Share

9. CREATION

“Grrr”

Sempat kuhiraukan beberapa saat, aku kembali sadar bahwa bahaya masih berdiam dibelakangku. Perasaan marah, sebab menggunakan diriku untuk menahan monster itu, selagi melarikan diri. Tak kusangka, manusia sekejam dan selicik itu benar-benar ada didunia ini.

Entah kebetulan atau tidak, ketika aku berbalik menghadap kearah monster itu, dia juga melakukan hal yang sama. Beberapa saat telah berlalu. Meskipun begitu, aku tidak menyangka akan secepat itu.

Efek lumpuh akibat terkena sambaran kilat itu sudah mulai hilang, meskipun dia masih sulit untuk bergerak... Itu dibuktikan dengan kami yang masih saling pandang.

Setiap mata, dari ketiga kepalanya memandangiku. Pandangan yang tampak mengintimidasi. Ketakutan menggeser amarahku. Tubuhku bergetar merespon ketakutan.

Saat ini aku adalah manusia. Manusia yang dapat mati kapan saja. Meski memiliki kekuatan untuk meregenerasi luka apa pun, itu percuma jika aku langsung mati. Jika sedetik saja aku kehilangan kesadaranku dapat dipastikan aku akan mati.

Tidak ada yang dapat kulakukan untuk melawan makhluk itu. Tidak ada senjata, kemampuan menyerang, bahkan pukulanku tidak akan melukainya. Benar-benar SKAKMAT

 

Saat ini matahari masih tinggi, teriknya siang hari membuat aku berkeringat. Tetapi walau saat ini sedang siang hari tidak ada suara yang terdengar di sekitar. Kesunyian. Rasa sunyi ini sungguh membuatku tidak nyaman.

Suara hentakan tanah yang keras memecah kesunyian. Tanpa diduga-duga, Cerberus itu melompat dan mencoba menerkamku...

Saat itu kupikir aku tidak akan selamat. Tapi, nasib berkata lain. Tubuhku melompat sendiri untuk menghindari serangannya. Ketika mendarat, kaki kananku yang pertama kali menyentuh tanah, diikuti tubuhku yang menindihnya.

Suara tulang bergeser menimbulkan rasa sakit yang teramat sangat. Kupikir ini karena sejak awal kakiku memang sudah keseleo.

Tetapi tak disangka. aku berhasil menghindar dari gigitan monster itu. Meski memiliki tiga kepala, tetapi tidak ada satupun yang mengenaiku

Tidak lama setelah itu suara keras kembali terdengar. Disana aku melihat Cerberus itu kehilangan keseimbangan lalu terjatuh. Mencari kesempatan, aku mengambil beberapa batu untuk dilemparkan pada monster itu, berharap dapat melukainya.

Layaknya merundung anak kecil, aku melempari batu kearah Cerberus yang sedang berusaha untuk kembali berdiri.

Tentu saja, semua usaha itu tidak akan membuahkan hasil. Tidak ada dampak sama sekali. Bahkan, sepertinya dia sama sekali tidak terganggu oleh lemparan batu tersebut.

Dia berdiri, menyerang, berdiri. melakukan hal itu terus menerus. Hingga akhirnya sesuatu terjadi.....

Setelah beberapa kali melancarkan serangan. Akhirnya salah satu serangannya mengenaiku. Karena tangan kiriku tidak dapat bergerak. Ketika mencoba menghindar, itu tergores taring salah satu kepala monster itu.

Luka yang ditimbulkan juga cukup parah. Hingga darah keluar dari luka tersebut. Darah mengalir hingga menetes dan jatuh ketanah. 

Waktu terus berjalan. Serangan monster itu semakin akurat. Dia sudah dapat bergerak lebih lincah, meski kecepatannya belum secepat ketika pertama kali muncul.

Sedahsyat itukah dampak serangan yang ditimbulkan dari sambaran kilat itu. Meski berefek menimbulkan lumpuh dan menurunkan kelincahan Cerberus itu. Tapi sama sekali tidak melukainya

Apakah ada kesempatan menang bagiku, melawan dia.

Ketika aku melamun sebentar, Cerberus itu tiba-tiba kembali menyerang. Tapi karena aku sedang tidak fokus. Serangan telak mengenaiku. Aku dipukul dengan kaki kanan depannya.

Akibatnya, aku terlempar cukup jauh. Hingga akhirnya tubuhku menabrak dinding kubah yang mengelilingi tempat ini.  Kerasnya tabrakan itu membuat seluruh tubuhku serasa tersetrum.

Tidak berhenti sampai disitu. Serigala itu kembali berlari mendekatiku. Lalu menggigitku.

“AAARRGGH!!!!”

Rasa sakit yang ditimbulkan, ketika bahu kiriku digigit oleh puluhan gigi taring tajam, sungguh luar biasa sakit. Rasanya berbeda dari semua luka yang telah kurasakan. Hingga rasanya seperti jiwaku serasa mulai meninggalkan tubuhku.

Air mata mengalir keluar, rasa sakit yang tak dapat kutahan membuatku berteriak kesakitan.

Sekali lagi, kepala yang lain menggigitku dibagian pinggang sebelah kiri.

“AAARRRGGHHHH!!!!!”

Bagaikan kucing yang mempermainkan mangsanya, hanya dengan menggigit hingga mati. Hal yang sama juga dilakukan oleh Cerberus ini.

Padahal, dia dapat dengan mudah merobek tubuhku menjadi dua jika dia mau.

Karena ukuran tubuhku yang cukup kecil dibandingkan dengan monster itu. Kepala ketiganya tidak dapat menggigitku.

Berusaha untuk melepaskan diri. Aku memukul kepalanya dengan sekuat tenaga, tetapi dia sama sekali tidak berkutik. Pasti pukulanku terlalu lemah baginya. Ketika mencoba menggoyangkan badan, rasa sakit yang ditimbulkan malah semakin menjadi-jadi.

Tidak ada lagi yang dapat kulakukan, sepertinya hanya sampai disini cerita hidupku.

Waktu terus berjalan, aku tidak berdaya, aku lemah, bodoh, pengecut, pembunuh. Semua sifat buruk ada padaku.

Putus asa. Aku menghentikan perlawanan yang sia-sia. Aku melemaskan badanku, bersiap untuk memberikan jiwaku pada sang dewa kematian.

“maaf karena tidak dapat menepati janjiku, meski itu hanya sekedar janji untuk bertahan hidup”

Perlahan aku menutup kedua mataku. Kegelapan mengurungku bersama keputusasaan. Kesunyian kembali menyelimuti tempat ini.

Tetapi.... Disaat aku telah bersiap untuk menghadapi kematianku....

“Kadit, Krysla”

“Hmm?”

Didalam keheningan terdengar sesuatu. Itu terdengar seperti ada orang yang berbicara. Tetapi terdengar tidak jelas. Bahasa asing?

“Krysla!!! Lais!”

Meski terdengar tidak jelas. Aku merasakan sebuah emosi. Dan ini suara seorang wanita.

“hwaaaaa!!!”

Kemarahan, kesedihan, penyesalan, perasaan untuk balas dendam. Semua itu bercampur aduk didalam sebuah teriakan.

Sebenarnya ada apa ini. Kenapa harus dalam keadaan seperti ini. Dan juga, siapa sebenarnya yang sedang mempermainkanku. Tidak bisakah aku mati dengan tenang.

Pertarungan antara kekuatan regenerasi dengan daya rusak dari gigitan Cerberus ini. Membuatku sulit untuk mati.

Padahal pasti akan lebih cepat jika langsung merobek tubuhku menjadi dua bagian. Dan dengan begitu aku akan terbebas dari penderitaanku ini. Sampai kapan dunia ini ingin terus menyiksaku seperti ini.

Suara berisik terus terdengar didalam kepalaku.

“Privly, Iridreb!”

“Ipat?!”

Kali ini terdengar suara laki-laki. Jika dikira-kira suaranya terdengar seperti seorang bapak-bapak berumur diatas 30 tahun. Sepertinya sedang terjadi sesuatu

“Tapec, ualak kadit atik a--”

“Triysta!!!”

Entah apa yang terjadi, sepertinya sesuatu terjadi pada laki-laki itu. Dan perempuan itu terdengar sedih.

“Nalais, uka umkutugnem awed nalais. Utaus irah itnan naka ada gnaroeses gnay naka umhunubmem. Nupapais gnay ragnednem ini nakharesuk nataukek ini umadap”

...

“AARGGH, Hadus aynutkaw ay?”

.....

.........

Setelah itu, suara tersebut menghilang diikuti kesunyian yang kembali membawa keputusasaan.

Beberapa menit telah berlalu, Cerberus itu masih terus menggigitku. Badanku mulai mendingin, darah tidak keluar sederas tadi, tubuhku mulai kehilangan tenaga, pusing. Sekilas aku melihat bayangan masa lalu.

“Ahh, kilas balik... Ya? Sepertinya memang sudah tidak lama lagi”

Ketakutan memenuhiku, aku takut mati, aku belum siap, masih banyak yang ingin kulakukan.

Aku membuka mata, hal pertama yang kulihat adalah atap kubah yang mengurungku saat ini, bersama monster mengerikan yang sedang menunggu kematianku.

“Sialan”

Aku kembali terbayang wajah Dicky. Wajah sombongnya membuatku kembali merasakan amarah. Meski begitu tetap saja tidak mengubah fakta kelemahanku.

Tiba-tiba dari arah bawah, muncul sebuah cahaya. Meski aku tidak dapat melihat sumbernya. Tapi aku dapat melihat terangnya cahaya tersebut.

Kurasa cahaya itu berasal dari sekitar telapak tangan kananku. Aku tidak dapat melihatnya dengan pasti karena. Kepala ketiga monster itu menghalangi pandanganku.

Berusaha untuk memberikan perlawanan terakhir, aku mengepalkan tanganku lalu mengarahkannya pada kepala tersebut. Sensasi berbeda terasa pada tangan yang kugunakan untuk menyerangnya.

Sesuatu yang cair mengalir pada tanganku....

Ternyata aku berhasil melukainya. Entah apa yang terjadi. Pada tangan yang kugunakan untuk menyerang, terdapat sebilah pisau yang menusuk dagu salah satu kepala cerberus itu.

Merasa ada kesempatan, aku menggorok leher itu hingga meninggalkan luka parah.

Karena merasa ada yang tidak beres. Kedua kepala lainnya melemparkanku menjauh. Hingga aku terguling-guling di tanah. Ketika aku masih terbaring ditanah. Aku melihat kearah monster itu.

Disana aku melihat, kepala yang tadi kulukai, telah tergulai lemas. Itu tergelantung kebawah. Kedua kepala lainnya menjilatinya, berharap luka tersebut dapat sembuh.

Darah mengucur deras, sama seperti ketika tubuhku digigit olehnya.

Setelah beberapa lama, dia akhirnya menyerah. Meski lukanya tertutup, kepala yang telah kulukai sudah tidak dapat ditolong.

Masih diposisi yang sama. Layar status tiba-tiba muncul pada pandanganku. Sebuah tulisan besar ditengah muncul.

Itu bertuliskan; [ANUGRAH SANG PENCIPTA: CREATION]

“Sebuah kekuatan untuk menciptakan segala sesuatu berdasarkan imajinasi pengguna, begitu lengkapnya”

Tepat setelah aku membaca kalimat itu, aku terdorong oleh sesuatu. Bagaikan tertabrak mobil, aku terdorong mundur.

Ketika layar status menghilang. Aku melihat sumber dari dorongan tersebut.

Ternyata yang menubrukku adalah Cerberus tadi. Meski kekuatannya telah berkurang, tetapi itu masih terasa sakit. Setelah itu, sekali lagi aku dipojokkan ditembok.

“Sialan....lagi?!”

Ketika itu, aku langsung terpikirkan kekuatan tadi. Imajinasi.

Aku menutup mataku, membayangkan bentuk pisau, ketajamannya, panjangnya. Untung saat aku mencoba menguasai sihir elemen, aku latihan membayangkannya.

Sebuah pisau sekali lagi muncul pada tangan kananku. Tetapi yang muncul adalah sebuah pisau dapur yang sering kulihat dirumah. Tapi apapun itu, jika dapat digunakan untuk menyerang. Itu cukup.

Dengan menggenggam pisau itu, aku mengayunkannya ke arah Cerberus itu. Sekali lagi itu menusuk tubuhnya.

Karena kesakitan, dia melompat menjauh. Luka yang ditimbulkan, membuat dia semakin marah. Saat ini, kami sedang berhadapan. Mata kami saling memandang. 

Dan mulai dari sinilah pertarungan sebenarnya. Pertarungan babak kedua antara aku dan monster itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status