya yang ilmuwan itu. Dia sebenarnya agak malas. Dia mendengar ada seorang anak yang bekerja disana. Arabella penasaran anak siapa yang berani dan bisa menaklukkan pria yang keras kepala itu. Sehabis pulang sekolah dia pergi ke ruamh tua reyot itu, hanya sekarang terlihat lebih bersih. Arabella mengetuk pintu rumah. Berharap ada orang yang ramah menyapanya di pintu depan.Bayru bingung harus berbuat apa. Profesor Tomo masih diam di mejanya membaca buku dan kadang menulis sesuatu di buku catatannya. Bayru tidak boleh membiarkan tamu itu terus mengetuk pintu, dan bagaimana kalau dia pergi.“Kau akan diam disitu saja? Atau melihat siapa yang merusak pintu?” kata Tomo.Bayru langsung mengambil langkah seribu. Dia membuka setiap rantai di pintu dan membuka pintu. Gadis itu, gadis yang dilihatnya saat di, entah dimana itu, yang jelas ada limas kaca besar itu. Gadis itu terseyum dan kaget.“Oh, wauw
Danil mengujungi Ngalau Warnarish tanpa Falfayria. Setidaknya Aquwamarie menemaninya sekarang. Danil begitu terkagum melihat terowongan-terowongan setiap warna yang berisi rumah-rumah setiap warna warnarish. Kedua belas terowongan yang berisi lampu lampu, atau lentera kecil dengan lilin itu berbeda warna setiap gua. Bahkan jika diamati baik-baik seperti membentuk pelangi yang melengkung, terowongan itu begitu besar sampai memuat sebelas warnarish sekaligus.Gua di dalamnya dipenuhi rumah yang tersusun dari atas ke bawah seperti lego. Warnanya berkamuflase dengan terang dan gelapnya warna. Bentuk rumahnya persegi panjang seperti rumah boneka yang diambil atapnya. Jendelanya berbentuk lingkaran dengan terali dan pintunya berbentuk setengah lingkaran. Danil suka dengan berbagai lentera yang berbeda-beda bentuknya di setiap pintu rumah. Di tengah-tengah kota di gua itu ada air mancur kecil dengan puncaknya kristal berbentuk piala menyemburkan air, menyebabkan cahaya-cahaya disana
“Kudengar, Prancis adalah negeri yang paling romantis,” kata Danang.“Ya, kota cinta. Banyak orang yang kesana untuk bulan madu, apa itu benar?” timpal Armis.Arabella tergelak. Mereka tidak tahu banyak soal Paris. Ditengah kerumunan anak yang sedang asyik mengobrol dengannya. Danil merangsek pergi ke ruang wawancaranya dengan polisi. Arabella bangun melihat Danil dan meninggalkan murid-murid yang sedari tadi bergombal dengannya. Mereka kesal dan cemburu gadis Prancis itu menemui anak paling dibencinya di sekolah.“Danil!” sapa Arabella.Danil mendesah panjang. Harinya diganggu lagi oleh gadis baru itu. Dia tersenyum dengan terpaksa dengan alis yang keduanya terangkat.“Hai, kau, um, sebenarnya aku mau minta maaf tentang kejadian kemarin. Kau benar, aku terlalu ikut campur, eheh. Dan aku juga tidak mau hanya beberapa hari di sekolah aku sudah mempunyai musuh. Jadi, kita bisa berteman lagi, kan?”
Bayru menghela napas. Kurasa dia harus tegas untuk bilang pada Tomo bahwa dia akan berhenti. Karena dari tadi sepertinya dia tidak mendengar. “Baiklah. Dan aku juga ingin berbicara sesuatu, tentang aku, maksudku aku yang bekerja disini—”“Tenanglah, kau tidak akan kemana-mana!”“Iya, karena itu—tunggu apa?”“Ah, maksudku, kau tidak mau kemana-mana, kan? Pekerjaanmu akan terganggu jika teman-temanmu itu—”“Oh, maaf. Tapi aku … sudah—aku sudah memutuskan untuk berhenti bekerja!”Kata-kata itu tidak menggubris Tomo. “Oh, begitu. Baiklah tidak apa-apa. Aku hanya kau ke ruangan itu. Dan aku akan melakukan sisanya. Hahhh, akhirnya aku berhasil juga.”“Apa? Tidak! Aku berhenti! Aku tidak akan bekerja lagi disini. Aku minta maaf karena temanku ribut disini kemarin. Dan kurasa aku memang harus berhenti karena mereka mungkin sa